Liputan6.com, Jakarta - Kejadian kurang mengenakkan terjadi selepas laga perebutan juara 3 Piala Dunia 2022 antara Kroasia melawan Maroko yang dihelat di Khalifa International Stadium, Sabtu (17/12/2022) malam WIB.
Pemain Maroko Achraf Hakimi dikabarkan melakukan konfrontasi pada Presiden FIFA Gianni Infantino usai timnya kalah dari Luka Modric dan kawan-kawan di pertandingan tersebut. Akan tetapi, laporan Mirror mengklaim FIFA berusaha menutupi kejadian itu.
Advertisement
Singa Atlas sejatinya telah menunjukkan penampilan gemilang sepanjang pelaksanaan kompetisi sepak bola empat tahunan di Qatar. Mereka secara mengejutkan mampu tembus ke semifinal, sebelum ditumbangkan oleh sang juara bertahan Prancis dengan 0–2.
Maroko nyaris mendapat kesempatan untuk melipur lara lewat duel perebutan juara tiga kontra Kroasia. Mereka yang sempat tertinggal 0–1 lewat gol Josko Gvardiol (‘7) langsung menyamakan kedudukan berkat aksi Achraf Dari dua menit berselang.
Malang Singa Atlas akhirnya harus mengubur impian usai Mislav Orsic menggandakan torehan angka Vatreni mendekati turun minum. Skuad racikan Walid Regragui gagal mencetak angka penyeimbang hingga wasit meniupkan peluit tanda berakhirnya laga.
Tak dapat dimungkiri, Maroko memang sempat menyia-nyiakan beberapa peluang dan momentum yang tercipta. Namun, Hakimi tetap menaruh amarah pada wasit akibat sejumlah keputusan yang dibuatnya sepanjang laga.
Terdapat setidaknya dua momen yang memicu kedongkolan Singa Atlas pasca duel kontra Kroasia di Piala Dunia Qatar. Pertama, mereka berang lantaran wasit Abdulrahman Ibrahim Al Jasim menolak memberikan penalti saat ada potensi terjadinya hand ball di dalam kotak.
Sundulan Youssef En-Nesyri kala itu disinyalir mengenai tangan Bruno Petkovic. Akan tetapi, sang pengadil mengabaikan hal tersebut. Peristiwa kedua tersaji ketika Hakimi dijatuhkan oleh penggawa Vatreni. Malang kejadian ini lagi-lagi tak digubris poleh Al Jasim.
Aksi Protes
Anak-anak asuh Regragui langsung melancarkan protes di lapangan selepas laga. Namun, Hakimi memilih cara berbeda. Pemain Paris Saint-Germain itu menghampiri Infantino yang sedang menanti giliran untuk menyerahkan medali kepada Kroasia.
Sang pemain tidak menunjukkan sikap kasar saat melakukan aksinya. beIN Sports justru melaporkan Hakimi cenderung memohon kepada Presiden FIFA dan memberi keluhan soal wasit dengan cara yang sopan dan putus asa.
Walau begitu, federasi sepak bola dunia kabarnya berupaya mencegah rekaman perjumpaan Hakimi dan Infantino tersebar di media. Sejumlah wartawan yang hadir di lokasi menyatakan FIFA meminta mereka menghapus dokumentasi terkait hal itu.
“Mereka (FIFA) ingin kami menghapus gambar-gambar itu,” ujar reporter SVT Sports Johan Kucukaslan, seperti dikutip dari Mirror.
“Sudah jelas bahwa adegan ini memalukan bagi mereka, dan agak naif jika mereka berpikir bahwa sejumlah jurnalis tidak bakal melaporkan hal ini, ketika kita menyaksikan sendiri yang terjadi,” sambung dia.
Advertisement
Bukan Kali Pertama
Ini bukanlah kali pertama Maroko merasa geram dengan wasit. Singa Atlas juga sempat melancarkan protes terkait pengadil ketika mereka kalah dua gol tanpa balas dari Prancis di semifinal Piala Dunia 2022.
Kendati demikian, bos Maroko Walid Regragui tetap berupaya mengangkat semangat anak-anak asuhnya. Ia mengapresiasi keberhasilan Singa Atlas mengalahkan tim-tim raksasa sekelas Belgia, Spanyol, dan Portugal, meski gagal melaju hingga partai puncak FIFA World Cup edisi ini.
“Sebelum turnamen (dimulai), kami hanya memiliki 0,01 persen peluang untuk melakukan hal ini, dan nyatanya kami mencapai empat besar. Kami sekarang adalah salah satu dari empat tim teratas di dunia,” ujar sang pelatih terkait performa Singa Atlas di Piala Dunia 2022.
“Kroasia saat ini merupakan satu dari tiga tim top dunia, dan mereka sedikit lebih kuat dibanding kami, begitu pula dengan Prancis. Kami harus mengejar ketertinggalan. (Maroko) telah menghabiskan 10 tahun terakhir untuk melakukan hal itu,” sambungnya.
Belajar Banyak
Lebih lanjut, Regragui juga menyatakan ia dan anak-anak asuhnya telah belajar banyak dari laga kontra Belgia, Spanyol, dan Portugal. Track record Maroko di laga ini membuktikan bahwa mereka mampu bersaing dengan negara-negara sepak bola papan atas.
“Kami belajar banyak dari pertandingan melawan Belgia, Spanyol, dan Portugal. Kami telah menunjukkan bahwa kami dapat bersaing dengan beberapa tim top ini,” katanya.
“(Pencapaian) ini harus menginspirasi negara-negara Afrika lainnya. Sudah menjadi DNA tim-tim Eropa bahwa mereka mampu mencapai babak-babak terakhir (turnamen bergengsi) dan kami harus mengembangkan hal itu dalam DNA kami juga, sehingga suatu hari kami bisa memenangkan Piala Dunia,” pungkas dia.
Advertisement