Tanggung Jawab Ibu 2,7 Kali Lebih Berat Ketimbang Ayah di Masa Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 membuat beban tanggung jawab ibu rumah tangga menjadi lebih berat.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 16 Des 2022, 17:02 WIB
Padatnya rutinitas ibu rumah tangga bisa membuat ibu rumah tangga merasa stres dan jenuh. Apa yang bisa mereka lakukan untuk mengatasinya?

Liputan6.com, Jakarta Bagi Anda para ibu, tidak sendirian bila merasa lebih lelah ketika pandemi COVID-19 melanda. Studi terbaru menunjukkan pandemi COVID-19 membuat  tanggung jawab seorang ibu menjadi lebih berat.

Dalam survei baru yang dilakukan UNICEF, UNDP, PROSPERA, dan SMERU. Menurut Wakil Direktur Bidang Penelitian dan Penjangkauan SMERU Research Institute Athia Yumna, tanggung jawab ibu dua kali lipat lebih berat dari ayah di masa COVID-19.

“Ibu mengambil tanggung jawab 2,7 kali lebih banyak untuk mendukung anak-anak belajar di rumah daripada ayah,” kata Athia dalam presentasi survei di Jakarta, Kamis 15 Desember 2022.

Ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang ditanggung ibu selama pandemi tidak proporsional. Salah satunya adalah mendampingi anak-anak saat belajar dari rumah seolah-olah hanya tanggung jawab ibu.

“7 dari 10 anak mengandalkan dukungan orang dewasa yang mostly adalah ibunya untuk belajar di rumah dan hanya sedikit anak yang bisa belajar mandiri.”

Survei juga menunjukkan, hampir setengah dari ibu-ibu tersebut masih terikat dengan pekerjaan berbayar di luar rumah.

“Nah ini beban yang dipikul para ibu selama ini, setelah satu pekerjaan selesai, berlanjut dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya."

Setelah melalui dinamika pandemi dari 2020 hingga 2022, ada pembukaan ekonomi kembali. Di masa ini, rumah tangga atau keluarga bisa membuka kembali usaha mikro kecil mereka.

“Ini berita baik, 6 dari 10 usaha keluarga dapat dibuka kembali terutama yang beroperasi di pedesaan.”

Meski bisnis keluarga kembali dibuka, tapi usaha-usaha kecil ini belum melihat pemulihan penuh karena masih adanya kekurangan pembeli dan penurunan pendapatan.


Strategi Bertahan

Athia juga menyampaikan strategi bertahan yang dilakukan oleh keluarga-keluarga yang disurvei.

“Strategi bertahannya itu masih sama dengan 2020, mereka meminjam uang untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat lebih dari dua kali lipat.”

Ada juga yang menjual atau menggadaikan barang-barang yang dimiliki serta mengurangi biaya pengeluaran untuk membeli makanan.

Rumah tangga yang mengalami kesulitan ekonomi terbesar adalah rumah tangga yang dikepalai perempuan dan rumah tangga dengan anak-anak.

Di 2022, beberapa kelompok yang menunjukkan pemulihan pendapatan lebih sedikit daripada yang lain adalah:

- Rumah tangga yang paling banyak dikepalai oleh lulusan SMP ke bawah atau pendidikan rendah

- Rumah tangga yang dikepalai perempuan

- Rumah tangga dengan anggota keluarga penyandang disabilitas.


41,5 Juta Rumah Tangga Alami Penurunan Pendapatan

Survei yang didukung Badan Pusat Statistika (BPS) dan Kementerian Keuangan ini juga menunjukkan, sekitar 41,5 juta rumah tangga mengalami penurunan pendapatan bahkan setelah 2 tahun pandemi.

Untungnya, banyak masyarakat yang mendapatkan akses pada bantuan pemerintah dalam bentuk bantuan tunai maupun subsidi tagihan listrik dan bantuan usaha.

“Efek pandemi itu mengerikan bagi banyak orang mungkin bagi kita sendiri tanpa bantuan sosial yang diperluas, kondisi sebagian dari kita akan menjadi lebih buruk,” kata Athia.

Athia menambahkan, ini adalah survei putaran kedua setelah sebelumnya survei putaran pertama dilakukan pada Oktober-November 2020. Di survei pertama, tim survei mendatangi sekitar 12 ribu rumah tangga (face to face survey). Survei juga dilakukan via telepon dengan menghubungi 2.400 rumah tangga.

Sedangkan, survei putaran kedua dilakukan pada Februari-Maret 2022 saat terjadi gelombang Omicron. Pada survei kedua, pihak Athia mendatangi kembali sekitar 11 ribu rumah tangga atau 90 persen dari jumlah rumah tangga yang didatangi pada 2020.


Kerawanan Pangan Ikut Berlipat Ganda

Berdasarkan hasil survei putaran pertama ditemukan bahwa 3 dari 4 keluarga atau rumah tangga di Indonesia mengalami pengurangan pendapatan. Dan setengahnya tidak memiliki tabungan untuk mengimbangi kemunduran ekonomi keluarga mereka.

Sementara, proporsi rumah tangga yang menghadapi kerawanan pangan turut berlipat ganda jumlahnya.

Proporsi rumah tangga yang mengalami kerentanan pangan sedang ke parah meningkat dua kali lipat. Dari 5,4 persen pada 2020 menjadi 11,7 persen di 2022.

Ia menambahkan, rumah tangga dengan anggota penyandang disabilitas juga menghadapi situasi yang berat dan membingungkan.

Survei menunjukkan, 75 persen rumah tangga dengan anggota disabilitas memiliki penurunan pendapatan. Dan 37 persen rumah tangga dengan anak penyandang disabilitas tidak dapat mengakses terapi dan layanan kesehatan lainnya.

Infografis Plus Minus Belajar dari Rumah Secara Online. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya