Seb-i Arus, Menyaksikan Pertemuan Mevlana Jalaluddin Rumi dengan Tuhan di Tanah Konya

Tahun 2022 ini, peringatan tersebut merupakan yang ke-749 tahun, sejak kematian Jalaluddin Rumi di Kota kelahirannya, Konya, Turki.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 18 Des 2022, 21:03 WIB
Peringatan wafatnya ulama, penyair dan tokoh sufi ternama, Jalal ad-Din Muhammad Rumi atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Jalaluddin Rumi di Kota kelahirannya, Konya. (Foto:Liputan6/Luqman Rimadi)

Liputan6.com, Konya - Ribuan orang memadati Gedung Pusat Kebudayaan Mevlana di, Konya, Turki, Sabtu, 17 Desember 2022. Kedatangan mereka bukan tanpa sebab, ada hari spesial yang selalu dirayakan setiap tahun, yaitu peringatan wafatnya ulama, penyair dan tokoh sufi ternama, Jalal ad-Din Muhammad Rumi atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Jalaluddin Rumi.

Setiap tahunnya, sejak 1937, kematian Rumi selalu diperingati lewat acara peingatan yang dalam bahasa Turki disebut Seb-i Arus (Malam Reuni dengan Tuhan) di Konya, tempat kelahiran ordo Mevlevi di abad ke-13, dan rumah bagi Rumi.

Tahun 2022 ini, peringatan tersebut merupakan yang ke-749 tahun, sejak kematian Rumi di Kota kelahirannya, Konya.

Dengan dukungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata serta Badan Promosi dan Pengembangan Pariwisata Turki, Upacara Sema sebagai bagian dari upacara Seb-i Arus dilaksanakan di Pusat Kebudayaan Rumi, Konya.

Liputan6.com, menjadi salah satu dari 30 media dari berbagai negara yang berkesempatan merasakan momen sakral acara Seb-i Arus di Kota Konya.

Suasana spiritual tampak sangat terasa saat sejumlah publik figure Turki menampilkan karya-karya Rumi berupa pembacaan syair diiringi dengan musik tradisional dan tarian sufistik, yang melambangkan filosofi hidup dan pendakian spiritual manusia melalui pikiran dan cinta menuju kesempurnaan.

Tentunya, yang paling spesial dan ditunggu-tunggu adalah penampilan para darwis, para penari sufistik, yang menampilkan The Circle of Veled, gerakan berputar-putar, yang menggambarkan kebangkitan dari kematian.

Bagi Rumi, kematiannya bukan sebagai akhir, tetapi sebagai reuni dengan Tuhan tercinta. Peringatan kematiannya disebut 'Malam Perpaduan' atau juga disebut sebagai 'Malam Reuni'.

Selama melakukan gerakan berputar-putar, yang dalam bahasa Turki disebut semazens, para darwis mengenakan kostum simbolis, yang mempunyai banyak makna filosofis. Seperti topi kerucut (sikke) mewakili batu nisan ego, rok panjang putih mewakili kain kafan ego.

Di atas jubah itu, para darwis yang berputar-putar mengenakan jubah hitam panjang (hırka) yang dilambangkan sebagai hal-hal yang bersifat duniawi.


Saat Semazen Menyampaikan Pesan kepada Tuhan

Peringatan wafatnya ulama, penyair dan tokoh sufi ternama, Jalal ad-Din Muhammad Rumi atau yang dikenal di Indonesia dengan nama Jalaluddin Rumi di Kota kelahirannya, Konya. (Foto:Liputan6/Luqman Rimadi)

Di awal pertunjukan, semazen membuka kedua tangan ke sisi mereka seolah-olah merangkul alam semesta dan mulai berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Tangan kanan, telapak tangan ke atas mengarah ke langit, melambangkan kesiapan untuk menerima kemurahan hati Tuhan.

Sementara, saat telapak tangan kiri melihat ke bawah ke arah bumi, melambangkan kesediaan para semazens untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada mereka yang menyaksikan Sema dan yang lainnya.

Selama pusaran, semazens melepas jubah gelap mereka yang mewakili rasa terlahir kembali ke kebenaran secara simbolis dan dengan menyilangkan tangan mereka di dada mewakili angka satu.

Dengan demikian, semazens menjadi saksi keyakinan bahwa "hanya ada satu Tuhan".Semahane tempat upacara berlangsung melambangkan alam semesta. Sementara, sisi kanan mewakili ranah materi yang terlihat dan diketahui, sedangkan sisi kiri mewakili ranah makna.

Tak hanya menjadi tokoh ulama dan ilmuan besar Islam, Rumi, penyair sufi abad ke-13 dianggap sebagai salah satu filsuf Sufi terbesar di dunia. Rumi sangat dicintai dan dihormati oleh semua agama karena puisi dan dan sejumlah karya yang dirangkum dalam sejumlah kitab-kitab, yang merangkul seluruh umat manusia.

 


Gubernur Kota Konya: Rumi Merangkul Semua Umat Manusia

Gubernur Kota Konya, Vahdettin Özkan, yang turut memberikan sambutan dalam Seb-i arus mengatakan Rumi memiliki banyak atribut seperti penyair muslim, ahli hukum, ulama, teolog, dan mistikus sufi. Namun lebih dari itu, dia mewakili tatanan kehidupan dalam dirinya sendiri karena dia percaya pada "esensi sejati". 

Lebih lanjut Ozkan mengatakan ajaran Rumi melambangkan bahwa semua orang, apa pun ras maupun agamanya, telah menjadi simbol kesetaraan di dunia dalam segala hal.

"Rumi meninggalkan warisan universal yang mencakup semua waktu dan orang. Dia merangkul semua umat manusia dan dipeluk oleh semua umat manusia," kata Özkan, Sabtu, 17 Desember 2022. 

Menurutnya, salah satu sumber pengetahuan terpenting dalam sejarah Turki dan dan dunia adalah pemikiran Rumi yang menyoroti masa kini dan masa depan, serta khotbahnya yang mendalam tentang manusia dan kehidupan, membuka mata semua orang.

"Cara utama yang diadopsi dan direkomendasikan Rumi kepada orang-orang adalah pemahaman yang didasarkan pada jiwa daripada tubuh, yang tidak terlihat daripada yang terlihat, pemilik sebenarnya dari makhluk daripada makhluk. Dengan kata lain, teman sejati," ucap Ozkan. 

"Rumi, yang pintunya selalu terbuka bagi semua orang, apa pun ras maupun agamanya telah menjadi simbol kesetaraan di dunia dalam segala hal," Özkan menandaskan.

Infografis Pasien Covid-19 Omicron XBB Pertama di Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya