Kiat Sukses Memimpin Pesantren di Kota Blora, KH Muharror Ali: Harus Didasari Niat Ikhlas Tanpa Pamrih

Dalam perjalanannya mengasuh pesantren, Kiai Muharror Ali mengatakan, dasar untuk membangun pesantren itu harus dibarengi dengan niat nasyrul ilmi atau niat untuk menyebarkan ilmu Allah.

oleh Ahmad Adirin diperbarui 16 Des 2022, 08:30 WIB
Pengasuh Pondok Pesantren Khozinatul Ulum Blora, KH Muhammad Ahmad Muharror Ali, saat diwawancarai Liputan6.com di kediamannya. (Liputan6.com/Ahmad Adirin)

Liputan6.com, Blora - Tim Liputan6.com berhasil wawancara dengan pengasuh pesantren Khozinatul Ulum Blora, KH Muhammad Ahmad Muharror Ali pada Selasa malam (13/12/2022). Nama beliau tentu saja sudah sangat masyhur di kota ini, karena beliau adalah pengasuh pesantren terbesar di kota Blora, Jawa Tengah.

Dalam perjalanannya mengasuh pesantren, Kiai Muharror Ali mengatakan, dasar untuk membangun pesantren itu harus dibarengi dengan niat nasyrul ilmi atau niat untuk menyebarkan ilmu Allah.

"Dasarnya harus tulus, tanpa pamrih dahulu," ujarnya, ditulis Kamis (15/12/2022).

Menurut Abah Muharror Ali, mendirikan pondok pesantren itu tidak seperti lembaga lain yang umumnya akan ada imbalan jasa. Tetapi di pesantren mengusung prinsip menyebarkan ilmu, yakni nasyrul ilmi, yaitu tetap mengajar dengan semangat meluaskan ilmu, baik ada atau tidak ada bisyaroh.

Bisyaroh sendiri jika diartikan secara bahasa adalah kabar gembira. Maka di pesantren tidak ada istilah gaji, tetapi adanya bisyaroh.

Kiai Muharror Ali melanjutkan, sebagai seorang pengajar dibutuhkan karakter yang mudah bersyukur dan kerap berucap hamdalah. Tujuannya agar tidak selalu mengharap imbalan, tetapi yang penting adalah tetap konsisten untuk mengembangkan keilmuan keagamaan.

"Ballighu anni walaw ayah, sampaikan dariku meski hanya satu ayat. Sampaikan ke masyarakat. Itu yang penting," ujar Kiai Muharror Ali menyitir salah satu hadis Nabi.

Dikatakan oleh KH Muharror Ali, bahwa membangun pesantren itu butuh perjuangan yang tentu saja tidak mudah. Tetapi jika sudah memiliki tekad kuat untuk mengamalkan ilmu agama lewat pesantren, bagaimanapun harus diupayakan. Tentu saja pengalaman ini sudah dijalankan puluhan tahun sejak membangun pesantren dari awal hingga saat ini.

"Tujuannya membangun pesantren itu, ya mengembangkan ilmu agama," tandas Kiai kelahiran tahun 1951 di Desa Robayan, Kabupaten Jepara ini.

 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:


Transformasi Ilmu

Kiai Muharror Ali juga bercerita soal transformasi ilmu yang didapat dari gurunya, yaitu KH Muhammad Arwani, dari Kerjasan Kudus. Menurutnya, ilmu yang didapat dari gurunya kemudian disosialisasikan dan disebarkan di daerah Blora, sesuai kemampuan.

"Saya tidak ingin banyak atau sedikit. Tapi yang saya dapatkan dari guru saya, ya kita tularkan," ungkapnya.

Jadi, ilmu agama itu disebarkan kepada murid-muridnya atau kepada orang yang membutuhkan. Persoalan kemudian jadi populer atau tidak itu urusan lain. Yang terpenting adalah nasyrul ilmi itu harus digaungkan. Karena orang yang disebut mulia di langit itu, adalah orang-orang yang mau belajar dan mau mengajar.

"Itu yang utama," imbuhnya.

Ketika beliau ditanya bagaimana dan apa yang harus dilakukan oleh pengasuh pesantren kepada santri-santri yang terkadang datang dari berbagai daerah, Kiai Muharror Ali menjelaskan bahwa pelajaran yang paling penting adalah penyempurnaan akhlak. Karena sudah umum kita tahu kalau adab lebih utama dari ilmu.

"Point yang kami ajarkan adalah, innama buistu liutammima makarimal akhlak, sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak umat," ujarnya mengutip salah satu hadits.

Lebih lanjut Kiai Muharror Ali, mencontohkan adab-adab bagi santri dan santriwati. Salah satunya adalah ta’zim atau hormat kepada guru, yakni dengan cara mushofahah atau berjabat tangan ketika bertemu guru.

"Kultur berjabat tangan itu sesuai ajaran Rosulullah" paparnya.

Kiai Muharror Ali juga menyampaikan, pokok ajaran Islam itu ada tiga. Tiga hal ini yang menjadi fondasi dasar bagi umat muslim sebelum ilmu yang lain.

Pertama adalah ilmu tauhid, yaitu ilmu yang mengajarkan kita untuk mengenal Allah dan meyakini keesaan-Nya. Kedua ilmu fikih, ilmu yang menjelaskan tata cara beribadah, seperti salat, haji dan berpuasa, maupun berbuat baik sesama manusia. Ketiga ilmu tasawuf, yaitu ilmu untuk mensucikan dari penyakit hati.

"Kita ajarkan semua. Karena orang tidak cukup hanya ilmu kalam saja, tapi juga semua. Termasuk fikih dan tasawuf," tandas pengasuh Ponpes terbesar di Kabupaten Blora ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya