Liputan6.com, Paris- Bayern Munchen memberi dukungan kepada Kingsley Coman, winger Prancis yang mendapatkan perundungan dari netizen. Perundungan kepada pemain yang juga winger Bayern Munchen itu juga menjurus rasis.
Seperti dilaporkan BBC, Kingsley Coman dan Aurelien Tchouameni menjadi target perundungan menjurus rasis di media sosial. Ini menyusul kegagalan keduanya mengeksekusi penalti saat Prancis adu penalti lawan Argentina di final Piala Dunia 2022.
Advertisement
Kiper Argentina Emiliano Martinez sukses menepis tendangan penalti Coman. Sedangkan untuk Tchouameni, teror Martinez membuat tendangannya melebar.
Dua kegagalan ini membuat Prancis kalah 2-4 dari Argentina di adu penalti. Sebelumnya, kedua tim main 3-3 di waktu normal dan tambahan.
Mendapatkan pemainnya jadi korban perundungan, Bayern Munchen langsung turun tangan. Mereka memberi dukungan untuk gelandang 26 tahun itu, sembari mengutuk komentar rasis yang ditujukan kepada mereka.
"FC Bayern sangat mengutuk komentar rasis yang ditujukan kepada Kingsley Coman. Keluarga Bayern di belakangmu, King. Rasisme tak ada tempat di olahraga atau masyarakat kita," tulis Bayern Munchen di akun resmi mereka.
Sudah Terbiasa
Netizen atau fans sudah terbiasa memberi perundungan untuk pemain sepak bola berkulit hitam. Pada Piala Eropa 2020 lalu, tiga pemain Inggris yaitu Marcus Rashford, Jadon Sancho dan Bukayo Saka juga menjadi korban.
Saat itu, ketiga pemain gagal eksekusi penalti. Mereka pun langsung jadi korban perundungan bernada rasis di media sosial.
Kekalahan Prancis memang terasa menyesakkan bagi fans, termasuk pelatih Didier Deschamps. Dia sulit menerima kalah lewat adu penalti.
"Pada 60 menit awal tidak ada pertarungan [yang seimbang]. Argentina menunjukkan kualitas, agresivitas dan kami tidak tampil cukup baik."
"Namun terlepas dari itu, kami bisa membalikkan situasi dan hal itulah yang membuat kami merasa lebih menyesal. Saya merasa sedih untuk [perjuangan] para pemain, staf pelatih," kata Deschamps seperti dikutip dari La Nacion.
Advertisement
Gol Tidak Sah
Media Prancis, L'Equipe menilai gol ketiga Argentina yang dicetak Messi pada menit ke-108 tidak sah dan harus dianulir oleh wasit Szymon Marciniak yang memimpin partai final Piala Dunia 2022. Gol Messi itu dinilai dalam situasi terlarang, lantaran ada pemain cadangan Argentina yang memasuki lapangan sebelum bola melewati garis gawang.
Namun, laga tetap berlangsung dan gol Messi disahkan. Argentina keluar sebagai juara Piala Dunia 2022 lewat adu penalti 4-2. Partai final Piala Dunia 2022 Qatar memang menyuguhkan pertandingan yang luar biasa. Ada enam gol di laga final Argentina vs Prancis dan menjadikan final Piala Dunia 2022 sebagai pertandingan final Piala Dunia paling menarik.
L'Equipe Media menjelaskan, jika sesuai aturan FIFA, gol kedua Lionel Messi di perpanjangan waktu seharusnya dianulir wasit pertandingan, Szymon Marciniak. Pemain pengganti Argentina sudah berada di lapangan sebelum bola melewati garis gawang Hugo Lloris.
Menurut L'Equipe, ketika Messi melepaskan tembakan hasil tepisan Hugo Lloris dari tendangan Lautaro Martinez, beberapa pemain pengganti Argentina yang terbawa emosi sudah berada di lapangan dan siap untuk merayakannya gol. Situasi ini harusnya dilarang.
Pada aturan FIFA disebutkan, "Jika, setelah gol dicetak wasit sadar, sebelum permainan dilanjutkan bahwa ada orang tambahan di lapangan pada saat gol dicetak: wasit harus menganulir gol jika orang tambahan itu adalah: seorang pemain, pemain pengganti, pemain yang dikeluarkan dari lapangan atau ofisial dari tim yang mencetak gol; permainan harus dimulai kembali dengan tendangan bebas langsung dari tempat orang tambahan berada.
Rusuh di Paris
Dilansir dari Times Now, beberapa orang ditahan karena membuat kerusuhan dan bentrok dengan Polisi di Paris menyusul kekalahan Prancis dari Argentina di final Piala Dunia pada hari Minggu. Ribuan polisi terlihat berpatroli di jalan-jalan Ibu Kota Prancis tadi malam.
Menurut laporan, Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan para penggemar di Champs-Elysees, Paris saat mereka terus melempari petasan ke arah Polisi. Beberapa bahkan bentrok dengan Polisi setelah yang terakhir mulai menangkap para suporter yang mengamuk itu.
Tapi, tidak semua suporter Prancis melakukan kerusuhan pasca final Piala Dunia 2022. Ada juga sebagian suporter yang tetap menerima kekalahan walaupun sangat kecewa.
Dilansir The Guardian, seorang suporter yang ikut nonton bareng di Kafe Le Napoleon, Aurelien mengakui bahwa Argentina lebih unggul dari Prancis di setiap sisi, terutama kecepatan dan skema permainan yang lebih rapi.
“Mereka mengungguli kami di setiap area. Mereka lebih cepat, lebih rapi. Dan sepertinya mereka lebih menginginkannya untuk menjadi juara. Itu semua dalam agresi," kata Aurélien, 28 tahun.
Advertisement