Harga Komoditas Tekan Laba Ultrajaya pada 2022

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) menaikkan harga produk pada Desember 2022.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 20 Des 2022, 16:50 WIB
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Liputan6.com, Jakarta - PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) mengaku kinerja pada 2022 merosot karena terdampak harga komoditas.

Presiden Direktur Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Sabana Prawirawidjadja mengatakan, laba pada 2022 tidak setinggi tahun sebelumnya karena terdampak harga komoditas pasar dunia yang meningkat dan biaya domestik yang melonjak. 

"Profit 2022 itu tidak setinggi 2021, ini kena dampak harga komoditas pasar dunia yang meningkat dan biaya domestik yang melonjak. Sehingga kita ini 2022 ada penurunan laba bersih," kata Sabana dalam paparan publik, Selasa (20/12/2022).

Meski demikian, perseroan belum bisa menaikkan harga produk yang akan dijual dan baru akan menaikkan pada Desember. Sehingga dampaknya akan terjadi pemulihan secara bertahap pada tahun depan.

"Namun, kenaikan harga belum bisa kita lakukan. Kita baru menaikkan pada Desember, sehingga dampaknya recover bertahap 2023," kata dia.

Mengutip laporan keuangan perseroan, penjualan hingga kuartal III 2022 mencapai Rp 5,67 triliun dan beban pokok penjualan mencapai Rp 3,81 triliun per September 2022.

Sedangkan, laba bersih Ultrajaya Milk Industry & Trading Company mencapai Rp 834,68 miliar hingga kuartal III 2022 yang menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 910,38 miliar.

Dengan demikian, laba per saham dasar yang diatribusikan kepada pemegang ekuitas entitas induk hingga September 2022 Rp 80. Artinya, laba per saham dasar tersebut menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 88.

Pada penutupan perdagangan Selasa, 20 Desember 2022, saham ULTJ naik tipis 0,34 persen ke posisi Rp 1.455 per saham. Saham Ultrajaya Milk Industry and Trading Company dibuka stagnan Rp 1.450 per saham.

Saham ULTJ berada di level tertinggi Rp 1.460 per saham dan terendah Rp 1.445 per saham. Total frekuensi perdagangan 269 kali dengan volume perdagangan 11.076 saham. Nilai transaksi Rp 1,6 miliar.


Sebar Dividen

Ilustrasi dividen (image by Alexsander-777 from pixabay)

Sebelumnya, PT Ultra Jaya Milk Industry and Trading Company Tbk (ULTJ) akan membagikan dividen tunai untuk tahun buku 2021 sebesar Rp 259,95 miliar.

Pembagian dividen tersebut telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk pada 26 Juli 2022. Dividen yang dibagikan itu setara Rp 25 per saham.

Perseroan membagikan dividen tersebut dengan mempertimbangkan dana keuangan per 31 Desember 2021 antara lain laba bersih yang didapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 1,27 triliun, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar Rp 6,16 triliun, dan total ekuitas Rp 5,13 triliun.

Berikut jadwal pembagian dividen untuk tahun buku 2021:

-Tanggal efektif pada 28 Juli 2022

-Tanggal cum dividen di pasar regular dan pasar negosiasi pada 3 Agustus 2022

-Tanggal ex dividen di pasar regular dan pasar negosiasi pada 4 Agustus 2022

-Tanggal cum dividen di pasar tunai pada 5 Agustus 2022

-Tanggal ex dividen di pasar tunai pada 8 Agustus 2022

-Tanggal daftar pemegang saham yang berhak atas dividen tunai pada 5 Agustus 2022

-Tanggal pembayaran dividen pada 26 Agustus 2022

 


Penutupan IHSG pada 20 Desember 2022

Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan saham Selasa, (20/12/2022). Di tengah mayoritas sektor saham yang tertekan, IHSG mampu menurunkan koreksi.

Mengutip data RTI, IHSG melemah tipis 0,17 persen ke posisi 6.768. Indeks LQ45 tergelincir 0,84 persen ke posisi 938,90. Sebagian besar indeks acuan tertekan. Pada perdagangan Selasa pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.792,20 dan terendah 6.715,04. Sebanyak 359 saham melemah sehingga menekan IHSG. 168 saham menguat dan 175 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 1.028.447 kali dengan volume perdagangan saham 20,8 miliar saham. Nilai transaksi Rp 14,8 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.674. Indeks sektor saham sebagian besar di zona merah. Sedangkan sektor saham energi mendaki 1,59 persen, sektor saham siklikal menguat 0,50 persen dan sektor saham nonsiklikal menanjak 0,08 persen.

Sementara itu, sektor saham basic merosot 1,33 persen, sektor saham industri tergelincir 0,61 persen, sektor saham kesehatan susut 0,46 persen, sektor saham keuangan melemah 0,93 persen. Kemudian sektor saham properti terpangkas 1,1 persen, sektor saham teknologi merosot 1,33 persen, sektor saham infrastruktur terpangkas 0,25 persen, sektor saham transportasi terperosok 0,40 persen.


Bursa Saham Asia Melemah pada 20 Desember 2022

Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Selasa, 20 Desember 2022. Hal ini seiring Bank of Japan memodifikasi kisaran toleransi kontrol kurva imbal hasil sementara mempertahankan suku bunga acuan ultra rendah tetap stabil.

Indeks Nikkei 225 merosot 2,46 persen menjadi 26.568,03, dan memimpin koreksi di Asia Pasifik. Indeks Topix tergelincir 1,54 persen menjadi 1.905,59. Yen Jepang menguat lebih tiga persen terhadap dolar AS menjadi 132,56.

Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,8 persen menjadi 2.333,29 dan indeks ASX 200 merosot 1,54 persen menjadi 7.024,3.

Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,3 persen yang didorong saham teknologi dan properti. Di bursa saham China, indeks Shenzhen melemah 1,58 persen menjadi 10.949,12. Indeks Shanghai terpangkas 1,07 persen menjadi 3.073,77 seiring bank sentral China mempertahankan suku bunga pinjaman tetap stabil.

Gubernur Bank Sentral Jepang Haruhiko Kuroda menuturkan, bank sentral tidak akan ragu untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut jika diperlukan karena ekonomi menghadapi banyak ketidakpastian.

Ia menambahkan, masih terlalu dini untuk memperdebatkan jalan keluar dari kebijakan saat ini, dan strategi untuk keluar harus didiskusikan pada pertemuan kebijakan jika ekonomi mendekat target inflasi bank sentral dua persen.

Bank sentral Jepang menawarkan membeli obligasi pemerintah senilai 600 miliar Yen dengan rentang jatuh tempo 1-3 tahun. Bank sentral sebelumnya akan meningkatkan pembelian langsung obligasi pemerintah Jepang menjadi sekitar 9 triliun yen per bulan dari Januari-Maret, naik dari rencana sebelumnya 7,3 triliun yen.

 

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun naik 20,5 basis poin sebelumnya menajdi 0,455 persen, menandai level tertinggi yang terlihat sejak 2015.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya