Liputan6.com, Jakarta - Prospek instrumen investasi berbasis Environmental, Social, Governance (ESG) disebut masih menarik, termasuk reksa dana.
Direktur Keuangan dan Administrasi Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHATI) Indra Gunawan Dian Putra mengatakan, dunia saat ini memiliki visi seragam menuju ESG.
Advertisement
"Indonesia juga menuju ke sana meski saat ini belum catch up dengan kecepatan dunia. Kalau dibandingkan persentase aset investasi ESG di Indonesia masih kecil dibandingkan aset investasi yang berbasis ESG di dunia. Tapi ke depannya kita yakin dan kita berharap besar bahwa investasi ini ke arah sana semuanya,” kata dia dalam Talkshow Investasi Insight, Kamis (15/12/2022).
Sebagai gambaran, Indra mengatakan saat ini pihaknya fokus untuk mendorong dari sisi hilir yakni investor agar melek investasi berbasis ESG.
Asumsinya, jika permintaan instrumen investasi berbasis ESG tinggi, maka mau tidak mau perusahan atau sisi hulu akan berbenah dan mematok ESG scoring yang baik.
“Jadi kita terus mendorong perusahaan untuk berperilaku ESG yang bagus dan mendorong investor untuk melek ESG. Ke depannya mudah-mudahan terus berkembang,” imbuh dia.
Dengan meluncurkan indeks saham ESG, KEHATI memberikan jalan bagi investor untuk memilih perusahaan yang ramah terhadap lingkungan dan sosial masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan maraknya animo investor terhadap produk investasi berorientasi ESG, terlihat dari meningkat pesatnya dana kelolaan reksa dana berbasis indeks SRI-KEHATI yang diluncurkan oleh berbagai Manajer Investasi, yang dalam lima tahun terakhir jumlahnya melonjak 10 kali lipat menjadi sekitar Rp 2,5 triliun per akhir November 2022.
Selain SRI-KEHATI sebagai indeks ESG pertama di Indonesia yang diluncurkan KEHATI bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Juni 2009, pada 20 Desember 2021 lalu KEHATI bersama BEI kembali meluncurkan dua indeks saham baru berbasis ESG, yaitu ESG Sector Leaders IDX KEHATI dan ESG Quality 45 IDX KEHATI.
Perbesar Investor Ritel
Sebelumnya, PT Insight Investments Management (INSIGHT) berencana menambah porsi investor individu atau ritel. Direktur PT Insight Investments Management, Ria Meristika Warganda mengatakan, saat ini investor Insight didominasi oleh institusi sebesar 80 persen.
"Jadi saat ini institusi hampir 80 persen. Ke depannya kami ingin lebih berimbang 50:50, mungkin itu akan dicapai dalam beberapa tahun ke depan,” kata dia dalam Talkshow Investasi Insight di Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Ria menambahkan, salah satu strategi yang dilakukan perusahaan untuk menjaring investor ritel adalah merangkul mitra sebagai agen penjual. Saat ini, perusahaan telah memiliki sekitar 15 agen penjualan, terdiri dari sekuritas dan bank.
"Kami berencana memiliki platform online Insight sendiri yang akan diluncurkan targetnya semester II 2023,” ungkap Ria.
Untuk mempercepat target penambahan investor ritel, Ria mengatakan tahun depan ada sekitar 10 agen penjualan yang siap bergabung dengan Insight. Sementara untuk segmen institusi, Ria mengatakan perusahaan akan gencar melakukan edukasi utamanya bagi perusahaan non finansial.
Sebab selama ini ia mencermati investor institusi kebanyakan dari sektor keuangan, untuk itu pihaknya berupaya mendobrak pasar non keuangan.
"Korporasi yang investasi kebanyakan dari sektor finansial. Tantangannya mengenalkan ke korporasi lain di luar keuangan, perlu diedukasi tentang reksa dana karena ini bisa jadi alternatif investasi selain deposito. Jadi potensinya masih luas," ujar Ria.
Advertisement
Ini Saran Investasi Pilihan INSIGHT ke Investor di Tengah Lonjakan Inflasi Imbas Harga BBM Naik
Sebelumnya, Pemerintah resmi menaikkan harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar sekitar kurang lebih 30 persen, pada 3 September 2022.
Keputusan pemerintah ini didasari anggaran subsidi dan kompensasi BBM tahun 2022 yang telah meningkat sekitar tiga kali lipat dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 502,4 triliun. Kenaikan harga BBM bersubsidi perlu diambil untuk menekan beban kompensasi yang akan terus meningkat.
Kebijakan serupa juga pernah dilakukan pemerintah 8 tahun silam, tepatnya pada 17 November 2014. Kala itu pemerintah menaikkan BBM bersubsidi jenis Premium dari Rp 6.500 per liter menjadi Rp 8.500 per liter atau kurang lebih 30 persen besaran kenaikan harga.
Kebijakan ini berimbas pada kenaikan tingkat inflasi pada bulan November 2014 yang melonjak ke 6,23 persen YoY versus tingkat inflasi bulan sebelumnya Oktober 2014 di 4,83 persen YoY.
Kenaikan inflasi ini berlanjut memuncak pada bulan Desember 2014 dan tingkat inflasi baru ternormalisasi hingga satu tahun berikutnya, yakni pada bulan November 2015.
Berkaca dari data historis 2014, kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi 2022 juga punya potensi dampak kenaikan inflasi.
Setiap 10 persen kenaikan harga BBM jenis Pertalite akan berpotensi menaikkan inflasi sekitar 0,27 persen dan memotong laju pertumbuhan ekonomi sekitar -0.06 persen.
Untuk kenaikan BBM jenis Pertalite sendiri kenaikannya sekitar 30 persen (Rp 7.650 menjadi Rp 10.000), artinya ada potensi dampak kenaikan inflasi hampir 1 persen dan perlambatan pertumbuhan ekonomi sekitar -0,18 persen.
Instrumen Investasi
Direktur PT Insight Investments Management (INSIGHT), Ria Meristika Warganda atau yang akrab disapa Ria menyampaikan momen kenaikan BBM 2014 berimbas pada inflasi yang cukup berkepanjangan.
Untuk itu diharapkan agar para Investor dapat melihat kembali pengaruh kebijakan kenaikan harga BBM terhadap kinerja investasi dari instrumen investasi yang akan mereka pilih.
“Momen kenaikan harga BBM bersubsidi 2014 silam bisa menjadi acuan bagi para investor untuk kembali mengamati jenis instrumen investasi apa yang cenderung lebih stabil dan tidak mengalami volatilitas tinggi saat kondisi ekonomi kurang baik,” ujar Ria, seperti dikutip Rabu (21/9/2022).
Menurut Ria, salah satu pilihan instrumen investasi yang dapat diandalkan dalam kondisi ketidakpastian yaitu reksa dana pasar uang.
Hal ini dapat ditilik secara lebih dalam lagi bahwa terdapat hal menarik yang dapat diamati pada kinerja Indeks Reksa Dana Infovesta Money Market Fund Index yang tetap tumbuh stabil dan tidak mengalami volatilitas yang berarti selama satu tahun setelah kenaikan harga BBM bersubsidi yang signifikan.
Dari aspek pertumbuhan UP (Unit Penyertaan) reksa dana pasar uang, juga terlihat masih tumbuh 11,4 persen pada periode yang sama.
Hal ini menunjukkan strategi investasi dari berbagai investor yang beralih ke reksa dana pasar uang untuk menghindari dampak negatif dari volatilitas pasar pada masa itu.
“Mengacu pada data historis kinerja produk reksa dana di tengah kenaikan BBM, terlihat bahwa berinvestasi pada reksa dana pasar uang bisa menjadi salah satu pilihan yang baik. Terutama pada saat kondisi ekonomi dan pasar finansial masih berpotensi mengalami berbagai ketidakpastian dan volatilitas tinggi," jelas Ria.
Advertisement
Produk Reksa Dana
Menurut Ria, INSIGHT memiliki produk reksa dana pasar uang dengan potensi imbal hasilnya yang menarik, yakni Reksa Dana Pasar Uang Insight Money (Reksa Dana I-Money).
“secara historikal pertumbuhan return Reksa Dana I-Money selama satu tahun terakhir (per 31 Agustus 2022) masih mengungguli benchmark Reksa Dana Pasar Uang dengan kinerja yang stabil dan tahan banting saat pasar mengalami berbagai ketidakpastian dan volatilitas yang terjadi pada tahun 2022 ini.
Selain itu menurut Ria, reksa dana yang diluncurkan dari 26 Agustus 2015 lalu ini juga sudah menunjukan historikal performa yang stabil dan tangguh.
Hal ini dibuktikan dengan telah berhasil melewati berbagai fase volatilitas pasar seperti pada tahun 2015 (devaluasi yuan), tahun 2018 (perang dagang) dan 2020 (pandemi Covid-19).
Stabilnya kinerja return dari Reksa Dana I-Money menurut Ria adalah berkat mayoritas underlying asset Reksa Dana I-Money berupa efek utang yang akan jatuh tempo kurang dari 1 tahun.
“Efek utang yang akan jatuh tempo kurang dari 1 tahun mempunyai durasi lebih rendah daripada efek utang yang jatuh temponya lebih dari 1 tahun. Durasi yang lebih rendah ini menyebabkan sensitivitas harga terhadap perubahan suku bunga juga lebih rendah dan membuatnya lebih stabil atau less volatile," jelas dia.
Selain itu dengan berinvestasi pada Reksa Dana I-Money yang memiliki fitur CSR pada produknya para Investor juga berkesempatan untuk memberikan dampak sosial kepada sesama berupa bantuan dalam beragam program sosial kemanusiaan, sosial keagamaan, pendidikan, budaya, kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga para Investor dapat berinvestasi sambil berkontribusi sosial kepada sesama yang membutuhkan.