Liputan6.com, Jakarta - Dulu, sejumlah brand, termasuk merek mewah, selalu mendukung gagasan bahwa orang ingin memperbarui aksesori mereka secara teratur. Tapi, anggapan ini dianggap sudah tidak relevan, dan perusahaan pun merangkul perubahan tersebut.
Terbukti dengan banyak rumah mode menawarkan layanan perbaikan pada barang-barang kulit mereka. Melansir SCMP, Sabtu (17/12/2022), ini kemudian tidak hanya bagus karena memperpanjang usia barang, tapi juga "luar biasa" dalam hal membangun nilai merek.
Baca Juga
Advertisement
Fokus pada keberlanjutan dan, sampai batas tertentu, krisis biaya hidup saat ini membuat kultur baru ini tidak hanya dapat diterima, tapi juga dianggap sangat modis. Hari ini, banyak wanita paling bergaya di dunia membawa aksesori model vintage, atau terbaru, tapi tidak terkini.
Kenaikan harga yang tajam, bahkan memungkinkan inflasi, juga membuatnya penting bagi banyak wanita. Tas Chanel Medium Classic Flap, misalnya, harganya naik dari 1.150 dolar AS pada 1990 jadi 7.800 dolar AS di tahun 2021.
Beberapa minggu lalu, kepala eksekutif Bottega Veneta, Bartolomeo Rongone, mengatakan bahwa model tas tangan tertentu sekarang dapat dibawa masuk untuk penyegaran dan perbaikan gratis seumur hidup.
Disebut "Certificate of Craft," layanan ini bahkan termasuk meminjamkan tas tangan pada pelanggan jika perbaikan memakan waktu lama. "Kami percaya kemewahan sejati terhubung dengan konsep waktu," kata Rongone.
Merek Italia ini mengikuti jejak Hermes, yang telah menawarkan layanan restorasi selama hampir satu dekade. Celine juga akan memperbaiki semua pembelian yang dilakukan di butik resmi mereka, seperti halnya Mulberry dan Chanel, walau hanya untuk satu tahun setelah pembelian.
Peluang Bisnis
Program Chanel et Moi menawarkan garansi lima tahun untuk tas dan beberapa barang kulit. Juga, dimaksudkan untuk "memperdalam hubungan antara klien dan rumah" dengan berfokus pada "restorasi dan perbaikan."
Di sisi lain, ada juga para pecinta mode lebih muda yang sengaja membeli tas desainer bekas dengan noda dan mencoba merestorasinya sendiri. "Ketika saya memulai bisnis ini 12 tahun lalu, barang bekas adalah rahasia kecil yang kotor: para wanita memohon pada saya untuk tidak mengatakan bahwa mereka belum membeli tas baru," kata Antonia Johnstone, pendiri Sign of the Times, sebuah platform penjualan barang mewah bekas.
Ia menyambung, "Sekarang, mendapatkan tas impian Anda dengan harga lebih murah, mungkin tas yang sudah usang, dan memulihkannya adalah sesuatu yang bisa dibanggakan."
Harganya disebut bervariasi, tapi dalam industri yang sangat mahal, penawaran lebih murah, dengan catatan telah diautentikasi, dapat jadi titik masuk yang bagus. "Noda atau lubang," katanya, dapat diperbaiki dengan cukup terjangkau.
Advertisement
Membangun Nilai Merek
Perusahaan-perusahaan lain pun memanfaatkan peluang ini. Platform perbaikan kelas atas The Restore telah mengumpulkan 4,2 juta pound sterling (sekitar Rp79,6 miliar) hingga saat ini.
"(Bisnis) perbaikan adalah peluang yang sangat fantastis dan belum dimanfaatkan," kata Josephine Philips, pendiri dan kepala eksekutif aplikasi penjahit dan perbaikan Sojo, dalam sebuah wawancara dengan publikasi perdagangan Business of Fashion.
Ia menyambung, "Membangun program perbaikan tidak hanya bagus dalam hal daya tahan item yang Anda buat, tapi juga luar biasa dalam hal membangun nilai merek."
Kuncinya, meski perbaikan berarti klien tertentu mungkin membeli lebih sedikit model, merek tersebut juga akan menarik demografis yang jauh lebih besar. Jadi, secara finansial, seharusnya tidak rugi.
"Salah satu hubungan paling tulus dengan keberlanjutan adalah menggunakan produk lebih lama, bukan menggantinya. Level ini jauh lebih berdampak," jelas Rongone. "Kita semua ingin sukses dalam hidup kita. Tapi, apakah Anda ingin dikenang sebagai yang terbesar? Atau yang paling berdampak?"
Tas Bottega Veneta telah dibawa beberapa wanita paling terkenal di dunia, tapi ada satu wanita yang pengabdian pada tas tangannya sangat berkesan.
Dipakai Berulang Kali
Secara teknis, ia sebenarnya tidak membutuhkan tas, namun mendiang Ratu Elizabeth II selalu membawa model Launer hitam di lekukan lengannya saat makan malam kenegaraan, dalam tur kerajaan, bahkan pada pertemuan saat ia berkeliling ruangan Istana Buckingham, sebagaimana tampak di salah satu adegan dokumenter Netflix, The Crown.
"Ratu pernah mengatakan pada saya bahwa ia tidak merasa berpakaian tanpa tas tangannya," kata Gerald Bodmer, kepala eksekutif Launer. "Saya pikir itu adalah sentimen yang sangat umum bagi orang-orang dari generasi kita, dan orang-orang seusia kita juga tidak membeli desain baru setiap hari dalam seminggu.
Mendiang Ratu Elizabeth pun demikian. Ia sangat senang memakai model aksesori yang sama selama bertahun-tahun.
"Sekarang, tentu saja, Launer telah kehilangan klien terbesarnya, tapi karena kesetiaan sang ratu, merek tersebut juga menemukan popularitas global yang besar dengan wanita lain yang ingin membeli tas yang akan bertahan selama beberapa dekade mendatang," tandasnya.
Advertisement