Trivia Saham: Kenali Apa Itu Hawkish dan Dovish

Pelaku pasar kadang memperhatikan nada hawkish dan dovish

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Des 2022, 05:31 WIB
Ilustrasi the Federal Reserve (Brandon Mowinkel/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Kata hawkish dan dovish sering terdengar dalam dunia keuangan.  Hal ini terutama saat bank sentral merilis kebijakan moneternya, pernyataan hawkish dan dovish oleh pejabat bank sentral terutama bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menjadi perhatian pelaku pasar.

Kali ini trivia saham sekilas membahas mengenai trivia saham dikutip dari laman the street, Senin (19/12/2022). Dunia keuangan telah asosiasikan elang dengan kebijakan moneter agresif yang mendukung suku bunga lebih tinggi untuk mengekang inflasi.

The Federal Reserve (the Fed) yang hawkish membuat keputusan kebijakan yang berusaha untuk meredam inflasi, mempertahankan tingkat pekerjaan yang sehat.

Ketika elang melihat sesuatu, ia tampaknya hanya fokus pada mangsanya. Untuk memperluas metafora, beberapa pakar percaya the Fed berusaha redam inflasi, itu mungkin melewatkan konsekuensi tindakannya terhadap ekonomi yang lebih luas seperti memperlambat pasar perumahan dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB).

Apa Itu kebijakan oneter Hawkish? Apa saja contohnya?

Kebijakan moneter hawkish juga dikenal sebagai kebijakan moneter ketat, dipratikkan ketika bank sentral seperti the Fed menjaga likuiditas keuangan. Hal ini dilakukan beberapa cara, antara lain pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), the Fed dapat dongkrak suku bunga.

Selain itu, the Fed juga dapat kurangi jumlah treasuries dan sekuritas yang didukung hipotek yang dimilikinya melalui langkah-langkah pengetatan kuantatif. Sesuai dengan namanya, praktik ini memperketat neraca the Fed dan membantu mencapai target tingkat inflasi dua persen.

Mengutip laman ICDX, sejumlah kata kunci yang biasa diantisipasi pasar dengan nada hawkish antara lain pertumbuhan ekonomi yang kuat, laporan data kinerja suatu sektor yang optimis, inflasi meningkat. Kemudian pengurangan neraca bank sentral, pengetatan kebijakan moneter dan kenaikan suku bunga.

 


Dovish

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Lalu bagaimana dengan dovish?

Kebijakan dovish atau akomodatif merupakan kebalikan dari hawkish dan mendukung kebijakan moneter ekspansif untuk mencapai tingkat lapangan kerja maksimal. The Fed melakukan ini dengan menurunkan tingkat suku bunga. Ini berdampak pada ekonomi, misalkan memudahkan pembeli rumah untuk mendapatkan hipotek, konsumen beli barang secara kredit, dan bisnis mendapatkan pinjaman untuk mempekerjakan lebih banyak pekerja dan meningkatkan produksi.

Ap aitu kebijakan moneter dovish?

Kebijakan moneter dovish mendukung lingkungan “uang mudah”. Ketika suku bunga the Fed dipangkas sehingga memudahkan bisnis dan konsumen mendapatkan pinjaman. Pelonggaran kuantatif dipratikkan di masa dovish. Konsumen belanjakan lebih banyak, dan ekonomi berkembang.

Sejumlah kata kunci yang jadi perhatian pelaku pasar sebagai arahan dovish antara lain penurunan inflasi, laporan data kinerja suatu sektor yang pesimistis, peningkatna neraca bank sentral, pelonggaran kebijakan moneter dan pemangkasan suku bunga.


Trivia Saham: Mengenal Apa Itu Dilusi di Pasar Modal

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, pemegang saham di pasar modal bisa mengalami penurunan persentase kepemilikan saham atau disebut mengalami dilusi.

Dilusi terjadi ketika sebuah perusahaan menerbitkan saham baru yang mengakibatkan penurunan persentase kepemilikan pemegang saham yang ada pada perusahaan tersebut.

Melansir investopedia, Minggu (16/10/2022), dilusi saham juga dapat terjadi ketika pemegang opsi saham, seperti karyawan perusahaan, atau pemegang opsional lainnya menggunakan opsi mereka. Ketika jumlah saham beredar meningkat, setiap pemegang saham yang ada memiliki persentase perusahaan yang lebih kecil, atau terdilusi. Sehingga setiap saham menjadi kurang berharga.

Ketika perusahaan memutuskan untuk melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO), mereka mengesahkan jumlah saham awal yang akan ditawarkan pada publik. Jumlah saham yang beredar ini biasanya disebut sebagai "float”.

Jika perusahaan menerbitkan saham tambahan di kemudian hari, artinya mereka meningkatkan jumlah saham beredar. Penerbitan saham baru oleh perusahaan yang sudah tercatat di bursa biasanya dilakukan dalam rangka penambahan modal.

 


Selanjutnya

Karyawan mengambil gambar layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Sebanyak 111 saham menguat, 372 tertekan, dan 124 lainnya flat. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam hal penambahan modal dilakukan dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau rights issue, pemegang saham eksisting dapat berpartisipasi untuk mempertahankan persentase kepemilikannya. Sehingga jumlah saham yang dimiliki setelah mengeksekusi rights issue juga akan berubah lebih banyak mengikuti float terbaru.

Sebaliknya, jika pemegang saham tidak melaksanakan haknya untuk membeli saham baru yang diterbitkan perusahaan, dari sisi persentase mengalami dilusi atau mengecil karena jumlah saham yang dimiliki menjadi jauh lebih kecil dibandingkan jumlah saham yang beredar setelah penambahan modal.

Sementara jika penerbitan saham baru dilakukan dalam rangka penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement, dilusi menjadi keniscayaan. Lantaran hak pembelian saham baru yang diterbitkan hanya diberikan pada pihak-pihak tertentu, sehingga investor lain tidak memiliki kesempatan untuk mengoleksi saham perusahaan guna mempertahankan presentasi kepemilikan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya