Hati-Hati, Kurang Tidur Bisa Sebabkan Diabetes

Tidak cukup tidur ternyata dapat menyebabkan berbagai masalah yang meningkatkan risiko diabetes.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Des 2022, 19:00 WIB
Ilustrasi Gangguan Tidur Credit: pexels.com/Ivan

Liputan6.com, Jakarta - Diabetes merupakan kondisi kadar gula darah tubuh yang lebih tinggi dari seharusnya akibat kekurangan insulin. Mencegah dan mengelola diabetes berarti menjaga kadar gula darah dan menghindari lonjakan serta penurunan gula darah secara drastis.

Diabetes sering dikaitkan dengan konsumsi gula berlebih. Namun, tahukah Anda bahwa diabetes dapat mempengaruhi tidur dan berhubungan dengan beberapa gangguan tidur?

Menurut situs Verywell Health, kurang tidur dapat membuat diabetes lebih sulit dikelola. Kurang tidur menyebabkan resistensi insulin—yaitu kondisi ketika tubuh Anda tidak merespons insulin secara normal—yang menimbulkan dampak signifikan pada kadar gula darah dalam tubuh.

Komplikasi diabetes terjadi karena kurang tidur atau memiliki gangguan tidur. Tidur kurang dari tujuh jam setiap malamnya dapat menyebabkan komplikasi di bawah ini:

-Meningkatnya rasa lapar yang memengaruhi nafsu makan dan seberapa banyak Anda makan.

-Mengidam makanan yang mungkin membuat Anda lebih sulit menghindari makanan tinggi karbohidrat dan tinggi gula sehingga mengakibatkan lonjakan dan penurunan gula darah.

-Peningkatan resistensi insulin.

-Tekanan darah tinggi yang dapat meningkatkan risiko serangan jantung.

-Sistem kekebalan tubuh buruk yang menyebabkan ketidakmampuan untuk melawan infeksi.

-Peningkatan risiko gangguan kesehatan mental termasuk kecemasan dan depresi.

Jenis diabetes yang paling sering terjadi yaitu diabetes tipe 2, yaitu kondisi ketika kadar gula darah melebihi nilai normal akibat resistensi insulin. Menurut situs Verywell Health, terdapat banyak jenis masalah tidur yang berhubungan dengan diabetes tipe 2, termasuk:


1. Apnea Tidur Obstruktif

Pengertian-Penyebab-Gejala-Pengobatan-Penyakit-Gangguan-Tidur

Apnea Tidur Obstruktif atau Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah kondisi ketika seseorang berulang kali berhenti bernapas selama tidurnya. Kondisi tidur ini sering kali tidak terdiagnosis dan tidak diobati yang menempatkan seseorang pada risiko komplikasi termasuk diabetes.

2. Sindrom Kaki Gelisah

Orang dengan diabetes memiliki risiko sindrom kaki gelisah (Restless Legs Syndrome/RLS) yang lebih tinggi. RLS adalah kondisi ketika seseorang merasakan dorongan yang tidak tertahankan untuk menggerakkan kakinya. Ini paling sering terjadi pada malam hari.

3. Keinginan untuk Buang Air Kecil di Malam Hari

Kadar gula darah tinggi yang berhubungan dengan diabetes menyebabkan kerusakan pembuluh darah yang kemudian mempengaruhi saluran kemih sehingga menciptakan dorongan untuk buang air kecil di malam hari.

Dorongan buang air kecil di malam hari dapat menyebabkan siklus tidur yang terganggu serta kurang tidur. Jika Anda sering merasakan dorongan untuk buang air kecil semalaman, konsultasikan kepada dokter dan lakukan skrining diabetes.


4. Nyeri Saraf

Ilustrasi Gangguan Tidur | unsplash.com/@all_who_wander

Nyeri saraf diabetes atau disebut juga neuropati perifer, adalah jenis sensasi nyeri tertentu yang dapat membuat penderitanya sangat sulit untuk rileks dan tidur. Tidak semua orang dengan diabetes mengalami neuropati perifer. Akan tetapi, rasa sakit yang berkaitan dengan diabetes menjadi salah satu faktor risiko untuk masalah tidur.

Neuropati perifer juga dapat membuat penderitanya kesulitan bergerak atau berolahraga. Padahal, berolahraga dapat meningkatkan kualitas tidur dengan menciptakan rasa lelah dan melepaskan energi berlebih.

Mempertahankan berat badan yang ideal dapat membantu mencegah dan mengelola prediabetes—yaitu kondisi di mana kadar glukosa darah tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk disebut diabetes—dan diabetes.

Jika Anda mengalami masalah tidur, membuat catatan tidur atau menggunakan aplikasi pelacak tidur dapat membantu dokter memberikan diagnosis.

Dokter kemungkinan juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan terkait riwayat kesehatan atau gaya hidup, seperti berapa banyak alkohol yang Anda konsumsi, serta merekomendasikan tes darah untuk mengetahui kondisi lain yang menyebabkan atau berkontribusi pada masalah tidur yang dialami.


Polysomnogram

Ilustrasi Sleep Paralysis Credit: pexels.com/Miriam

Anda juga bisa melakukan studi tidur atau polysomnogram (PSG) dengan spesialis tidur untuk mengetahui apa yang menyebabkan masalah tidur. Tergantung pada lokasi dan gejala yang dialami, polysomnogram dapat dilakukan di rumah dan tempat tidur Anda sendiri.

Baik menderita prediabetes, diabetes, atau hanya merasa seperti tidak cukup tidur nyenyak setiap malam, merubah gaya hidup dapat membantu untuk mendapatkan tidur yang lebih berkualitas.

Untuk meningkatkan kualitas tidur, coba tips berikut ini:

-Atur lingkungan tidur yang nyaman, yang berarti menjaga ruangan tetap gelap, tenang atau dengan white noise, serta sejuk.

-Hindari cahaya yang berasal dari layar termasuk TV, komputer, ponsel, dan laptop.-Buat rutinitas waktu tidur.

-Hindari konsumsi kafein, nikotin, alkohol, dan lainnya yang efeknya berlangsung selama beberapa jam setelah konsumsi.Jika Anda masih mengalami masalah tidur setelah mencoba tips ini, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau buat janji temu dengan spesialis tidur.

 

(Adelina Wahyu Martanti)

Infografis 5 Tips Tidur Malam Berkualitas di Masa Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya