Liputan6.com, Jakarta - Sejak mengambil alih kepemilikan Twitter, Elon Musk memang dikenal kerap mengeluarkan sejumlah keputusan kontroversial. Mulai dari memecat sebagian besar karyawan hingga menangguhkan akun sejumlah jurnalis.
Seakan mengerti dengan kondisi ini, Elon pun membuat sebuah poling di Twitter yang meminta tanggapan para pengguna apakah dia seharusnya dia mundur dari pucuk kepemimpinan perusahaan.
Advertisement
"Haruskah saya mundur sebagai Head of Twitter? Saya akan mematuhi hasil polling ini," cuit Elon Musk sekitar empat jam lalu. Berdasarkan pantauan terkini Tekno Liputan6.com, Senin (19/12/2022), polling ini akan berakhir dalam beberapa jam lagi.
Hingga berita ini ditayangkan, polling di Twitter itu sudah mendapatkan sekitar 10 juta suara yang memilih. Hasil terakhir menunjukkan 56 persen suara menyatakan setuju Elon Musk mundur, dan sisanya menolak wacana tersebut.
Mengingat polling ini masih terus berlangsung, menarik untuk menunggu seperti apa masa depan Elon Musk di Twitter. Terlebih, ia sudah berkata akan mematuhi apa pun hasil polling yang dilakukan kali ini.
Polling yang dibuka ini seakan menegaskan cuitan Elon Musk sebelumnya. Dalam kicauan tersebut, ia menuliskan, Twitter akan mengadakan pemilihan suara untuk perubahan kebijakan besar di masa depan.
"Ke depan, akan ada pemungutan suara untuk perubahan kebijakan besar. Saya minta maaf. Ini tidak akan terjadi lagi," tulisnya.
Kicauan itu sendiri menanggapi keputusan Twitter yang melarang penggunanya mempromosikan konten di platform lain, seperti Facebook, Instagram, hingga Mastodon.
Selain itu, pengguna juga tidak bisa lagi memposting tweet yang mengundang follower untuk mengikuti mereka di platform media sosial lainnya.
Twitter Blokir Link ke Facebook, Instagram, dan Pesaing Lainnya
Mengutip The Verge, Senin (19/12/2022), perusahaan milik Elon Musk itu juga membatasi penggunaan agregator pihak ketiga seperti Linktree dan Link.bio.
Twitter memperingatkan, pengguna yang mencoba mengabaikan hal ini dengan cara menyembunyikan URL atau lainnya akan dianggap melanggar kebijakan perusahaan.
Perusahaan mengancam, akun pelanggar dapat ditangguhkan sementara jika itu adalah pelanggaran pertama mereka atau "insiden terisolasi".
"Setiap pelanggaran selanjutnya akan mengakibatkan penangguhan permanen," tambah Twitter.
"Secara umum, segala jenis cross-posting ke platform kami tidak melanggar kebijakan ini, meskipun dari situs terlarang yang tercantum di atas," tulis perusahaan milik Elon Musk tersebut.
Di sisi lain, Elon Musk dikabarkan telah memberhentikan (PHK) lebih banyak tenaga kerja Twitter. Menurut The Information, perusahaan memangkas sebagian divisi infrastrukturnya pada Jumat malam (16/12/2022) waktu Amerika Serikat.
Advertisement
Elon Musk PHK Karyawan Twitter Lagi
Jumlah karyawan yang terdampak belum jelas, tetapi beberapa engineer melalui Twitter mengaku mereka diberitahu melalui email bahwa kontribusinya sudah tak lagi diperlukan. Demikian sebagaimana dikutip dari Engadget, Minggu (18/12/2022).
PHK terbaru terjadi setelah The New York Times melaporkan bahwa Elon Musk telah memberhentikan Nelson Abramson, kepala infrastruktur Twitter, di antara segelintir karyawan berpangkat tinggi lainnya di perusahaan tersebut.
Menurut The Information, Musk menunjuk insinyur Tesla Sheen Austin untuk menjalankan tim infrastruktur situs web media sosial setelah kepergian Abramson.
Twitter belum menanggapi mengenai isu PHK karyawan ini. Untuk diketahui, perusahaan belum memiliki tim komunikasi sejak mengurangi tenaga kerjanya.
Menurut perkiraan The Information, jumlah karyawan Twitter telah menyusut sekitar 75 persen sejak Elon Musk mengambil alih perusahaan pada akhir Oktober.
Situs web media sosial ini mempekerjakan sekitar 7.500 orang di bawah mantan CEO Parag Agrawal. Seminggu lalu, Slack atau alat komunikasi internal Twitter mendaftarkan sekitar 2.000 karyawan.
Twitter Tangguhkan Sejumlah Akun Jurnalis yang Kritik Elon Musk
Twitter menangguhkan sejumlah akun jurnalis kenamaan sejak Kamis (15/12/2022). Ini merupakan kebijakan terbaru Twitter di bawah kepemilikan Elon Musk.
Akun yang ditangguhkan termasuk Ryan Mac dari The New York Times; Drew Harwell dari The Washington Post; Aaron Rupar, seorang jurnalis independen; Donie O'Sullivan dari CNN; Matt Binder dari Mashable; Tony Webster, seorang jurnalis independen; Micah Lee dari The Intercept; dan jurnalis politik Keith Olbermann.
Tidak jelas apa penyebab pasti dari penangguhan tersebut. Twitter hanya mengirimkan pesan ke jurnalis yang terpengaruh bahwa akun tersebut ditangguhkan karena "melanggar aturan Twitter".
Mengutip laman The New York Times, Jumat (16/12/2022), beberapa jurnalis yang akunnya ditangguhkan telah menulis tentang akun yang melacak pesawat pribadi atau men-tweet tentang akun tersebut.
Beberapa dari mereka juga telah menulis artikel yang mengkritik Elon Musk dan kepemilikannya atas Twitter. Banyak dari mereka memiliki puluhan ribu pengikut di platform.
Elon Musk sendiri belum menanggapi masalah ini. Dalam sebuah tweet, Elon Musk mengatakan aturan Twitter tentang "doxxing"--mengacu pada berbagi dokumen pribadi seseorang, termasuk informasi seperti alamat mereka--berlaku juga untuk jurnalis dan pengguna lainnya.
(Dam/Isk)
Advertisement