IPO, Cakra Buana Resources Energi Lepas 783 Juta Saham

PT Cakra Buana Resources Energi Tbk menawarkan harga IPO di kisaran Rp 100-Rp 110 per saham.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 19 Des 2022, 11:59 WIB
Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Cakra Buana Resources Energi Tbk gelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Pada aksi tersebut, Cakra Buana Resources Energi menawarkan sebanyak-banyaknya 783 juta lembar saham baru atau setara 16,26 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO.

Saham tersebut diterbitkan dengan nilai nominal Rp 25 per saham. Melansir prospektus IPO perseroan, Senin (19/12/2022), saham tersebut ditawarkan dengan harga Rp 100—110 per saham, Dnegan demikian, perseroan berpotensi meraup dana segar sekitar Rp 73,8 miliar hingga Rp 81,18 miliar.

Perseroan berencana mengalokasikan 40 persen dana hasil IPO untuk mendukung rencana pembiayaan belanja modal (capital expenditure/capex) berupa penambahan satu set kapal tug & barge berukuran 300 ft. Sisanya sekitar 60 persen akan digunakan untuk modal kerja dalam rangka pendukung kegiatan operasional secara umum.

Bersamaan dengan penawaran perdana saham, perseroan juga menerbitkan sebanyak-banyaknya 1.328.400.000 waran seri I yang menyertai saham baru perseroan atau sebanyak 34,96 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh.

Waran seri I ini diberikan cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham (DPS) pada tanggal penjatahan. Nantinya, setiap pemegang lima saham baru perseroan berhak memperoleh sembilan waran seri I, di mana setiap waran seri I memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru perseroan yang dikeluarkan dalam portepel. Waran seri I ini mempunyai jangka waktu selama dua tahun.

Harga pelaksanaan untuk waran seri I adalah sebesar Rp 25–400, yang dapat dilakukan selama masa berlakunya pelaksanaan yaitu enam bulan atau lebih sejak efek diterbitkan, yang berlaku mulai 5 Juli 2023 sampai dengan 3 Januari 2025.

 


Jadwal

Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dengan begitu, total hasil pelaksanaan waran seri I adalah sebanyak-banyaknya Rp 531,36 miliar. Catatan saja, perseroan merencanakan dividen sebanyak-banyaknya 35 persen dari laba bersih tahun berjalan, dimulai pada 2025 berdasarkan laba tahun berjalan tahun buku 2024.

Jadwal:

Masa penawaran awal: 13—16 Desember 2022

Perkiraan tanggal efektif: 26 Desember 2022

Perkiraan masa penawaran umum: 26 Desember 2022— 3 Januari 2023

Perkiraan tanggal penjatahan: 3 Januari 2023

Perkiraan tanggal distribusi saham dan waran seri I: 4 Januari 2023

Perkiraan tanggal pencatatan saham dan waran seri I di BEI: 5 Januari 2023

Perkiraan awal perdagangan saham dan waran seri I: 5 Januari 2023

Perkiraan akhir perdagangan waran seri I :

- Pasar reguler & negosiasi: 27 Desember 2024

- Pasar tunai: 2 Januari 2023

Perkiraan awal pelaksanaan waran seri I: 5 Juli 2023

Perkiraan akhir pelaksanaan waran seri:I 3 Januari 2025


BEI Catat 42 Perusahaan Masih Proses IPO

Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 42 perusahaan yang masih dalam proses penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) hingga 9 Desember 2022.

“Sampai dengan 9 Desember 2022 terdapat 42 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Senin (12/12/2022).

Ia menambahkan, hingga 9 Desember 2022, ada 58 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan jumlah dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 32,7 triliun. Saat ini terdapat 1 perusahaan yang sedang melakukan proses penawaran umum di sistem e-IPO, yaitu PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY). Bila sesuai jadwal, Venteny Fortuna International akan dicatatkan 15 Desember 2022.

Nyoman menuturkan, jika saham Venteny Fortuna International tercatat pada pertengahan Desember 2022 akan bawa saham yang tercatat di BEI pada 2022 naik 9 persen dibandingkan 2021.

“Apabila saham VTNY telah tercatat di BEI, maka total saham yang tercatat di BEI tahun 2022 berjumlah 59 saham atau naik 9 persen dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 54 saham dan lebih tinggi dibanding rekor all time high BEI pada tahun 2018 yang berjumlah 57 saham,” ujar dia.

 


Sektor Saham

Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Nyoman menuturkan, dengan mempertimbangkan waktu hingga akhir 2022 sudah semakin pendek, kemungkinan terjadi perubahan jadwal pencatatan yang sebelumnya direncanakan 2022 menjadi 2023.

Berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline pencatatan saham dengan rincian sektornya adalah sebagai berikut:

• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials

• 2 Perusahaan dari sektor Industrials;

• 4 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic;

• 2 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;

• 7 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;

• 6 Perusahaan dari sektor Technology;

• 3 Perusahaan dari sektor Healthcare;

• 5 Perusahaan dari sektor Energy;

• 2 Perusahaan dari sektor Financials.

• 6 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate.

• 3 Perusahaan dari sektor Infrastructures.

“Berdasarkan data di atas, perusahaan pada sektor Consumer Cyclicals, Technology, Energy, Properties & Real Estate paling banyak pada pipeline pencatatan saham, sedangkan sisanya tersebar pada sektor lainnya,” ujar Nyoman.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya