Liputan6.com, Jakarta - Kisah ular vs manusia nan saleh ini disampaikan oleh Syekh Ahmad bin Hijazi Al-Fasyani. Diambil dari kitabnya, Al-Majalisus Saniyah (Ahmad bin Hijazi al-fasyani, al-majalisus saniyah fil kalam alal Arba’in An-Nawawiyah.
Pada suatu hari ada seorang laki laki bernama Muhammad Ibnu Hamir yang rajin berpuasa pada siang hari dan pada malam hari beribadah qiyamul lail. Suatu saat beliau pergi untuk berburu hewan. Di tengah jalan ada seekor ular mencegatnya lalu terjadilah beberapa dialog.
Baca Juga
Advertisement
Ular : Hai Muhammad! tolong selamatkan aku
Ibnu Hamir: Dari siapa ?
Ular: Dari musuhku, dia berbuat jahat kepadaku
Ibnu Hamir: Musuhmu siapa?
Ular: Musuhku ada di belakangku
Ibnu Hamir: Kamu dari golongan umat siapa ?
Umar: Dari golongan umat Muhammad SAW
Seketika Ibnu Hamir membuka selendangnya dan berkata "masuklah ke selendangku saja"
Ular: Kalau aku di dalam selendang, musuhku akan tahu
Ibnu Hamir: Lalu apa yang harus aku lakukan
Ular: jika kamu sudi untuk berbuat baik kepadaku, bukalah mulutmu hingga aku masuk ke sana
Ibnu Hamir: aku khawatir kamu akan membunuhku
Ular: Tidak, Demi Allah, aku tidak mungkin tega membunuhmu.
Perlahan Ibnu Hamir membuka mulutnya, lalu ular pun masuk kedalam tubuhnya. Setelah Ibnu Hamir meneruskan perjalanan, beliau bertemu dengan seseorang yang membawa parang yang sedang mencari sosok ular yang menjadi musuhnya.
Si Musuh: Hai Muhammad
Ibu Hamir: Ada yang bisa aku bantu
Si Musuh : apa kamu bertemu dengan musuhku ?
Ibnu Hamir: Musuhmu siapa?
Si Musuh: Musuhku seekor ukar
Ibnu Hamir : Maaf aku tidak mengetahuinya
Demikian percakapan Ibnu Hamir menutup-nutupi seraya mengucap istighfar 100 kali. Perlahan Ibnu Hamir melangkahkan kakinya meneruskan perjalanan. Setelah cukup jauh si ular pun mengeluarkan kepalanya.
Saksikan Video Pilhan ini:
Pengkhianatan Ular
Ular : Sudahkah musuhku pergi dari sini ?
Ibnu Hamir : ku lihat kiri kanan, tidak melihat siapapun, jika ingin keluar silahkan !
Ular : Hai Muhammad ada dua opsi untukmu sekarang 1) kau pilih aku menghancurkan lipamu dari dalam atau 2) aku lubangi hatimu ini dan aku biarkan dirimu tanpa ruh!
Ibnu Hamir : Subhanallah, dimana janji yang sudah kau ucapkan? apa kau lupa dengan sumpahmu? Kenapa cepat sekali kamu melupakannya ?
Ular : kenapa kamu lupa permusuhanku dengan nenek moyangmu. Nabi Adam, dimana aku membuatnya keluar dari surga. Salahmu sendiri, atas dasar apa kamu melakukan kebaikan kepada makhluk yang sepantasnya tidak perlu diperlakukan dengan baik.
Ibnu Hamir tak menyangka jawaban keji dari ular sampai sampai dia terpaksa melakukan kebohongan pula.
Ibnu hamir : Apa kau yakin akan membunuhku ?
Ular : Iya pasti
Ibnu Hamir : Kalau begitu tunggu sebentar hingga aku naik ke gunung untuk menyiapkan diri
Ular : Silahkan berbuat semaumu
Lalu ia bergegas naik ke atas gunung di tengah keputusasaan tidak akan ada harapan lagi untuk hidup di dunia
sampai di puncak dia berdoa kepada Allah yang artinya:
“Wahai Allah dzat yang Maha Lembut, Wahai Allah dzat yang Maha Lembut, berlaku lembutlah kepadaku dengan kelembutanmu yang sama. Wahai Allah dzat Yang Maha Lembut, dengan kekuasaanmu yang dengan engkau menguasai arsy, lalu arsy pun tidak mengetahui dimana kekuasaanmu, kecuali tidak engkau lindungi diriku dari kejahatan ular ini”
Advertisement
Buah Kebaikan
Ibnu Hamir lalu melanjutkan perjalanannya, seketika itu ada sosok laki lelaki rupawan, berbau harum wangi dan sangat bersih yang menghampirinya.
Si Rupawan : Salamun alaika, hai Muhammad kenapa engkau terlihat bersedih? Ada apa gerangan ?
Ibnu Hamir : Wa’alaikassalam, hai saudaraku, musuhku telah berbuat jahat kepadaku
Si Rupawan : Musuhmu di mana ?
Ibnu Hamir : Di dalam perutku
Kemudian si Rupawan memberikan sesuatu daun hijau seperti daun zaitun kepada Ibnu Hamir sambil berkata :
"Hai Muhammad kunyahlah daun ini, setelah itu kau telan'
Tak diduga ketika Ibnu Hamir mengunyah serta menelannya, si ular berputar-putar di dalam perutnya dan keluar berkeping keping dari arah bawah atau duburnya
Menyaksikan kejadian itu, Ibnu Hamir memegang baju si Rupawan dan berkata "Siapa sebenarnya dirimu? dimana Allah telah menyelamatkanku dengan perantara darimu"
Si Rupawan : apa kamu tidak mengenal diriku Hai Muhammad ?
Ibnu Hamir : belum
Si Rupawan : mengertilah wahai Muhammad bin Hamir! saat kamu dianiaya oleh si ular dan kau berdoa dengan doamu tadi, para malaikat mengadu kepada Allah dan mengutus pada diriku untuk menolongmu. Aku adalah Malaikat Ma’ruf yang tinggal di langit ke empat di katakan kepadaku “Pergilah ke surga, ambil daun berwarna hijau dan segera berikan kepada hambaku, Muhammad bin Hamir”
Karena itu Muhammad, tetaplah berbuat baik kepada orang lain, karena perbuatan baik itu akan menjaga pelakunya dari keburukan. Meskipun orang tersebut tidak mempedulikannya, namun di sisi Allah SWT kebaikan tidak akan pernah sia-sia.
Kisah tersebut mengilhami kepada kita, tentang kebaikan yang telah kita berikan kepada orang lain tidak akan pernah sia-sia. Walaupun orang yang kita berikan kebaikan tidak membalas atau bahkan mereka tidak mengakuinya namun sudah menjadi sunnatullah, kebaikan akan senantiasa dibalas oleh Allah SWT, bahkan kebaikan akan menyelamatkan kita dari arah yang tak terduga.
Wallahu a'lam.
Penulis : Putry Damayanty