1200 Orang dari 31 Negara Membahas Pendekatan Alternatif Mitigasi Krisis Iklim

1200 orang dari 31 negara mendaftar untuk konferensi Climate Futures #1: Cultures, Climate Crisis, and Disappearing Ecologies.

oleh Liputan Enam diperbarui 10 Jan 2023, 12:37 WIB
Konferensi Climate Futures #1: Cultures, Climate Crisis, and Disappearing Ecologies.

Liputan6.com, Jakarta - ASEAN Foundation bermitra dengan Nanyang Technological University Center for Contemporary Art Singapore (NTU CCA) telah menggelar pertemuan selama tiga hari di Jakarta, mulai Kamis, 1 Desember 2022 lalu. Pertemuan bertajuk Climate Futures #1: Cultures, Climate Crisis, and Disappearing Ecologies ini membahas hal-hal terkait antara budaya Asia Tenggara dan lingkungan, ekologi, dan keanekaragaman hayatinya.

Pertemuan Climate Futures #1: Cultures, Climate Crisis and Disappearing Ecologies diadakan dengan tujuan untuk mempelajari, mendokumentasikan, dan menganalisa dampak kolonialisme terhadap budaya dan keterkaitannya dengan krisis iklim saat ini.

Secara lebih terperinci, konferensi ini juga memiliki tujuan utama untuk memperlakukan pengetahuan lokal asli dan perspektif budaya sama seperti ilmu pasti yang berasal dari penelitian konvensional, agar dapat menumbuhkan hubungan pertukaran pengetahuan jangka panjang.

Proyek ini bertujuan untuk membangun pemahaman yang lebih luas tentang warisan paska kolonial dan tantangan yang dibawanya hingga saat ini, sambil membangun jaringan internasional yang kuat dan mengidentifikasi metodologi yang berpotensi untuk membawa sebuah perubahan yang bersifat positif.

Hal ini merupakan sebuah kesempatan untuk memulai wacana penting yang tertanam di kawasan ASEAN, dan melibatkan seluruh peserta untuk dapat bergabung bersama entitas dan mitra lain, menjadi multi-vokal dan multi-lokal.

"Menurut International Monetary Fund, negara-negara berkembang mewakili 85 persen dari populasi dunia dan menghadapi beban tantangan sosial dan lingkungan global,” kata Direktur Eksekutif ASEAN Foundation Dr. Yang Mee Eng.

ASEAN termasuk yang mewakili sebagian besarnya, untuk itu pembicara yang hadir di konferensi merupakan perwakilan dari negara-negara ASEAN dengan pengalaman langsung dari tantangan yang dihadapi.

“Selama konferensi berlangsung kami berharap dapat mengeksplorasi bersama kemungkinan masa depan yang lebih baik di luar krisis iklim saat ini," ujarnya.

Konferensi ini juga dihadiri oleh para pembicara dari 10 negara anggota ASEAN, Korea Selatan, Jerman, dan Australia dan lebih dari 1200 orang dari 31 negara mendaftar untuk konferensi yang berlangsung secara hybrid dari tanggal 1 Desember hingga 3 Desember 2022.

 


Pendekatan Alternatif

Konferensi Climate Futures #1: Cultures, Climate Crisis, and Disappearing Ecologies.

Konferensi yang berlangsung terdiri dari diskusi tentang pendekatan alternatif untuk studi regional yang berfokus pada urgensi seperti kenaikan permukaan laut dan suhu serta dampaknya terhadap sumber daya alam di wilayah tersebut.

Diskusi juga berfokus secara khusus terhadap pembahasan sumber daya alam di area Sungai Mekong dan Delta (Myanmar, Laos, Thailand, Kamboja, Vietnam) dan aliran sungainya ke Indonesia, Malaysia dan Filipina serta Selat Malaka yang memainkan peran penting dalam pembagian wilayah sejarah.

Pendekatan holistik dari Climate Futures #1: Cultures, Climate Crisis, and Disappearing Ecologies adalah untuk merangsang diskusi antara seniman, desainer interior dan arsitek, ilmuwan, pemerhati lingkungan, serta suara lokal dan pembuat kebijakan.

“Melalui acara ini, kami berupaya menjangkau publik yang lebih luas termasuk para cendekiawan muda dan praktisi seni, serta tokoh masyarakat dari kawasan ASEAN,” katanya.

Acara ini juga terbuka untuk khalayak umum dan dapat diikuti secara daring dengan melakukan registrasi terlebih dahulu melalui bit.ly/KONNECTASEAN_CF, atau untuk informasi lebih lanjut dapat diakses melalui https://www.instagram.com/aseanfoundation.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya