Liputan6.com, Jakarta Bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) pada hari Rabu (14/12) menaikkan suku bunga ke titik tertinggi dalam 15 tahun, menandakan bahwa pertempuran bank sentral melawan inflasi masih jauh dari selesai.
Dikutip dari Antara, Kamis (15/12/2022), Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memilih untuk menaikkan suku bunga pinjaman overnight sebesar setengah poin persentase, melanjutkan siklus kenaikan suku bunga paling agresif dalam 40 tahun.
Advertisement
Namun, kenaikan setengah poin itu lebih kecil dari empat kenaikan suku bunga terakhir, yaitu kenaikan 75 basis poin. Itu menimbulkan pertanyaan apakah Fed akan menaikkan suku bunga dengan jumlah yang lebih kecil ke depan jika bank sentral terus mengikuti jalur yang sama.
Indeks Dow Jones Industrial Average menukik tajam karena berita tersebut, jatuh hampir 500 poin tepat setelah pengumuman sore, tetapi kemudian sedikit rebound.
Memang, ekonomi AS telah dirundung oleh inflasi terburuk sejak awal 1980-an, yang telah mendorong langkah agresif bank sentral untuk mengendalikan inflasi tertinggi dalam empat dekade.
Suku bunga tinggi meningkatkan risiko yang menyebabkan resesi, dan banyak ekonom memprediksi penurunan ringan di paruh kedua tahun depan.
Inflasi membandel, ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumen (IHK) pada hari Selasa (13/12), yang menunjukkan bahwa harga pangan terus meningkat, membebani dompet jutaan keluarga yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Harga makanan, sudah mencapai rekor tertinggi, naik 0,5 persen pada bulan November dari bulan sebelumnya. Harga makanan telah melonjak 10,6 persen dari waktu yang sama tahun lalu.
Biaya bensin agak turun dari harga tertinggi sebelumnya meskipun tetap jauh lebih tinggi daripada sebelum krisis inflasi.
Wall Street Tertekan Usai The Fed Dongkrak Suku Bunga
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Rabu, 14 Desember 2022 seiring investor menyerap keputusan kenaikan suku bunga terbaru bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed). Kenaikan suku bunga dilakukan the Fed sebagai upaya menekan inflasi.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 142,29 poin atau 0,42 persen ke posisi 33.966,35. Indeks S&P 500 tergelincir 0,61 persen ke posisi 3.995,32. Indeks Nasdaq terpangkas 0,76 persen ke posisi 11.170,89.
Rata-rata indeks acuan di wall street mencapai posisi terendah setelah ketua the Fed Jerome Powell isyaratkan lebih banyak data diperlukan sebelum bank sentral mengubah pandangannya tentang inflasi secara signifikan. Indeks Dow Jones turun 404,47 poin setelah naik 287,01 poin pada hari sebelumnya.
“Data inflasi yang diterima sejauh ini untuk Oktober dan November menunjukkan penurunan yang disambut baik dalam laju kenaikan inflasi. Tetapi akan membutuhkan lebih banyak bukti untuk memberikan keyakinan inflasi berada di jalur penurunan yang berkelanjutan,” ujar Powell seperti dikutip dari CNBC, Kamis (15/12/2022).
The Fed menyampaikan kenaikan suku bunga 50 basis poin yang diantisipasi secara luas pada akhir pertemuan kebijakan Desember 2022. Ini adalah kenaikan lebih kecil dari empat kenaikan suku bunga berturut-turut sebelumnya sebesar 75 basis poin. Dengan kenaikan suku bunga 50 basis poin mendorong suku bunga antara 4,25 persen-4,5 persen,d an merupakan level tertinggi dalam 15 tahun.
Advertisement
Pernyataan Hawkish The Fed Bikin Wall Street Tertekan
Pejabat the Fed juga memperkirakan menaikkan suku bunga hingga tahun depan, bukan menurunkan suku bunga hingga 2024. Bank sentral pada akhirnya melihat menaikkan suku bunga menjadi 5,1 persen sebelum berhenti menaikkan suku bunga yang disebut tarif terminal lebih tinggi dari tingkat 4,6 persen yang diperkirakan pada September 2022.
Khususnya the Federal Open Markets Committee (FOMC) meninggalkan bagian penting dari pernyataan kebijakan kalau ia mengantisipasi peningkatan berkelanjutan dalam kisaran target yang akan sesuai.
“Masalah besar yang membuatnya hawkish adalah perkiraan the Fed menempatkan tingkat terminal di 5,1 persen untuk 2023 dari 4,6 persen pada pertemuan September,” ujar Jim Caron dari Morgan Stanley Investment Management.
“Tidak ada gagasan laju inflasi mulai menurun. Mereka benar-benar mengabaikannya,” ujar dia.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS selama konferensi pers Powell berfluktuasi, karena bank sentral mengindikasikan kenaikan suku bunga lebih lanjut.