Liputan6.com, Jakarta Saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memiliki enam pilar transformasi kesehatan yang hendak dicapai. Dua diantaranya berkaitan dengan pemenuhan dokter spesialis dan sistem layanan primer pada masing-masing provinsi.
Hal tersebut lantaran dua aspek itu erat kaitannya dengan penanganan penyakit di Indonesia, termasuk untuk penyakit dengan angka kematian tinggi seperti penyakit jantung.
Advertisement
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun mengungkapkan bahwa menjelang akhir masa jabatannya, ia berharap 34 provinsi yang ada sudah bisa melakukan bedah jantung terbuka.
"Saya memang sangat berkeinginan agar di akhir masa jabatan saya sama Dokter Dante (Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono), 34 provinsi sudah bisa melakukan bedah jantung terbuka dan setengah dari 514 kabupaten dan kota sudah bisa melakukan intervensi kateterisasi," ujar Budi Gunadi dalam konferensi pers Pelayanan Bedah Jantung Terbuka Pertama di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (16/12/2022).
"Sehingga masyarakat kita yang terkena serangan jantung, yang merupakan (penyebab) nomor dua dari tingkat kematian sesudah stroke, tapi nomor satu dari beban pembiayaan BPJS, itu bisa tertangani," tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, pria yang akrab disapa BGS tersebut turut mengucapkan terima kasih pada Rumah Sakit Jantung Harapan Kita karena upayanya untuk mendorong itu. Salah satunya dilakukan dengan mendorong layanan bedah jantung pertama di NTB.
"Luar biasa pada tim Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, terus-menerus tidak pernah lelah untuk mendorong terbangunnya jaringan rujukan layanan jantung," kata Budi Gunadi.
Layanan Bedah Jantung Terbuka Pertama di NTB
Saat ini, provinsi NTB telah memiliki pelayanan bedah jantung terbuka pertama setelah bertahun-tahun harus dirujuk ke rumah sakit di luar provinsi. Berkaitan dengan hal itu, Budi Gunadi turut mengucapkan selamat pada provinsi NTB.
"Sekali lagi saya ucapkan selamat. Saya doakan semoga layanan jantung di NTB semakin baik," ujar Budi Gunadi.
Budi Gunadi mengungkapkan bahwa dahulu dirinya sempat diceritakan oleh rekan gubernur NTB pada periode sebelumnya. Kala itu, ibu dari istri gubernur NTB tersebut mengalami serangan jantung dan harus dirujuk ke rumah sakit di Surabaya.
"Ibunya dulu pernah kena serangan jantung tapi karena tidak bisa dikateterisasi (di NTB), jadi harus dibawa ke Surabaya. Sehingga akhirnya beliau memastikan agar rumah sakit umum daerah NTB bisa melakukan kateterisasi," kata Budi Gunadi.
"Nah sekarang sudah meningkat jadi bisa melakukan bedah jantung terbuka. Jadi saya sangat bangga sekali. Ini merupakan salah satu provinsi di luar Jawa yang maju," tambahnya.
Advertisement
Akses Layanan Belum Merata Sebabkan Kematian Tinggi
Pada kesempatan yang sama, Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono yang turut hadir secara daring ikut mengucapkan selamat pada NTB yang akhirnya bisa melakukan operasi bedah jantung pertamanya.
Dante menjelaskan, penyakit jantung menjadi penyakit dengan sumber pendanaan terbesar di Indonesia. Sumber pendanaannya menghasilkan sekitar Rp16,7 triliun per tahunnya.
"Penyakit jantung menempati posisi kedua penyebab kematian setelah stroke. Selama 10 tahun terakhir ini, kematian tertinggi di Indonesia tersebut disebabkan karena akses layanannya yang belum merata," ujar Dante.
"Akses layanan yang belum merata ini sebabnya karena memang kita belum memiliki fasilitas yang tersebar di Indonesia secara baik," tambahnya.
Alhasil, Dante mengungkapkan bahwa Kemenkes akan menetapkan strata rumah sakit di madya. Dengan begitu, rumah sakit nantinya bisa melakukan kateterisasi jantung secara mandiri di masing-masing provinsi.
Kado Terindah untuk Provinsi NTB
Merespons hal itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr H Lalu Hamzi Fikri mengungkapkan bahwa layanan bedah jantung pertama tersebut telah menjadi kado terindah untuk provinsi NTB.
"Ini adalah kado terindah untuk provinsi NTB dalam ulang tahunnya ke 64, insya Allah tanggal 17 Desember besok akan dirayakan puncaknya di Kantor Gubernur. Terima kasih rumah sakit provinsi sudah memberikan kado terindah," ujar Lalu Hamzi.
Sebelumnya, Lalu Hamzi mengungkapkan bahwa 50 persen pengidap penyakit jantung koroner berpotensi mengalami henti jantung mendadak dan kematian. Bahkan di seluruh dunia, penyakit jantung telah menjadi penyakit kematian nomor satu dengan 17,7 juta per tahunnya.
Itulah mengapa penting menurutnya untuk tiap provinsi memiliki pusat layanan jantung terpadu.
"Angka harapan hidup penderita gagal jantung dan penyakit jantung koroner yang tidak ditangani dengan baik selama 5 tahun ini kurang dari 40 persen. Sehingga penting bagi kita daerah di suatu provinsi memiliki pusat layanan jantung terpadu," kata Lalu Hamzi.
Advertisement