Liputan6.com, Jakarta - Berkendara di jalan raya tidak sekedar mengandalkan kemampuan diri sendiri saja. Banyak pengguna jalan lainnya yang harus diwaspadai. Jika sampai bersinggungan, maka bisa saja terjadi konflik atau kecelakaan fatal.
Makanya senggolan emosi sedikit boleh jadi memicu pertikaian pelik. Atau pikiran kosong sesaat, sering menyebabkan insiden berat.
Advertisement
Agus Sani, Head of Safety Riding PT Wahana Makmur Sejati (WMS) yang tergabung dalam Wahana Artha Group (WAG) sebagai pemegang distribusi penjualan motor Honda wilayah Jakarta-Tangerang menyebut, pengendara butuh kehati-hatian karena tidak jarang kecelakaan di jalan malah disebabkan oleh kelalaian pengendara itu sendiri.
“Hati- hati dan selalu waspada, adalah hal utama yang harus dimiliki pengguna jalan raya khususnya pengendara motor. Kecelakan tidak hanya potensial dari kondisi jalanan, tidak jarang angka kecelakaan lebih banyak disumbang dari faktor kelalaian pengendara itu sendiri,” papar Agus, dikutip Kamis (15/12/2022).
Agus menambahkan meskipun jalan banyak sekali dipakai oleh pengguna lain, dengan berbagai size kendaraannya, sadar diri tetap menjadi kunci mutlak, bukan sekadar bisa sampai tujuan.
“Jangan menggantungkan keselamatan diri di jalan pada pengendara lain, peraturan atau keadaan sarana jalan. Awali setiap memutar kunci starter motor anda dengan rasa hati-hati, waspada, dan ingat untuk lebih mementingkan keselamatan diri,” tukas instruktur senior Safety Riding Promotion PT WMS, Siswanto.
Mode Berkendara
Tak kalah penting dari safety riding, pengendara wajib mengenal devensive riding. Ini menyoal teknik berkendara dengan mengendalikan motor sembari memantau dan menyadari keadaan sekitar. Tujuan utamanya tentu menghindari kecelakaan.
Ini penting untuk dipahami agar di jalan tidak lagi memikirkan 'bertahan atau dimakan'. Tapi justru memprioritaskan keselamatan. Ingat menyelamatkan diri sendiri, sebenarnya sama dengan menjaga nyawa orang lain!
Contoh defensive riding ialah ketika berpindah dari sisi kiri ke kanan dan sebaliknya. Tahu kan apa yang harus dilakukan? Ya, menyalakan sein tanda motor akan berbelok atau mengambil lajur lain.
Kemudian jangan lupakan etika berkendara. Jangan suka memotong jalur pengendara lain, berpindah jalur tanpa haluan atau menyalip secara ugal-ugalan.
Agus bahkan menekankan soal radar 360 derajat yang harus diaktifkan pada tiap berkendara ketika sudah memasuki zona jalan. Menurutnya pengendara wajib waspada, santun dan mematuhi norma.
Kemudian meningkatkan respon kewaspadaan untuk hal-hal yang tidak diduga, misalnya motor lain tiba-tiba oleng atau mungkin pohon tumbang karena cuaca ekstrem. Semua itu sangat mungkin terjadi.
Standar ukuran devensive riding, menurut Agus layaknya bermain bola basket. Ketika pergerakan bola dikunci oleh lawan, gunakan mode devensif untuk mengukur dan ikuti irama permainan lawan.
“Seni bola basket defensive bukanlah hal baru. Dikembangkan awal pada edukasi pengemudi roda empat, namun tidak ada salahnya menerapkan mode bertahan ini pada pengendara motor,” ujar dia.
Advertisement
Mengenali Karakter Motor
Selain menyadari kondisi lingkungan, pengendara tidak bisa abai dengan karakter motor. Seberapa power motor, fitur apa yang dipakai, sejauh apa kekuatan motor untuk menyalip sampai pengereman, mau enggak mau wajib diperhitungkan.
Contohnya begini. Motor Honda ADV tipe AT memiliki fitur yang disebut HSTC (Honda Selectable Torque Control) yang beda dari model lain; bahkan mungkin dengan merek lain. Sistem ini mampu menyeimbangkan putaran mesin saat melewati aspal bergelombang atau bumpy, menurun dan basah.
Meski sudah ditopang oleh fitur, pengendara tidak boleh sembrono. Kondisi tubuh harus disesuaikan, kecepatan apalagi.
“Gunakan rem dengan baik saat hadapi jalanan turun dan basah. Tetap santai, pegang setang lebih kuat agar motor terkontrol baik,” tutup Agus.
Sumber: Otosia.com