Sekjen PBB Akui Tahun 2022 Bikin Putus Asa

Sekjen PBB Antonio Guterres angkat bicara soal b

oleh Tommy K. Rony diperbarui 20 Des 2022, 10:37 WIB
Seorang pria melihat keluar dari bangsal bersalin rumah sakit yang rusak di Vilniansk, wilayah Zaporizhzhia, Rabu (23/11/2022). Serangan roket Rusia itu terjadi saat proses bersalin sedang berlangsung di rumah sakit tersebut. (AP Photo/Kateryna Klochko)

Liputan6.com, New York City - Sekjen PBB Antonio Guterres berkata tidak yakin perang Rusia-Ukraina akan berakhir tahun ini. Namu, ia mengungkapkan harapan agar perang di Ukraina dapat berakhir pada penghujung 2023.

Pandangan itu ia berikan pada konferensi pers akhir tahun pada Senin (19/12). Ia juga membahas sejumlah isu global lain, termasuk nuklir Korea Utara dan demo di Iran.

Dilaporkan AP News, Selasa (20/12/2022), Guterres saat ini melihat eskalasi militer di Rusia-Ukraina yang meningkat. Tetapi, ia meminta agar supaya sebagian besar dari perang ini bisa dihentikan pada akhir 2023.

Saat ini, Rusia masih menyerang infrastruktur-infrastruktur Ukraina, terutama terkait listrik.

Sekjen PBB juga membahas Taliban di Afghanistan supaya melibatkan semua grup etnis di pemerintahan, serta mengembalikan hak perempuan untuk sekolah dan belajar, dan menyetop semua aktivitas terorisme.

Beralih ke Korea Utara, Guterres menegaskan determinasi PBB untuk mewujudkan denuklirisasi Semenanjung Korea. Guterres juga mengajak komunitas internasional untuk mengejar tujuan tersebut.

Denuklirisasi dianggap Guterres sebagai hal yang "fundamental untuk perdamaian dan keamanan di Asia Timur dan dunia."

Tak lupa, Sekjen PBB menyorot isu lingkungan, serta memberikan pesan kepada platform-platform media sosial, termasuk Twitter, agar menjaga kebebasan pers dan mencegah ujaran kebencian dan pandangan ekstremis. Guterres turut menyorot neo-Nazi dan supremasi putih di media sosial.

Sekjen Gutteres mengakui bahwa banyak hal yang membuat putus asa di 2022 akibat masalah geopolitik, kenaikkan harga, dan kesenjangan.

"Kami bekerja untuk mendorong keputusasaan, untuk melawan ilusi dan mencari solusi nyata," ujar Sekjen PBB.


Abaikan PBB, Taliban Gelar Hukum Cambuk di Depan Umum

Pasukan Taliban berjaga di luar Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afghanistan, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai Bandara Kabul setelah Amerika Serikat menarik semua pasukannya dari Afghanistan. (WAKIL KOHSAR/AFP)

Pemerintahan Taliban di Afghanistan tetap akan melaksanakan hukum cambuk di depan umum. Negara yang secara resmi bernama Emirat Islam Afghanistan itu menolak saran PBB yang meminta agar hukuman seperti itu ditiadakan. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Mahkamah Agung Taliban, Senin, mengatakan kelompok yang terdiri atas 22 orang, termasuk wanita, dicambuk di stadion olah raga yang penuh sesak di Sheberghan, ibu kota provinsi Jowzjan, Afghanistan utara.

Masing-masing narapidana dicambuk antara 25 dan 30 kali atas dugaan kejahatan, termasuk perzinahan, seks sesama jenis, kabur dari rumah, perdagangan narkoba dan pencurian, kata pernyataan itu. Pengadilan juga melaporkan pada Minggu bahwa 11 pria dan seorang wanita dicambuk di provinsi Ghor karena melakukan kejahatan serupa.

Otoritas Afghanistan telah memberikan hukum cambuk kepada lebih dari 130 pria dan wanita di stadion olah raga yang penuh sesak di beberapa provinsi dan ibu kota, Kabul, sejak pertengahan November, ketika pemimpin tertinggi Taliban, Hibatullah Akhundzada, memerintahkan pengadilan untuk menerapkan hukum Islam atau hukuman berbasis Syariah.

Perintah itu juga mengarah ke eksekusi pertama secara terbuka terhadap terpidana pembunuhan sejak Taliban kembali berkuasa di Afghanistan pada Agustus 2021.

Para pejabat mengatakan eksekusi di provinsi Farah, Afghanistan barat, dua minggu lalu sesuai “Qisas (pembalasan setimpal), hukum Islam yang menetapkan orang tersebut dihukum dengan cara yang sama seperti korban dibunuh.

Pencambukan dan eksekusi sejauh ini dilakukan di stadion disaksikan pejabat senior Taliban dan anggota masyarakat. Pengadilan tinggi Taliban dalam pernyataannya, Senin, membela penerapan Syariah Islam untuk peradilan pidana. Menurut mereka, itu adalah kunci untuk mewujudkan "perdamaian dan keadilan" di negara itu.


Korea Utara Tembakkan 2 Rudal Balistik, Ketegangan di Perbatasan Meningkat

Foto yang dirilis pada 19 November 2022 ini menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersama putrinya memeriksa rudal balistik antarbenua Hwasong-17 di Bandara Internasional Pyongyang di Pyongyang, Jumat (18/11/2022). Menurut para pengamat menjadi konfirmasi resmi perdana bahwa Kim punya seorang putri. (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Korea Utara menembakkan dua rudal balistik jarak menengah pada hari Minggu (18 Desember), beberapa hari setelah Pyongyang mengumumkan keberhasilan uji motor berbahan bakar padat untuk sistem senjata baru.

Dilansir Channel News Asia, Senin (19/12), ketegangan militer di semenanjung Korea telah meningkat tajam tahun ini karena Pyongyang telah melakukan uji coba senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk peluncuran rudal balistik antarbenua tercanggih bulan lalu.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan pihaknya mendeteksi dua rudal balistik jarak menengah yang telah ditembakkan dari daerah Tongchang-ri di provinsi Pyongan Utara.

Rudal-rudal itu ditembakkan dari pukul 11.13 (0213 GMT) hingga pukul 12:05 ke Laut Timur, katanya, mengacu pada perairan yang juga dikenal sebagai Laut Jepang.

Rudal tersebut ditembakkan pada lintasan "tinggi" dan terbang sekitar 500 km, kata JCS dalam sebuah pernyataan, menambahkan intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat sedang menganalisis peluncuran "dengan mempertimbangkan tren terkini terkait pengembangan rudal Korea Utara".

Pada Senin pagi, media pemerintah Korea Utara mengatakan telah melakukan "uji coba tahap akhir yang penting untuk pengembangan satelit pengintaian " di Sohae Satellite Launch Ground, yang berlokasi di Tongchang-ri.

Korut menguji "motor berbahan bakar padat daya dorong tinggi" di Sohae pada Kamis, dengan media pemerintah menggambarkannya sebagai uji penting "untuk pengembangan sistem senjata strategis tipe baru lainnya".


Pentingnya Bangunan Zero Carbon Sebagai Solusi Atasi Dampak Perubahan Iklim

Pengunjung saat berjalan di Taman Wisata Alam Mangrove, Angke Kapuk, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Kawasan hijau seluas 99,82 hektare ini dikenal sebagai kawasan konservasi alam mangrove yang dimanfaatkan untuk wisata dan rekreasi alam. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dampak perubahan iklim kini semakin nyata dirasakan dan terus meningkat, serta memberikan ancaman bagi manusia dan lingkungan hidup. Perkembangan dunia teknologi terus berkembang dan melakukan inovasi, salah satunya di bidang arsitektur yang kini memiliki terobosan baru untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim.

Untuk memberikan solusi terbaik, para arsitek terus menggencarkan merancang ‘Zero Carbon’ pada bangunan dan menciptakan nol emisi karbon untuk mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan hidup. 

Rima Ginanjar Architects (RGA) menjadi perusahaan arsitek dan interior pertama di Indonesia yang berkomitmen untuk desain Zero Carbon. Misi RGA adalah membangun desain Zero Carbon diseluruh provinsi di Indonesia dan mencapai Zero Carbon pada tahun 2045.

Pada tahun 2045, Indonesia akan menginjak 100 tahun merdeka. Untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan makmur bangunan yang merupakan cerminan dari peradaban perlu menjadi bangunan yang Zero Carbon untuk menciptakan lingkungan yang produktif, sehat, dan efisien.

CEO of Rima Ginanjar Architects, Rima Ginanjar menyatakan pentingnya berfokus di arsitektur Zero Carbon di era perkembangan digital saat ini.

“Negara-negara termasuk Indonesia sudah berkomitmen untuk penurunan karbon pada tahun 2030, tapi untuk mencapai zero carbon ini tidak mungkin tanpa sinergi. Bangunan ternyata penyumbang karbon terbesar dan paling banyak menghabiskan energi dunia sebanyak 40%, menjadi misi saya agar di seluruh Indonesia terbangun bangunan Zero Carbon,” kata Rima.

Ia mengatakan, masyarakat banyak yang belum menyadari akan pentingnya perubahan akan dampak buruk terhadap kerusakan ekosistem lingkungan hidup.

“Emisi karbon yang menyebabkan perubahan iklim ini sangat nyata dan menyebabkan banyak kerugian dari penyakit sampai bencana alam, yang tidak bisa kita hindari, tapi sayangnya banyak orang tidak melihat korelasinya.”

“Kita harus bersinergi dan merubah pola pikir masyarakat terhadap Zero Carbon. Jadi Termasuk lewat media, kita berinisiatif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa siapapun bisa berkontribusi juga. Ini menjadi misi sosial kita, tidak mungkin tujuan Zero Carbon tercapai bila pola pikir masyarakat tidak berubah,” ujarnya.

Infografis 6 Cara Efektif Hadapi Potensi Penularan Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya