Liputan6.com, Cape Girardeu - Seorang pria paruh baya dari Missouri dinyatakan bersalah karena kejahatan kebencian terhadap agama Islam. Pria bernama Nicholas John Proffitt (44) bersalah atas tindakan pembakaran sebuah Islamic center.
Ini bukan pertama kalinya Proffitt melancarkan serangan kepada pusat agama tersebut.
Dilaporkan AP News, Rabu (14/12/2022), pelaku melakukan aksinya pada 24 April 2022 ketika baru mulai bulan Ramadan. Target pelaku adalah Cape Girardeu Islamic Center.
Baca Juga
Advertisement
Video keamanan menunjukkan bahwa pelaku membobol gedung dengan memecahkan kaca dan melemparkan dua galon minyak ke dalam gedung.
Proffitt kemudian masuk ke gedung, menuangkan galon minyak tersebut di foyer dan aula depan. Ia lantas menyalakan api dan membuat kebakaran.
Ketika pelaku beraksi, ada sekitar dua lusin orang yang berada di dalam gedung, namun berhasil menyelamatkan diri. Namun, kebakaran yang terjadi membuat gedung itu tidak bisa digunakan.
Proffitt mengakui bahwa ia beraksi karena faktor keagamaan.
Kuasa hukum pelaku masih enggan berkomentar. Pelaku akan mendapat vonis pada 22 Mei 2022.
Ancaman maksimal terhadap pelaku adalah 20 tahun penjara karena merusak properti agama. Pelaku juga harus menjalani hukuman penjara selama 10 tahun karena melakukan pembakaran.
Ada juga ancaman denda hingga $250 ribu.
Ini bukan pertama kalinya Proffitt melakukan aksi kriminal yang bernuansa Islamofobia. Pada 2009, ia mengaku bersalah karena merusak masjid di lokasi yang sama dan merusak kendaraan di parkiran. Saat itu, ia dihukum tiga tahun penjara.
Seorang Guru AS Dipecat Usai Tuding Siswanya Praktikkan Ilmu Gaib Saat Salat
Bagi orang Indonesia yang mayoritas beragama Islam, gerakan salat tentu bukan jadi satu pemandangan asing. Tapi di belahan dunia berbeda, praktik ini justru disalahartikan seorang guru asal Floria, Amertika Serikat (AS).
Dalam sebuah video viral di TikTok, guru yang kini sudah dipecat itu kedapatan "mengganggu" siswa-siswanya yang tengah salat. Melansir New York Post, Senin (12/12) mereka bahkan dituduh mempraktikkan ilmu gaib.
Video yang dibagikan akhir pekan lalu itu menunjukkan tiga siswa di Franklin Academy, sebuah sekolah piagam di Pembroke Pines, sedang salat. Salah satunya terdengat melantunkan surah At-Tin, lapor NBC News.
Saat para siswa tengah salat, guru yang belum diidentifikasi secara publik terdengar di latar belakang sambil berkata, "Tunggu, ini kantor saya dan kalian semua melakukan semua praktik ilmu gaib ini." Ia kemudian tampaknya meniup peluit untuk mencoba mendapatkan perhatian mereka.
Guru itu juga terlihat berjalan-jalan di depan siswa-siswa yang salat tersebut, bahkan terlihat menendang salah satu tangan siswa, menurut klip itu. "Saya percaya pada Yesus, jadi saya menyela," kata guru itu, sebelum bertanya lagi mengapa mereka ada di kantornya.
Para siswa mengabaikan guru tersebut dan terus salat, sementara orang lain masuk untuk menjawab, "Mereka sedang salat." Video yang saat artikel ini ditulis sudah mengumpulkan 7,2 juta penayangan itu kemudian memicu kemarahan di media sosial.
Advertisement
Pernyataan Sekolah
Sebagai tanggapan, sekolah mengeluarkan pernyataan, "Sebelumnya hari ini, video TikTok yang sangat meresahkan dibagikan pada tim kepemimpinan kami. Video tersebut memperlihatkan seorang guru menginterupsi siswa-siswanya yang saat salat. Setelah menerima video tersebut, kepemimpinan organisasi dan sekolah mulai menyelidiki situasi tersebut."
Sekolah kemudian mencatat bahwa "tidak menoleransi perilaku diskriminatif." "Meski kami tidak membahas masalah personal, kami dapat berbagi dengan Anda bahwa guru yang bersangkutan bukan lagi anggota staf Akademi Franklin,” lanjut pernyataan itu.
"Kami berterima kasih pada para orangtua karena telah bermitra dengan kami dan mempercayakan kami dengan anak-anak mereka dan pendidikan mereka. Melalui komunikasi berkelanjutan yang kami bina sebagai sebuah tim, sekolah kami hanya bisa jadi lebih kuat," tutupnya.
Dewan Hubungan Amerika-Islam Florida (CAIR-Florida) mengatakan, insiden seperti ini jadi salah satu alasan penting bagi staf sekolah untuk memiliki pengetahuan tentang praktik agama lain. Terlebih, Muslim diwajibkan salat lima waktu dalam sehari.
Merasa Dipermalukan
Noor, yang sebelumnya berlari tanpa penolakan dari OHSAA, merasa sangat dipermalukan. Good Morning America melaporkan, Noor mengklaim sudah enam kali mengkuti enam lomba lari pada 2019, yang mana semuanya dikelola OHSAA, dan tidak pernah dihadapkan pada isu tersebut.
Berdasarkan pernyataanya, Noor tidak pernah diingatkan akan regulasi seragam maupun perihal izin tertentu. Pelatih Noor juga mengatakan, tidak ada larangan memakai hijab dalam buku aturan OHSAA.
Karenanya, tidak pernah ada imbauan untuk Noor melepaskan hijab saat megikuti lomba, di samping menghargai keyakinan gadis tersebut. Saat Noor berlari, dikatakan semua anggota tim dan pelatihnya sudah tahu tentang diskualifikasi tersebut.
"Saya menghargai keputusan pelatih saya untuk tetap membiarkan saya berlari," tuturnya.
Kasus ini menarik banyak perhatian, termasuk Elizabeth Warren, calon presiden saat itu dari Partai Demokrat Amerika Serikat yang turut mengkritisi kemungkinan diskriminasi busana dari agama minoritas. Pendapat serupa juga disuarakan Ibtihaj Muhammad, perempuan Amerika pertama yang memakai hijab saat mengikut lomba Olymipcs mewakili Amerika Serikat.
"Kalian seharusnya malu OHSAA," tulisnya lewat akun Facebook pribadi.
Advertisement