IPO, Sunindo Pratama Lepas 24 Persen Saham ke Publik

PT Sunindo Pratama Tbk akan menawarkan 600 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 dalam rangka IPO.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Des 2022, 13:25 WIB
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Sunindo Pratama Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar mesin, peralatan dan perlengkapan lainnya akan menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).

Mengutip laman e-ipo, ditulis Minggu (18/12/2022), PT Sunindo Pratama Tbk akan menawarkan 600 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 dalam rangka IPO. Jumlah saham yang ditawarkan itu 24 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO. Dalam rangka IPO, perseroan menawarkan harga kisaran Rp 280-Rp 300 per saham.

Dengan demikian, perseroan akan meraup dana Rp 168 miliar-Rp 180 miliar dari IPO. Perseroan akan memakai dana IPO sekitar 40,14 persen untuk pembelian saham PT Rainbow Tubulars Manufacture (PT RTM), anak perseroan yang saat ini sebanyak 60 persen sahamnya dimiliki oleh perseroan.

Kemudian sekitar 42,61 persen akan digunakan untuk pelunasan sebagian utang usaha PT RTM kepada supplier dan modal kerja PT RTM untuk pembelian kebutuhan bahan baku dan bahan pendukung serta membiayai kegiatan operasional PT RTM. Lalu sisanya sekitar 17,25 persen untuk modal kerja termasuk pembelian kebutuhan bahan baku dan bahan pendukung sera untuk membiayai kegiatan operasional perseroan.

Dalam rangka IPO ini, Sunindo Pratama telah menunjuk PT UOB Kay Hian sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian. Adapun pemegang saham perseroan setelah IPO antara lain Soe To Tie Lin sebesar 64,60 persen, Willy Johan Chandra sebesar 11,40 persen dan masyarakat di bawah 5 persen sebesar 24 persen.

 


Kinerja Keuangan dan Jadwal

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas di Jakarta, Rabu (14/11). Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin atau 0,39% ke 5.858,29. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Perseroan mencatat penjualan Rp 245,08 miliar hingga 30 Juni 2022. Penjualan perseroan naik 88,91 persen dari periode sama tahun sebelumnya (tidak diaudit-red) sebesar Rp 129,73 miliar. Beban pokok penjualan naik 90,3 persen menjadi Rp 178,34 miliar hingga akhir kuartal II2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 93,70 miliar.

Laba bruto naik 85,22 persen menjadi Rp 66,73 miliar hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 36,02 miliar. Perseroan mencatat laba kompfrehensif periode tahun berjalan sebesar Rp 34,52 miliar hingga Juni 2022. Laba baik 142,9 persen dari periode akhir kuartal II 2022 sebesar Rp 14,20 miliar. Laba per saham dasar tercatat 14,58 hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya 90,09.

Perseroan mencatta ekuitas sebesar Rp 342,16 miliar hingga 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 307,6 miliar.  Perseroan membukukan lialibitas turun menjadi Rp 123,7 miliar hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 129,08 miliar. Perseroan mencatat aset Rp 465,89 miliar hingga 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 437,44 miliar.

Untuk kebijakan dividen, perseroan berkomitmen membagikan dividen tunai sekitar 10 persen dari laba bersih tahun berjalan perseroan setelah sisikan cadangan wajib mulai tahun buku 2023.

Berikut jadwal sementara IPO:

-Masa penawaran awal pada 19-23 Desember 2023

-Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 29 Desember 2022

-Masa penawaran umum pada 2-5 Januari 2023

-Tanggal penjatahan pada 5 Januari 2023

-Tanggal distribusi saham secara elektronik pada 6 Januari 2023

-Tanggal pencatatan saham pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Januari 2023


BEI Catat 42 Perusahaan Masih Proses IPO

Pengunjung melintas dekat layar monitor pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/1). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan saham 2019 menguat 10,4 poin atau 0,16% ke 6.204. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 42 perusahaan yang masih dalam proses penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) hingga 9 Desember 2022.

“Sampai dengan 9 Desember 2022 terdapat 42 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Senin (12/12/2022).

Ia menambahkan, hingga 9 Desember 2022, ada 58 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan jumlah dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 32,7 triliun. Saat ini terdapat 1 perusahaan yang sedang melakukan proses penawaran umum di sistem e-IPO, yaitu PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY). Bila sesuai jadwal, Venteny Fortuna International akan dicatatkan 15 Desember 2022.

Nyoman menuturkan, jika saham Venteny Fortuna International tercatat pada pertengahan Desember 2022 akan bawa saham yang tercatat di BEI pada 2022 naik 9 persen dibandingkan 2021.

 


Sektor Saham

Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (30/12/2020). Pada penutupan akhir tahun, IHSG ditutup melemah 0,95 persen ke level 5.979,07. (Liputan6.com/Johan Tallo)

“Apabila saham VTNY telah tercatat di BEI, maka total saham yang tercatat di BEI tahun 2022 berjumlah 59 saham atau naik 9 persen dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 54 saham dan lebih tinggi dibanding rekor all time high BEI pada tahun 2018 yang berjumlah 57 saham,” ujar dia.

Nyoman menuturkan, dengan mempertimbangkan waktu hingga akhir 2022 sudah semakin pendek, kemungkinan terjadi perubahan jadwal pencatatan yang sebelumnya direncanakan 2022 menjadi 2023.

Berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline pencatatan saham dengan rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials

• 2 Perusahaan dari sektor Industrials;

• 4 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic;

• 2 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;

• 7 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;

• 6 Perusahaan dari sektor Technology;

• 3 Perusahaan dari sektor Healthcare;

• 5 Perusahaan dari sektor Energy;

• 2 Perusahaan dari sektor Financials.

• 6 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate.

• 3 Perusahaan dari sektor Infrastructures.

“Berdasarkan data di atas, perusahaan pada sektor Consumer Cyclicals, Technology, Energy, Properties & Real Estate paling banyak pada pipeline pencatatan saham, sedangkan sisanya tersebar pada sektor lainnya,” ujar Nyoman.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya