Pionir Pabrik Bahan Baku Baterai Kendaraan Listrik Dukung Target NZE 2060

Pemerintah serius mengejar target Net Zero Emission (NZE) atau emisi nol bersih pada tahun 2060.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Des 2022, 20:24 WIB
Karyawan PT HPL melintas di area living quarter atau tempat tinggal karyawan saat di luar jam kerja. Di seluruh area luar dan taman, perusahaan mengaplikasikan banyak solar panel sebagai salah satu upaya penghematan energi dan penerapan NZE.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah mengatakan Indonesia akan menghasilkan 1,5 giga ton CO2 pada 2060. Karenanya pemerintah serius mengejar target Net Zero Emission (NZE) atau emisi nol bersih pada tahun 2060. Pemerintah juga telah membuat roadmap transisi energi yang dibagi menjadi setiap lima tahun.

Pemerintah menargetkan pada tahap 2021-2025, jumlah kendaraan listrik 300.000 unit mobil dan 1,3 juta unit motor. Sedangkan pada tahap 2026-2030, jumlah kendaraan listrik ditargetkan 2 juta unit mobil dan 13 juta unit motor.

Pionir dalam pengolahan dan pemurnian (refinery) bijih nikel kadar rendah menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik, PT Halmahera Persada Lygend (PT HPL), mendukung target kendaraan listrik dari pemerintah tersebut.

Salah satu unit usaha HARITA Nickel ini mengelola refinery nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara dengan kapasitas produksi 365 ribu ton per tahun Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Tidak hanya dari sisi produksi yang menghasilkan bahan baku baterai kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan, di lingkup area operasional pun PT HPL juga melakukan sejumlah upaya untuk menerapkan NZE.

Head of Technical Support PT Halmahera Persada Lygend Rico W Albert menjelaskan sejumlah upaya yang sudah dijalankan. Di antaranya peningkatan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) berupa solar panel dan pengurangan konsumsi bahan bakar fosil dengan penggunaan kendaraan energi listrik di area perkantoran dan pabrik.

Perusahaan juga memanfaatkan kembali air limpasan hujan dari area pabrik pada kolam penampung untuk mengurangi penggunaan air baku pada proses produksi.

“Kami juga menggunakan teknologi ESP (Electrostatic Precipitator) yakni teknologi pengendalian abu atau debu dari proses pembakaran sehingga lebih ramah lingkungan,” kata Rico.

 


Hemat Energi

Karyawan PT HPL melintas di area living quarter atau tempat tinggal karyawan saat di luar jam kerja. Di seluruh area luar dan taman, perusahaan mengaplikasikan banyak solar panel sebagai salah satu upaya penghematan energi dan penerapan NZE.

Sementara di area living quarter atau tempat tinggal karyawan, perusahaan menggunakan lampu solar panel di setiap area luar dan taman.

Selain hemat energi, langkah ini mampu mengurangi penggunaan kabel dan daya listrik. Lampu dengan sensor gerak juga diaplikasikan di beberapa titik sehingga secara otomatis lampu akan padam jika tidak ada orang di dalam ruangan tersebut.

Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menyambut baik upaya yang dilakukan perusahaan tambang nikel untuk mendukung program pemerintah terkait NZE.

Penerapan NZE menurutnya tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, juga ekonomi dan sosial, dimana produk turunan nikel yang ramah lingkungan bakal punya potensi ekonomi yang tinggi.

“Saya rasa hal ini merupakan sebuah perubahan yang baik dimana transisi energi didukung oleh perusahaan tambang di Indonesia. Harus ada sinergi antar stakeholder agar target NZE ini bisa tercapai meski tantangannya tidak mudah,” pungkas Fahmy.


Indonesia Siapkan Proyek Strategis Capai Net Zero Emission 2060

Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rachmat Kaimuddin menyampaikan Indonesia tengah mempersiapkan proyek-proyek strategis yang melibatkan pengembangan energi baru dan teknologi pintar dalam mencapai target net zero emission (NZE) tahun 2060.

"Indonesia kini bersiap untuk mempersiapkan proyek-proyek strategis yang melibatkan pengembangan energi baru dan teknologi pintar untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau bahkan lebih awal," kata Rachmat dikutip dari Antara, Rabu (14/12/2022) 

Enam+02:53VIDEO: Pelonggaran Restriksi Covid Kembali Picu Inflasi? "Saat ini kami bergerak maju untuk mempromosikan pembangunan hijau dan masa depan yangcerdas, kami ingin mengundang Siemens untuk berpartisipasi dalam sektor-sektor tersebut," lanjut dia.

Ia juga menuturkan, dalam proses menuju net zero emission 2060 atau lebih cepat, Indonesia telah mengupayakan transisi energi fosil ke energi listrik dalam transportasi, mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) yang bersih, melakukan co-firing bio massa di sejumlah PLTU, elektrifikasi industri.

Kemudian, lanjut dia, dalam mencapai NZE, Indonesia membutuhkan peran serta dukungan dari negara lain terutama terkait dengan transfer teknologi dan investasi.

"Kami perlu dukungan dari negara lain dalam mencapai net zero emission, terutama tentang teknologi dan investasi, sangat banyak investasi yang potensial di Indonesia," imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur dan CEO PT Siemens Indonesia Lamine Jendoubi menuturkan, teknologi dan digitalisasi mampu menjadi kunci pendongkrak mendukung infrastruktur berkelanjutan di Indonesia, termasuk membantu mencapai target NZE.

"Teknologi merupakan pengungkit dan digitalisasi adalah kunci yang memungkinkan transisi menuju infrastruktur pintar. Infrastruktur pintar adalah infrastruktur yang efisien dan berkelanjutan," ungkap Jendoubi.


2 BUMN Ini jadi Kunci Indonesia Capai Target Net Zero Emission 2060

Ilustrasi Seoul. (dok. cskkkk/Pixabay)

Pemerintah Indonesia berkomitmen mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang. ReforMiner menilai peta jalan Net Zero Emission Indonesia sebagaimana tertuang dalam Kepmen KLHK No.168/Menlhk/PTKL/PLA.1/2/ 2022 telah cukup berimbang.

Pengamat energi sekaligus Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, mengatakan penetapan target waktu dan sektor-sektor mana saja yang digunakan sebagai instrumen dalam mencapai target menggambarkan bahwa pemerintah telah mempertimbangkan berbagai aspek, terutama menyeimbangkan aspek ekonomi dan keberlanjutan pasokan energi di dalam upaya mencapai NZE.

Berdasarkan informasi yang telah berkembang, diketahui bahwa sektor energi akan menjadi salah satu instrumen utama dalam mencapai target NZE.

“Dalam kaitannya dengan hal tersebut, sebagai BUMN, Pertamina dan PLN kemungkinan akan menjadi kepanjangan tangan pemerintah dalam upaya mencapai target NZE di sektor energi,” kata Komaidi, dikutip dalam catatannya yang berjudul Peta Jalan Net Zero Emission dan Ketahanan Ekonomi-Energi Indonesia, Senin (31/10/2022).

Menurutnya, dalam mencapai target NZE di sektor energi, Pertamina kemungkinan akan menjadi salah satu pihak yang berperan penting. Berdasarkan informasi yang ada, hingga tahun 2060 Pertamina menargetkan akan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 81,4 juta ton CO2e.

Maka dalam upaya mencapai target NZE pada kegiatan usaha hulu migas di dalam negeri, Pertamina kemungkinan juga akan menjadi pihak yang diandalkan. Pertamina tercatat berkomitmen melakukan kegiatan operasi produksi migas dengan lebih ramah lingkungan.

“Pertamina tercatat sebagai perusahaan migas yang paling aktif dalam upaya penerapan CCS/CCUS dalam kegiatan hulu migas. Dari 15 studi CCS/CCUS di Indonesia, sekitar 80  persen diantaranya dikerjakan oleh Pertamina,” ujarnya.

Untuk sektor kelistrikan, terutama melalui PLN akan menjadi kunci dalam pencapaian target NZE di sektor energi. Berdasarkan informasi yang ada, penurunan emisi gas rumah kaca terbesar di sektor kelistrikan ditargetkan akan berasal dari pembangkit listrik. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya