Di Balik Tubuh yang Kuat Ada Ginjal yang Sehat

Paparan Health Talk bertajuk Ginjal Sehat Bebas Batu dan Tubuh Kuat.

oleh Liputan6dotcom diperbarui 10 Jan 2023, 12:36 WIB
Ilustrasi Ginjal Credit: freepik.com

Liputan6.com, Mataram - Tubuh yang kuat memiliki ekosistem yang sehat. Terjadi beberapa gangguan metabolisme pada tubuh karena kurangnya perhatian masyarakat pada metabolisme tubuh yang juga mendukung proses ekskresi pada tubuh.

Gangguan tersebut juga yang terkait dengan gangguan ginjal dibahas dalam Health Talk yang bertajuk Ginjal Sehat Bebas Batu dan Tubuh Kuat oleh dokter spesialis urologi dr Pebrian Jauhari yang dihelat oleh Siloam Hospitals Mataram pada 16 Desember 2022.

Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) mendefinisikan Batu Saluran Kemih sebagai pembentukan batu di saluran kemih yang dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebab dan gejalanya. Batu Saluran Kemih atau dalam bahasa ilmiahnya Urolithiasis menghambat peredaran yang berasal dari ginjal hingga uretra.

Terdapat Etiologi pada Batu Saluran Kemih, antara lain gangguan saluran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan idiopatik. Etiologinya pun memiliki faktor resiko herediter yang dapat terdiagnosis pada rentan usia 30 - 50 tahun dan dengan perbandingan resiko 3:1 antara laki-laki dan perempuan.

Paparan Health Talk bertajuk Ginjal Sehat Bebas Batu dan Tubuh Kuat.

Berbeda dengan Teori Inhibitor yang mengatakan bahwa terbentuk atau tidaknya batu yang ada di dalam batu kemih ditentukan oleh keseimbangan antara zat pembentuk batu dan inhibitor yang dapat terhambat dan mengganggu turun laju reaksi. Teori Inhibitor antara lain batu ginjal, batu ureter dan batu buli.

Adapun Tatalaksana medis dilakukan untuk menghilangkan nyeri dengan melakukan pemeriksaan penunjang Laboratorium dan Radiologi, Tindakan ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) dan PCNL ( Percutaneous Nephro Litholapaxy). Tatalaksana yang dilakukan untuk menurunkan rasa nyeri dengan melakukan terapi konservatif ataupun ekspulsif medikamentosa, ESWL, Endourologi dan Pembedahan.

Data menunjukan angka rata rata kekambuhan kurang lebih 50 persen pada kurun waktu 10 tahun terakhir. Adapun untuk pencegahannya dengan menghindari dehidrasi dan memenuhi kebutuhan air putih harian 2-3 liter, melakukan diet rendah protein, oksalat, garam dan purin. Serta medikamentosa pada pengidapnya yaitu dengan terapi sebagai pengobatan atau minum obat secara oral, pil, kapsul, suntik hingga infus.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya