Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak memori dari hampir sebulan gelaran Piala Dunia 2022. Namun, bagi YouTuber bernama David Vujanic, kenangan yang paling membekas justru ditemukannya di dalam toilet di Qatar.
Vujanic mengatakan, "bokongnya sangat bersyukur" setelah menemukan bidet di toilet negara tuan rumah Piala Dunia 2022. "Sudah menggunakan bidet toilet di Qatar selama sebulan. Saya benar-benar ngeri kami hanya menggunakan tisu toilet di Inggris/Eropa. Ini adalah hal terbaik yang pernah ada," kicau David di akun Twitter-nya, pekan lalu.
Baca Juga
Advertisement
Melansir SBS, Selasa (20/12/2022), kreator konten asal Serbia kelahiran Kroasia ini mengunjungi Qatar untuk Piala Dunia ketika ia mulai menggunakan bidet secara teratur. Tweet viral awalnya jadi salah satu dari sekian banyak, karena ia berkicau 13 kali lebih banyak ke 137.700 pengikut Twitter-nya tentang "cebokan bokong."
"Saya pernah menggunakan bidet di Prancis, lumayan tapi terlalu besar, ini pancuran tekanan tinggi sederhana, lebih fungsional dan mudah beradaptasi. Akan berinvestasi saat kembali ke London," katanya dalam satu tweet.
Para pengikutnya segera bergabung dalam diskusi tersebut, menjelaskan bahwa beberapa memiliki fitur pengering dan kursi berpemanas. Sementara di Jepang, banyak yang dapat memutar musik untuk meredam suara toilet yang tidak diinginkan.
"Eropa akhirnya keluar dari zaman kegelapan," timpal satu orang di Twitter, sementara yang lain berkomentar, "Butuh Piala Dunia bagi orang-orang untuk belajar cara mencuci pantat mereka."
Lebih Ramah Lingkungan
Banyak Muslim juga menjawab utas tersebut dengan menjelaskan bahwa itu adalah praktik yang sangat normal dan Vujanic harus mengikutinya. Dalam Islam, diajarkan bahwa sangat penting untuk selalu bersih, terutama sebelum salat.
"Siapa kami?? Muslim telah melakukan ini sejak awal," kata seorang pengguna Twitter. Cuitan itu memicu diskusi lain, yakni jika bidet memang sebagus itu, mengapa hanya dipakai beberapa wilayah di dunia?
Beberapa bidet berdiri bebas dan di samping toilet, sementara yang lain memiliki sambungan selang atau nosel semprot. Biolife Technologies, produsen bidet mengatakan pada Scientific American pada 2009, jumlah air yang digunakan untuk mengoperasikan bidet tidak seberapa dibandingkan dengan jumlah air yang digunakan dalam memproduksi kertas toilet.
Karena alasan ini, banyak yang berpendapat bahwa mereka lebih ramah lingkungan dan menghasilkan lebih sedikit limbah dalam bentuk kertas toilet. Sementara "juri" masih terbagi pada apakah benar-benar perlu ekstra bersih dalam hal cebok, itu umum di beberapa negara, termasuk Italia, Jepang, di seluruh Timur Tengah, bahkan Indonesia.
Advertisement
Popularitas Bidet
Di Jepang, perusahaan bidet Toto jadi sangat sukses, mengingat namanya sering digunakan untuk mengganti kata bidet. Pada 2013, Toto melaporkan bahwa sekitar 76 persen rumah di Jepang memiliki bidet model washlet, yakni kursi yang dikendalikan dari jarak jauh dengan nosel semprot.
Di Italia dan Portugal, membangun rumah tanpa memasang setidaknya satu bidet adalah ilegal sejak 1975. Meski dikatakan sebagai perlengkapan umum di beberapa negara Amerika Selatan, khususnya Argentina dan Uruguay, orang melaporkan berbagai tingkat penggunaan.
Walau popularitas mereka telah menurun di negara-negara, seperti Yunani, belakangan justru ada serapan yang kuat di Amerika Serikat (AS). Panic buying tisu toilet selama pandemi tahun 2020 memicu minat bidet yang sebelumnya tidak terlihat di AS.
Pandemi COVID-19 memperbaharui minat di antara para peneliti untuk memasukkan bidget dalam ulasan tentang kebersihan toilet. Seberapa higienis bidet tergantung pada bagaimana Anda menggunakannya, dan berapa banyak orang yang memakai bidet tersebut.
Penemuan Orang Prancis?
Seperti kebanyakan hal, disinfeksi rutin diperlukan untuk menghindari penumpukan bakteri, terutama bagi bidet yang berdiri sendiri. Ini merujuk pada sebuah penelitian longitudinal terhadap 10.305 orang oleh peneliti kesehatan masyarakat di Jepang.
Bidet juga telah dipertimbangkan dalam pengaturan untuk lansia dan penyandang disabilitas guna meningkatkan aksesibilitas. Bidet diyakini sebagai penemuan orang Prancis pada akhir abad ke-17, awalnya hanya untuk kesenangan bangsawan.
Tidak ada alasan yang jelas mengapa Australia tidak pernah menganut bidet. Tapi Profesor Harvey Molotch, penulis buku Where Stuff Comes From: How Toasters, Toilets, Cars, Computers and Many Other Things Come to Be as They Are, menulis bahwa orang Inggris awalnya tidak menyukai bidet seperti yang mereka yakini.
Produk impor Prancis tercemar dengan hedonisme dan sensualitas. Beberapa berhipotesis hal yang sama untuk Australia. Perspektif lain adalah stigma lebih lanjut yang melekat pada gagasan bidet selama Perang Dunia II ketika tentara AS menemukan perlengkapan itu di rumah bordil Eropa, melanjutkan gagasan bahwa bidet terkait "amoralitas dan dosa."
Advertisement