Liputan6.com, Jakarta - Selebritas Instagram sekaligus pebisnis Rachel Vennya dan pemain musik Niko Al Hakim (Okin) telah resmi bercerai pada 2020 lalu. Keputusan sulit itu disepakati keduanya dan mereka kini memilih untuk melakukan co-parenting.
Selang dua tahun berjalan, video Xabiru Oshe Al Hakim, anak pertama Rachel Vennya dan Okin baru-baru ini viral di media sosial. Pasalnya, Xabiru tiba-tiba meminta agar ayahnya tinggal di rumah yang sama dengan ibunya.
Advertisement
"Ayah tinggal di sini dong, ayahnya enggak mau? Waktu itu ayah ke sini," kata Xabiru dalam video yang diunggah Rachel Vennya melalui akun Instagram pribadinya.
"Kan main saja, ayahnya main saja," jawab Rachel Vennya.
Rachel Vennya pun bertanya soal perasaan Xabiru saat ini. Ternyata, Xabiru memberikan jawaban jujurnya dan mengaku sedih karena harus bolak-balik dari rumah kedua orangtuanya.
"Tapi abang happy enggak?" tanya Rachel Vennya.
"Enggak, abang sedih, sedih karena bolak-balik," kata Xabiru.
"Hari ini juga Buna (panggilan Xabiru ke Rachel Vennya) ada di sana. Ngapain ayah enggak ke sini? Orang Buna ke sana bisa," tambahnya.
Saat memberi tahu Xabiru bahwa ayahnya harus bekerja, Xabiru malah mengaku tidak suka jika Okin bekerja dan menuturkan dirinya rindu dengan ayahnya tersebut. Air mata anak berusia 5 tahun itupun tak terbendung.
"Abang, abang kangen," ujar Xabiru.
"Buna minta maaf ya. Keluarin kalau mau nangis boleh. Boleh nangis boleh. Abang maafin buna ya. Kangen sama ayah? Nanti Buna bilang ayah ya," kata Rachel Vennya sambil berusaha menenangkan Xabiru.
"Ayah tinggal di sini juga. Buna bilangin ya," tutup Xabiru sambil terisak.
Sulitnya Jalani Co-Parenting Usai Bercerai
Bercerai bukanlah keputusan yang mudah, terutama jika telah memiliki anak. Pasca perceraian, anak-anak perlu menyesuaikan diri dengan perubahan yang sangat signifikan. Termasuk soal membagi waktu antara dua tempat tinggal berbeda seperti yang dialami oleh Xabiru.
Untuk dapat membuat proses penyesuaian tersebut berjalan dengan lancar, kedua orangtua yang terlibat harus sama-sama kompak meskipun sulit. Mengutip laman PsychCentral, Jumat (16/12/2022), hal tersebut lantaran kesejahteraan emosional dan sosial anak sangatlah penting terutama selama masa transisi.
Sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Psychology pernah membahas apa saja yang perlu dilakukan orangtua saat memilih untuk menjalani co-parenting usai bercerai.
Salah satunya adalah kedua belah pihak harus mementingkan peranan sebagai orangtua dalam kehidupan anak. Dengan begitu, keduanya harus saling berinvestasi dalam kepentingan terbaik bagi anak dan mengesampingkan konflik yang terjadi antara keduanya.
Saat menjalani co-parenting, orangtua juga butuh untuk berhati-hati dalam menetapkan batas pengasuhan bersama tersebut. Dalam hal ini, orangtua perlu kooperatif dan saling menghormati untuk dapat meredakan ketegangan dari perceraian pada anak.
Advertisement
Jelaskan Perceraian pada Anak
Di sisi lain, pembicaraan tentang perceraian bisa menjadi salah satu percakapan paling sulit yang dilakukan dengan anak. Terutama saat anak belum memahami konsep perceraian.
Berkaca pada kasus Rachel Vennya dan Okin, Xabiru nampaknya belum mengetahui bahwa orangtuanya berpisah dan kemungkinan besar belum memahami konsep perceraian.
Berkaitan dengan hal tersebut, penting bagi orangtua untuk merencanakan cara yang tepat saat hendak memberi tahu. Menurut pemaparan dalam Psychology Today, anak-anak kemungkinan besar akan mengingat jelas percakapan tersebut, apa yang Anda katakan, kapan, dan dimana mereka mendengarnya.
Sehingga akan lebih baik jika kedua orangtua bisa bekerja sama untuk memutuskan bagaimana cara memberi tahu anak-anak mereka tentang perceraian.
Bicara Perceraian pada Anak Sebaiknya Dilakukan Bersama
Saat hendak memberi tahu anak soal perceraian, psikolog klinis Ann Gold Buscho mengungkapkan bahwa penting untuk melakukannya bersama-sama. Hal tersebut dianggap dapat lebih meyakinkan anak.
"Ini mungkin sulit, tetapi ini membuat anak Anda tahu bahwa kalian berdua sudah berkomitmen untuk bekerja sama sebagai orangtua mereka," ujar Ann.
"Penting juga agar anak mendengar berita ini pada waktu yang sama dari ayah dan ibu mereka, bukan dari saudara atau orang lain lebih dulu," tambahnya.
Dalam percakapan tersebut, orangtua pun diminta untuk tidak mengembangkan narasi apapun yang menyalahkan satu sama lain. Meskipun jika Anda ingin anak-anak mengetahui realita yang sebenarnya.
"Anda mungkin merasa bahwa Anda ingin anak-anak tahu kebenaran. Ibu atau ayahnya berselingkuh, misalnya. Tapi ini akan menyebabkan anak merasa terjebak dan punya masalah pada kesetiaan nantinya," kata Ann.
Jadi upayakanlah narasi yang positif saat hendak memberi tahu pada anak soal perceraian.
Advertisement