Prediksi Sejuta Kematian Akibat COVID-19 di China pada 2023

Pelonggaran pembatasan COVID-19 yang dilakukan China diprediksi dapat meningkatkan ledakan kasus Corona.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 18 Des 2022, 19:02 WIB
Kapal berlayar di sepanjang Sungai Huangpu di distrik Pudong yang dikunci sebagai tindakan pencegahan Covid-19, di Shanghai (28/3/2022). Bagian timur kota yang terdiri dari sekitar 11 juta penduduk di lockdown selama empat hari. (AFP/Hector Retamal)

Liputan6.com, Jakarta Pelonggaran pembatasan COVID-19 yang dilakukan China diprediksi dapat meningkatkan ledakan kasus Corona. Imbasnya pada 2023 diprediksi bakal ada satu juta kematian akibat infeksi SARS-CoV-2 di Negeri Tirai Bambu.

Prediksi tersebut dilakukan Institute of Health Metrics and Evaluation (IHME) yang berbasis di Amerika Serikat (AS).Menurut proyeksi tersebut, kasus di China akan mencapai puncak pada 1 April 2022. Saat itu angka kematian mencapai 322 ribu.

"Sekitar sepertiga populasi di China akan terinfeksi saat itu," kata Direktur IHME Christopher Murray mengutip Channel News Asia, Minggu, 18 Desember 2022.

Pemerintah China sendiri sebenarnya belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai angka kematian sejak relaksasi COVID-19 dikeluarkan. Data terakhir per 3 Desember 2022 ada 5.325 kematian.

China mencabut beberapa aturan pembatasan COVID-19 di Desember usai publik memprotes kebijakan soal terlalu ketatnya kebijakan di sana. Usai ada relaksasi, terjadi lonjakan kasus. Hal yang dikhawatirkan adalah penduduk China sekitar 1,4 miliar rentan terinfeksi saat liburan Tahun Baru China 2023 yang jatuh pada 22 Januari 2023. 

"Tidak ada yang mengira mereka akan tetap berpegang pada nol-COVID selama mereka melakukannya," kata Murray pada Jumat (16/12/2022) ketika proyeksi IHME dirilis secara online.


Metode Proyeksi Pemodelan Kasus COVID-19 di China

Seorang pria bermasker berjalan melewati warga yang sedang melakukan pendaftaran untuk menjalani tes usap di lokasi pengujian virus corona COVID-19, Beijing, China, Rabu (14/12/2022). Mulai hari ini, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan penurunan kasus harian COVID-19 sejak pemerintah melonggarkan pengujian PCR setelah kasus harian mencapai rekor tertinggi. (AP Photo/Andy Wong)

IHME yang merupakan organisasi populasi kesehatan independen yang berbasis di University of Washington School of Medicine ini telah diandalkan oleh pemerintah dan perusahaan selama pandemi.

Untuk proyeksi ini mereka menggunakan data dan informasi provinsi dari wabah Omicron baru-baru ini di Hong Kong. Hal ini lantaran China tidak melaporkan gambaran tingkat kematian akibat infeksi COVID-19.

IHME juga mengikutsertakan informasi tingkat vaksinasi COVID-19 dari pemerintah untuk mengetahui gambaran peningkatan infeksi di provinsi yang ada di China.

Sementara itu, pakar lain mengatakan ada 60 persen populasi di China yang bakal terinfeksi tahun depan. Pakar tersebut memprediksi kasus meningkat pada Januari.

Kasus parah kemungkinan pada populasi rentan seperti orang tua dan mereka dengan penyakit penyerta.Hal lain yang dikhawatirkan juga soal penggunaan vaksin yang kurang efektif di sana. Lalu, cakupan vaksinasi yang rendah pada mereka berusia 80 ke atas.

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya