Harga Emas Naik Tipis Terpicu Pulihnya Permintaan China

Harga emas kembali pulih usai mencapai level terendah dalam 6 bulan, setelah para pemburu emas di kawasan Asia, terutama China kembali melakukan pembelian setelah menikmati liburan Tahun Baru Imlek.

oleh Liputan6 diperbarui 19 Feb 2013, 07:59 WIB
Harga emas kembali pulih usai mencapai level terendah dalam 6 bulan, setelah para pemburu emas di kawasan Asia, terutama China kembali melakukan pembelian seusai menikmati liburan Tahun Baru Imlek, sepekan lalu.

Harga emas naik 0,2% menjadi US$ 1.611,45 per troy ounce hari ini, setelah jatuh ke level US$ 1.598,04 troy ounce pada Jumat (15/2) karena tekanan jual. Harga emas di Amerika Serikat (AS) untuk pengiriman April naik tipis 0,4% menjadi US$ 1.616,40 per troy ounce.

Ketidakmampuan komoditas ini mencapai level di atas US$ 1.700 per troy ounce dalam beberapa pekan terakhir dan jatuh ke level rendah karena perdagangan emas di kawasan Asia yang berkurang. Harga emas merosot hingga 3,8%, merupakan yang terbesar sejak Mei 2012.

"Setelah secara teknis terdorong penjualan, mungkin diperburuk kurangnya minat pembelian fisik dari Asia, permintaan menjadi turun. Meski kami tetap mendapatkan pesanan dari India yang ingin mengambil keuntungan dari kelemahan saat ini," ujar Jeffrey Rhodes, CEO INTL Komoditas, seperti dilansir Dailytimes, Selasa (19/2/2013).

Kemudian para investor emas dari China yang telah menyelesaikan liburan mereka selama sepekan, memberikan dorongan kepada harga emas kembali sejak Senin (18/2).

Spot harga kontrak emas murni di Shanghai Gold Exchange turun 326,40 yuan (US$ 52,37) per gram , terendah dalam hampir tujuh bulan. Penurunan dipicu pembelian yang kuat, dengan volume melebihi rekor tertinggi 22 ton pada SGE.

"Minggu ini investor Cina kembali dengan keinginan yang kuat untuk membeli logam mulia dengan harga murah, di mana omzet SGE melonjak ke posisi tertinggi sepanjang masa," kata Broker UBS dalam catatannya.

Para pemimpin keuangan dari 20 negara ekonomi terbesar berjanji untuk tidak mendevaluasi mata uang mereka untuk meningkatkan ekspor, yang bertujuan untuk meredakan pembicaraan tentang perang mata uang yang telah bergolak di pasar. Hal ini juga ikut mempengaruhi harga emas global. (Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya