Jokowi: Politik Uang Sudah Jadi Penyakit di Setiap Pemilu

Jokowi menceritakan pengalamannya saat mengikuti pemilihan kepala daerah. Mantan Gubernur Dki Jakarta membantah jika politik uang dianggap tidak ada.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Des 2022, 18:29 WIB
Presiden Jokowi. (Foto: Dok. Instagram @jokowi)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan, bahwa politik uang itu ada. Menurutnya, politik uang menjadi penyakit di setiap pemilihan umum.

"Ini hati-hati, ini banyak kejadian mengenai ini. Dan politik uang itu sudah menjadi penyakit di setiap pemilu, pasti ada. Kalau ada yang bilang 'enggak ada pak, sudah enggak ada', saya tiap hari di lapangan," kata Jokowi saat pidato dalam acara Konsolodasi Nasional Bawaslu di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Sabtu (17/12/2022).

Jokowi menceritakan pengalamannya saat mengikuti pemilihan kepala daerah. Mantan Gubernur Dki Jakarta membantah jika politik uang dianggap tidak ada.

"Saya pernah ikut Pilkada, Pilwakot dua kali, pernah ikut Pilgub dua kali karena dua ronde, Pilpres dua kali. Jadi kalau ada yang membantah tidak ada (politik uang), saya akan sampaikan apa adanya, ada!" ujarnya.

Jokowi memerintahkan Bawaslu melibatkan masyarakat untuk mengawasi politik uang pada pemilu 2024. Sebab, hal ini merusak demokrasi di Indonesia.

"Itu tugas Bawaslu, aturannya sudah diperketat. Tetapi praktiknya tetap banyak, tetap ada. Yang terkena sanksi juga sedikit, ini ada gap (jarak), libatkan masyarakat untuk memperkecil terjadinya politik uang," ucapnya.

"Karena jika ini dibiarkan berlama-lama ini akan merusak demokrasi kita, demokrasi Indoensia," tutup mantan Wali Kota Solo itu.


Cerita Jokowi Dipanggil Bawaslu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa siapa pun peserta pemilihan umum (Pemilu) pasti akan grogi apabila dipanggil Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Jokowi mengaku pernah dipanggil Bawaslu dan sangat takut saat itu.

"Peserta pemilu siapa pun capres-cawapres, cagub-cawagub, Bapak/Ibu panggil itu percaya saya, grogi. Apalagi di beritahu ini peringatan terakhir Pak cagub, ini peringatan terakhir Pak Capres," kata Jokowi saat menyampaikan sambutan di Konsolidasi Nasional 2024 di Hotel Bidakara Jakarta, Sabtu (17/12/2022).

Enam+01:11VIDEO: Masyarakat Keluhkan Harga Tiket Kereta Api Naik, Pihak KAI Sebut Harga Tiket Bersifat Fluktuatif"Ngeri semuanya karena saya pernah merasakan. Saya ngomong ini karena saya pernah merasakan dipanggil dan saya takut betul saat itu," sambungnya.

Dia menceritakan dirinya pun grogi saat dipanggil Bawaslu DKI Jakarta saat itu. Hal ini, kata Jokowi, menandakan bahwa Bawaslu disegani dan ditakuti oleh para peserta Pemilu.

"Saya pernah dipanggil Bawaslu Jakarta. Saya ndak ngerti kesalahan apa, dipanggil. Sebelum saya datang ke Bawaslu, saya betul-betul sangat grogi betul saat itu. Artinya apa? Bapak/Ibu semua ini disegani, ditakuti," ujarnya.

Dalam kesempatan ini, Jokowi mengingatkan bahwa Pemilu dan Pilkada 2024 akan menjadi pesta demokrasi terbesar di Indonesia karena digelar di tahun yang sama. Oleh sebab itu, dia meminta Bawaslu untuk tak bekerja secara pasif dan hanya menuggu aduan saja.

"Fokus pada upaya-upaya pencegahan. Jangam hanya bekerja saat terjadi pelanggaran. Tidak diam, atau pasif menunggu pengaduan," jelas Jokowi.

Jokowi ingin Bawaslu mencegah secara dini apabila terjadi gesekan yang berpotensi menimbulkan benturan-benturan sosial. Dia menekankan Bawaslu harus segera menyelesaikan gesekan sekecil apapun.

"Gesekan sekecil apapun, segera selesaikan sekecil apapun, segera selesaikan saat itu juga. Jangan tunggu membesar. Dan saya berharap Bawaslu tidak hanya berhenti pada level pengawasan teknis pelaksanaan tahapan pemilu," tutur Jokowi.

 

Reporter; Muhammad Genantan Saputra/Merdeka.com

Infografis Jokowi Terbitkan Perppu Pemilu. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya