Liputan6.com, Konya - Konya, menjadi salah satu daerah yang menarik yang patut dikunjungi oleh para pelancung saat berpelesir ke Turki. Wilayah Turki bagian Asia di Pusat wilayah Anatoya ini, kaya akan nilai-nilai sejarah, mulai dari adanya sejumlah situs purbakala, hingga warisan luhur para cendikiawan dan filsuf muslim.
Daya tarik Konya selain tempat dan budaya adalah sejarah awalnya. Konya telah menjadi daerah pemukiman sejak tahun 7.000 sebelum masehi dan telah menjadi tempat lahir banyak peradaban. Tulisan mulai digunakan pada tahun 3500-an sebelum masehi, sehingga dapat dikatakan bahwa Konya adalah salah satu pusat pemukiman tertua di Turki, bahkan di dunia.
Advertisement
Karena itu, Kota Konya sudah seperti kota museum, karena banyak tempat-tempat bersejarah di kota berjulukan City of Heaven ini. Bahkan, Konya terdaftar di UNESCO sebagai Ibu Kota Seljuk Peradaban yang menghubungkan generasi kuno dengan generasi-generasi berikutnya.
Konya juga merupakan pusat perdagangan yang memiliki skala pertanian yang besar. Walaupun pada pemerintahan Bizantin, kota ini sempat dihancurkan pada zaman Khalifah Umayyah-Abbasiyah. Kini, Kota Konya banyak dikunjungi oleh Turis dan terus berkembang.
Salah satu destinasi wajib yang penting untuk dikunjungi bila berkunjung ke Konya adalah Museum Mevlana. Museum ini bisa dikatakan menjadi ikonnya Kota Konya. Karena disini lah seorang tokoh besar sufi dan filsuf muslim Jalaludin Rumi dimakamkan, dan mendidik para muridnya.
Ciri khas dari bangunan museum Mevlana ini adalah bangunan berbentuk kerucut dari keramik berwarna turquoise (hijau kebiruan) diapit kubah-kubah bundar lainnya. Berkunjung ke Mevlana, para pengunjung melewati sebuah kolam yang dikelilingi pagar dan digunakan sebagai tempat berwudhu, pengunjung akan memasuki sebuah bangunan tempat diletakkannya kuburan Rumi beserta murid-murid dan putranya.
Sebelum masuk, para pengunjung harus terlebih dahulu melapiskan alas kaki dengan plastik yang disediakan. Hal itu di lakukan untuk menjaga kebersihan di dalam kompleks makam.
Persis di samping kiri sebelah pintu masuk makam terdapat sebuah kendi besar berwarna keperakan, disebut Nisantasi, atau April Bowl, yang konon dulunya diisi dengan air hujan yang jatuh pada bulan April dan dianggap suci. Para petani menggunakannya untuk keperluan tanah pertaniannya.
Berawal dari Dapur
Pantauan Liputan6.com, yang berkesempatan datang ke Museum Mevlana bersama 30 jurnalis dari berbagai negara pada Jumat, 16 Desember 2022, suasana tampak dipenuhi oleh para wisatawan yang datang. Sebagian dari mereka ada yang hanya melihat-melihat dan mengambil foto, dan berdoa di depan makan sang guru besar sufi, Jalaludin Rumi.
Tak hanya makan Rumi, di Museum Mevlana juga turut dimakamkan makam Sultan Walad, anak sulung Rumi yang mengembangkan orde sufi whirling dervishes atau tarian sufi berputar-putar yang sangat populer di dunia, yang banyak mengandung makna filosofis. Total ada 55 makam dari keluarga dan pengikut Rumi yang dimakamkan di kompleks Museum Mevlana.
Semua makam tokoh-tokoh sufi ini ditutupi dengan kain yang disulam dengan benang emas, akan tetapi makam Rumi dan putranya ditandai dengan dua buah turban besar di salah satu ujungnya, sebagai simbol penguasa dunia.
Di dalam bangunan museum ada beberapa barang peninggalan sultan-sultan kerajaan Ottoman (atau Utsmaniyah). Selain itu juga terdapat baju-baju yang pernah dipakai oleh Rumi, alat-alat musik seperti flute dan baglama, Al-Qur’an peninggalan kekaisaran Ottoman, dan kain-kain sajadah.
Tak hanya tentang Rumi dan pengikutnya, museum Mevlana juga menyimpan potongan janggut Nabi Muhammad SAW, yang disimpan dalam sebuah kotak yang dibalut dengan kaligrafi indah dalam sebuah lemari kaca. Koleksi sejarah ini pun, turut menarik perhatian para pengunjung, tak sedikit dari para pengunjung berdoa di depan kotak kaca tersebut.
Selain bangunan makam dan sejumlah barang peninggalan Rumi, juga terdapat bangunan tempat Rumi mendidik para murid-muridnya. Di bangunan tersebut, terdapat sejumlah diorama yang menggambarkan bagaimana Rumi mendidik murid-muridnya.
Yang menarik, Rumi memberikan ujian bagi para murid-muridn di bagian dapur. Mereka yang 'lulus' bertugas di dapur ini lah yang mendapatkan pendidikan dasar sufistik, dan akan langsung bersentuhan dengan sang guru besar. Para murid juga dididik menjadi seorang darwis, sebutan bagi para penari sufi.
Advertisement
Makna Tarian Sufi Jalaludin Rumi
Para darwis ini menampilkan The Circle of Veled, gerakan berputar-putar, yang menggambarkan kebangkitan dari kematian. Bagi Rumi, kematiannya bukan sebagai akhir, tetapi sebagai reuni dengan Tuhan tercinta.
Dalam tariannya darwis melakukan gerakan berputar-putar, yang dalam bahasa Turki disebut semazens, para darwis mengenakan kostum simbolis, yang mempunyai banyak makna filosofis. Seperti topi kerucut (sikke) mewakili batu nisan ego, rok panjang putih mewakili kain kafan ego.
Di atas jubah itu, para darwis yang berputar-putar mengenakan jubah hitam panjang (hırka) yang dilambangkan sebagai hal-hal yang bersifat hawa nafsu dan duniawi.
Kendati Jalaludin Rumi merupakan tokoh muslim besar dunia, namun, pemerintah Turki membebaskan semua orang dari agama manapun untuk boleh mengunjungi museum mevlana, bahkan untuk berziarah ke makam Jalaludin Rumi.
Para pengunjung juga tidak dikenakan tiket masuk museum dan makam Mevlana, kecuali mengikuti tur audio.