Cegah Bencana Nuklir, Rusia Bangun Kubah Pelindung di PLTN Zaporizhzhia Ukraina

Rusia mulai membangun "kubah pelindung" di atas penampungan limbah nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, kata pejabat pada Sabtu (17/12).

oleh Liputan6.comHariz Barak diperbarui 18 Des 2022, 16:54 WIB
Petugas pemadam kebakaran Ukraina bekerja di bangsal bersalin rumah sakit yang rusak di Vilniansk, wilayah Zaporizhzhia, Rabu (23/11/2022). Ini bukan kali pertama Rusia menargetkan rumah sakit dalam invasinya di Ukraina sejak Februari lalu. (AP Photo/Kateryna Klochko)

Liputan6.com, Jakarta - Rusia mulai membangun "kubah pelindung" di atas penampungan limbah nuklir di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia, kata pejabat pada Sabtu (17/12).

PLTN terbesar Eropa dan termasuk 10 besar di dunia itu dikendalikan Rusia sejak Maret, tak lama setelah perang Ukraina dimulai.

Ketakutan akan bencana nuklir masih tetap ada di tengah laporan penembakan di sekitar area tersebut, Anadolu Ajansi melaporkan sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (18/12/2022).

Pejabat pro-Rusia di Zaporizhzhia yang sekaligus ketua gerakan We Are Together, Vladimir Rogov, mengatakan bahwa upaya untuk membangun "kubah pelindung" di atas situs penampungan sampah nuklir sedang berlangsung.

"Untuk saat ini, itu akan melindungi dari pecahan peluru dan IED (bom rakitan) yang dijatuhkan dari drone. Ke depannya akan lebih substansial," tulisnya di Telegram.

Lewat pernyataan terpisah, operator nuklir milik negara Rusia, Rosenergoatom juga mengumumkan dimulainya konstruksi pemasangan "bantalan pengaman" untuk melindungi situs penampungan limbah nuklir.

 


Presiden Rusia Vladimir Putin Akui Rencana Pertempuran Panjang di Ukraina, Perang Nuklir

Seorang pria melihat keluar dari bangsal bersalin rumah sakit yang rusak di Vilniansk, wilayah Zaporizhzhia, Rabu (23/11/2022). Serangan roket Rusia itu terjadi saat proses bersalin sedang berlangsung di rumah sakit tersebut. (AP Photo/Kateryna Klochko)

Selama pertemuan tahunan dengan Dewan Kepresidenan untuk Masyarakat Sipil dan Hak Asasi Manusia, Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa tentara negara itu dapat bertempur di Ukraina untuk waktu yang sangat lama.

"Adapun durasi operasi militer khusus, yah, tentu saja, ini bisa menjadi proses jangka panjang," kata Putin saat berbicara tentang beberapa masalah yang dihadapi Rusia selama invasinya ke Ukraina, seperti dikutip dari MSN News, Sabtu (17/12/2022).

Sepanjang pertemuan yang disiarkan televisi, Putin membenarkan invasinya pada Februari ke Ukraina, menegaskan bahwa Barat memandang Rusia sebagai "negara kelas dua yang tidak memiliki hak untuk hidup."

Putin juga melanjutkan dengan mengatakan bahwa Rusia akan "membela diri dengan segala cara yang kami miliki."

Menurut Putin, risiko perang nuklir dengan barat semakin besar dan dia tidak segan-segan menjelaskan apa artinya itu, "Ancaman ini meningkat, saya tidak dapat menyangkalnya," kata Putin menanggapi sebuah pertanyaan.

"Kami belum menjadi gila," kata Putin selama pertemuannya yang disiarkan televisi, "kami menyadari apa itu senjata nuklir ... Kami memiliki sarana ini dalam bentuk yang lebih maju dan modern daripada negara nuklir lainnya."

Meskipun Putin dengan cepat menyebutkan persediaan nuklir Rusia sebagai pilihan yang layak, dia juga cukup cerdas untuk menambahkan bahwa Rusia tidak "akan berlari keliling dunia mengacungkan senjata ini seperti pisau cukur."

"Ini adalah faktor pencegahan, bukan faktor yang memicu eskalasi konflik," tambah Putin, meskipun dia menolak untuk mengesampingkan serangan pertama teoretis yang mengklaim bahwa kemampuan itu sangat penting bagi pertahanan Rusia.

 


AS Mengecam Rencana Perang Nuklir Rusia

Relawan Ukraina membersihkan puing-puing di bangsal bersalin rumah sakit yang rusak di Vilniansk, wilayah Zaporizhzhia, Rabu (23/11/2022). Akibat serangan roket Rusia ke salah satu rumah sakit lokal itu, bangunan dua lantai tempat bagian bersalin hancur. (AP Photo/Kateryna Klochko)

Amerika Serikat mengecam apa yang disebutnya "pembicaraan longgar" tentang penggunaan senjata nuklir dalam perang di Ukraina dengan juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan kepada wartawan bahwa Gedung Putih percaya "setiap pembicaraan longgar tentang senjata nuklir sama sekali tidak bertanggung jawab."

Tetapi durasi perang dan penggunaan senjata nuklir bukan satu-satunya pernyataan yang menarik perhatian yang dibuat oleh Putin selama pertemuannya. Presiden Rusia juga membahas kekhawatiran publik tentang kemungkinan mobilisasi kedua.

"Dalam kondisi ini, setiap pembicaraan tentang proses mobilisasi tambahan sama sekali tidak masuk akal. Negara dan kementerian pertahanan sama sekali tidak membutuhkan ini saat ini," kata Putin.

Rusia mengumpulkan sekitar 300.000 tentara baru pada pertengahan September dan Putin mengklarifikasi bahwa setengahnya sudah langsung dikerahkan ke garis depan di Ukraina dengan sisanya masih dalam pelatihan untuk peran tempur masa depan mereka.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya