Liputan6.com, Jakarta - Dukungan Maroko untuk Palestina selama Piala Dunia 2022 Qatar berlangsung menunjukkan bahwa perjuangan mereka belum ‘terkubur’. Hal itu disampaikan Kepala Asosiasi Sepak Bola Palestina Jibril Rajoub.
Kejadian itu berlangsung saat Maroko menghadapi Prancis di semifinal. Meskipun, hal tersebut tidak sesederhana itu.
Advertisement
Timnas Maroko mencetak sejarah dengan menjadi negara Afrika pertama yang lolos ke semifinal Piala Dunia. Mereka mengalahkan Portugal 1-0, setelah sebelumnya juga mengalahkan Spanyol.
Dengan mengalahkan Spanyol dan Portugal, Maroko telah mengalahkan dua mantan penjajah mereka. Pada laga Kamis dini hari tadi (15/12/2022), Maroko menghadapi salah satu penjajah lainnya, Prancis di semifinal.
Namun, hal lain yang disoroti dari hal tersebut adalah tim Maroko yang mengangkat kembali bentuk penjajahan lain, yaitu Palestina yang kini melawan Israel.
Seperti beberapa negara Arab lainnya, Maroko memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Itu terjadi di bawah kesepakatan Presiden AS saat itu, Donald Trump. Bukan hanya Maroko, Uni Emirat Arab dan Bahrain juga melakukan hal serupa.
Namun, hal tersebut tidak menghentikan para pemain dan penggemarnya menunjukkan dukungannya atas konflik yang menerpa Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun.
Pemandangan bendera Palestina bisa terlihat di hampir seluruh momen Piala Dunia kali ini. Hal tersebut merupakan pengingat tentang apa yang terjadi pada Palestina.
Selain itu, mengutip AFP, Kamis (15/12/2022), pemain-pemain Maroko juga tidak segan memperlihatkan dukungan pro-Palestina mereka melalui akun media sosial mereka.
Dukungan Internasional yang Mengembalikan Kepercayaan Warga Palestina
Seperti dilaporkan AFP, penggemar dari semua negara dan kalangan, seperti hingga Inggris bahkan dilaporkan menolak berbicara untuk salurah berita Israel dan malah meneriakkan “bebaskan Palestina!”.
Bendera Palestina dikibarkan di tribun oleh para penggemar dan dipegang tinggi oleh sejumlah tim setelah pertandingan.
Sementara itu, warga Palestina di Tepi Barat wilayah yang diduduki Israel, Gaza, dan Yerusalem timur yang dianeksasi juga mendukung Maroko.
Di Ramallah, salah satu pemilik toko perlengkapan olahraga Palestina, Saeed al-Ramahi memperlihatkan antusiasmenya dan dukungannya untuk tim Maroko yang tampaknya tak terpadamkan. AFP melaporkan bahwa ia menjual habis seluruh kaus Maroko kepada para pendukungnya di Palestina.
“Jika saya memiliki 300.000 kaus, saya dapat menjualnya habis hanya dalam dua hari,” ujar Saeed kepada AFP.
Sementara itu, Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina mengatakan dalam sebuah studi yang dirilis pada Selasa 13 Desember bahwa Piala Dunia di Qatar membantu memulihkan kepercayaan publik Palestina di dunia Arab setelah bertahun-tahun mengalami kekecewaan.
Sebagian besar rakyat Palestina mengatakan bahwa mereka sekarang telah mendapatkan kembali banyak, atau sebagian, kepercayaan yang hilang pada masyarakat Arab mengingat solidaritas dengan Palestina yang diungkapkan oleh para penggemar selama pertandingan sepak bola.
Advertisement
Bukti Perjuangan Palestina Masih Berlanjut
Rajoub, pejabat tinggi sepak bola Palestina mengatakan, reaksi di Piala Dunia membuktikan dukungan abadi untuk perjuangan Palestina, terlepas dari keputusan apa pun yang dibuat oleh para pemimpin Arab.
Piala Dunia memperlihatkan bahwa perjuangan Palestina masih belum terkubur oleh perjanjian-perjanjian normalisasi baru.
Palestina menganggap kesepakatan normalisasi tersebut sebagai " tusukan dari belakang". Mereka juga memandangnya sebagai pengkhianatan terhadap posisi Liga Arab yang telah berusia puluhan tahun yang menentang pengakuan Israel hingga Israel menyetujui pembentukan negara Palestina dan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya.
Negara-negara Arab mendapatkan keuntungan diplomatik melalui perjanjian Trump. Dalam kasus Maroko, termasuk di dalamnya adalah pemerintahan Trump mengakui kedaulatan Rabat atas wilayah yang disengketakan di Sahara Barat - Rabat adalah ibu kota Maroko.
Hal ini bertentangan dengan himbauan komunitas internasional yang sudah lama menyerukan referendum untuk memutuskan statusnya.
“Kolonialitas (kondisi kolonialisme yang sedang berlangsung) bukanlah jalan tunggal... Amnesty International melaporkan bahwa otoritas Maroko membatasi kebebasan orang-orang yang tinggal di Sahara Barat,” tulis penulis buku budaya dan sejarah islam Maryam Jameela melalui Canary.
Rajoub menggambarkan Piala Dunia dan dukungan pro-Palestina yang disaksikan di sana sebagai "tamparan keras terhadap gagasan normalisasi".
Respons Israel
Melihat apa yang terjadi di Qatar, tentu Israel geram.
Israel adalah rumah bagi ratusan ribu orang Yahudi keturunan Maroko. Beberapa orang di negara itu telah merayakan penampilan memukau tim tersebut. Namun, media-media terkemuka Israel telah mengklaim bahwa Piala Dunia telah memperjelas di mana letak simpati Arab.
“Kemeriahan Maroko di Piala Dunia telah membuktikan bahwa dunia Arab masih jauh dari normalisasi dengan Israel,” tulis salah satu jurnalis dalam surat kabar Maariv pada Minggu 11 Desember 2022.
“Sebagai warga Israel yang menonton, kami akan terus menonton hingga peluit akhir, sambil menyaksikan kebenaran pahit yang telah ditunjukkan oleh para penggemar Arab di depan mata kami,” kata salah satu penggemar di saluran media Israel.
Surat kabar Haaretz juga menyimpulkan bahwa pemenang sesungguhnya dari Piala Dunia kali ini adalah Palestina.
Advertisement
Piala Dunia sebagai Platform Solidaritas
Maryam Jameela juga mengungkapkan bahwa Piala Dunia merupakan salah satu platform bagi banyak orang untuk menunjukkan cinta, dukungan, dan solidaritas mereka untuk Palestina.
“Ketika pasukan Israel terus menerus membunuh warga Palestina, dan ketika media terus menutup-nutupi cerita-cerita ini, dukungan ini sangat menggembirakan untuk dilihat. Seringkali, jika Anda percaya pada media mainstream, tampaknya dukungan institusional dan individu untuk warga Palestina sangat langka. Tapi, Piala Dunia menjadi jawabannya,” tulis Jameela.
Kini, dukungan-dukungan tersebut perlu ditindaklanjuti dan diubah menjadi sesuatu yang bermakna dan berlanjut dari negara-negara Arab, khususnya bisa menjadi tamparan bagi para penguasanya. Tidak hanya di dunia sepak bola.
Hazem Qassem, juru bicara kelompok Hamas yang didukung Qatar, mengatakan Piala Dunia telah menegaskan pentingnya perjuangan Palestina "di kancah internasional".