Liputan6.com, Jakarta Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,2 persen di tahun 2022 ini. Pertumbuhan ekonomi itu didukung oleh dibukanya kembali perekonomian pasca pandemi Covid-19 serta naiknya harga-harga komoditas.
Namun dengan maraknya risiko resesi di sejumlah negara, di tambah dengan ketidakpastian ekonomi, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di angka rata-rata 4,9 persen selama jangka menengah (2023-2025).
Advertisement
Proyeksi Bank Dunia untuk ekonomi Indonesia juga berada di bawah 5 persen untuk tahun 2023 yaitu sebesar 4,8 persen. Hal itu diungkapkan dalam laporan terbaru Bank Dunia, "Indonesia Economic Prospects" edisi Desember 2022 yang diluncurkan pada Kamis, 15 Desember 2022.
"Sistem perlindungan sosial Indonesia dapat membantu rumah tangga mengelola risiko dan volatilitas yang meningkat akibat kondisi eksternal, tetapi perlu diperkuat untuk mengisi celah-celah cakupan dan inklusi yang masih ada,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Satu Kahkonen, dalam keterangan tertulis pada Kamis (15/12).
"Untungnya, Indonesia dapat mengembangkan program-program yang sudah ada, seperti dalam hal memitigasi dampak Covid-19 terhadap kemiskinan. Suatu sistem perlindungan yang sosial dirancang untuk siap menghadapi masa depan dan dapat memberikan manfaat yang memadai harus bisa diakses oleh semua orang Indonesia, tanpa memandang di mana dan bagaimana mereka mencari nafkah," sambungnnya.
Bank Dunia memperingatkan, prospek pertumbuhan masih menghadapi risiko penurunan yang signifikan. Permintaan global yang melemah, kondisi pembiayaan global yang lebih ketat, arus modal keluar dan tekanan mata uang juga dapat memicu pengetatan kebijakan moneter lebih cepat dari yang diharapkan.
Kata Ekonom
Adapun Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Habib Rab yang mengatakan bahwa "sejarah, lokasi, demografi, dan kekayaan sumber daya Indonesia mempersiapkannya untuk mencapai potensi perdagangan internasional yang unggul".
"Kerangka kebijakan perdagangan yang mendukung dapat memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang dan transformasi ekonomi Indonesia. Reformasi yang ditargetkan untuk mengurangi hambatan terkait perdangan, meningkatkan akses pasar, serta mengatasi hambatan domestik akan menjadi kunci untuk mewujudkan potensi ini," pungkasnya.
Menurut Bank Dunia, diperlukan reformasi terhadap langkah-langkah perdagangan non-tarif. Misalnya, persetujuan impor dan pembatasan pelabuhan masuk dapat memberikan manfaat ekonomi secara signifikan dan mendorong pertumbuhan sebesar hingga 5 persen.
Advertisement
Perkiraan Inflasi
Bank Dunia dalam laporan terbarunya juga menilai, kondisi ekonomi Indonesia tetap stabil di tengah guncangan di tingkat global. Meskipun inflasi Indonesia mengalami peningkatan yaitu 5,7 persen year-on-year pada Oktober 2022 juga melambungnya harga pangan 7,9 persen pada September 2022, inflasi RI diproyeksikan mencapai puncaknya pada tahun 2023 di angka 4,5 persen.
Inflasi Indonesia juga diperkirakan tetap berada pada sasaran batas atas Bank Indonesia di kisaran rata-rata 3,5 persen sepanjang tahun 2024 hingga 2025.