Liputan6.com, Jakarta - Senator AS, Jon Tester dalam sebuah acara mengatakan dirinya tidak melihat alasan mengapa cryptocurrency harus ada. Tester juga menyampaikan pandangannya terkait peraturan kripto yang saat ini menjadi fokus di beberapa negara.
"Saya bukan regulator dan saya bukan orang keuangan yang melakukan regulasi. Saya tidak melihat alasan mengapa kripto ini harus ada. Saya benar-benar tidak melihat,” kata Tester dikutip dari Decrypt, Selasa, 20 Desember 2022.
Advertisement
Sementara Tester mengatakan dia bukan regulator, perannya di komite perbankan Senat berarti dia memiliki pengaruh sebagai bagian dari salah satu badan pembuat keputusan utama yang saat ini memperdebatkan bagaimana untuk mengatur industri kripto yang saat ini tengah terguncang akibat runtuhnya FTX.
Sementara itu, setelah pemilihan paruh waktu AS, para senator Demokrat berkumpul kembali dalam agenda komite perbankan.
Menurut laporan Roll Call, para pemimpin partai merasa skeptis terhadap Undang-Undang Perlindungan Konsumen Komoditas Digital (DCCPA) yang diusulkan, yang akan menjadikan CFTC atau agensi lain otoritas utama untuk regulasi kripto di AS.
Menurut Roll Call, Senator Tester memperingatkan agar tidak memberikan legitimasi tambahan cryptocurrency, dan keberatan dengan fakta RUU diperkenalkan di Komite Pertanian, Gizi, dan Kehutanan Senat, di mana Senator Arkansas dari Partai Republik John Boozman menjabat sebagai anggota peringkat.
“Saya belum dapat menemukan siapa pun yang dapat menjelaskan kepada saya apa yang ada selain sintetik yang tidak berarti apa-apa. Masalahnya adalah jika kita mengaturnya, itu bisa membuat orang berpikir itu nyata,” ujar Tester.
Tester merupakan Senator Demokrat, yang bertugas di Komite Urusan Perbankan, Perumahan, dan Perkotaan Senat, diundang dalam program tersebut untuk membahas pembelotan mantan Senator Demokrat Kyrsten Sinema.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Senator AS Tegaskan Bitcoin Adalah Komoditas Bukan Mata Uang
Sebelumnya, Senator AS John Boozman mengungkapkan, meskipun disebut mata uang kripto, Bitcoin tetap dianggap sebuah komoditas bukan mata uang. Dia menekankan, pertukaran di mana komoditas diperdagangkan, termasuk bitcoin, harus diatur oleh Commodity Futures Trading Commission (CFTC).
“Bitcoin, meskipun mata uang kripto, itu tetap adalah komoditas. Ini adalah komoditas di mata pengadilan federal dan pendapat ketua Securities and Exchange Commission (SEC). Tidak ada perselisihan tentang ini,” kata Boozman dalam sebuah sidang, dikutip dari Bitcoin.com, Selasa (6/12/2022).
Menyebut keruntuhan FTX mengejutkan, sang senator berkata laporan publik menunjukkan kurangnya manajemen risiko, konflik kepentingan, dan penyalahgunaan dana pelanggan.
Senator Boozman melanjutkan untuk berbicara tentang regulasi kripto dan memberdayakan Commodity Futures Trading Commission (CFTC) sebagai pengatur utama pasar spot kripto.
“CFTC secara konsisten menunjukkan kesediaannya untuk melindungi konsumen melalui tindakan penegakan hukum terhadap aktor jahat,” lanjut Senator Boozman.
Boozman yakin CFTC adalah agensi yang tepat untuk peran regulasi yang diperluas di pasar spot komoditas digital.
Pada Agustus 2022, Boozman dan beberapa senator memperkenalkan Undang-Undang Perlindungan Konsumen Komoditas Digital (DCCPA) untuk memberdayakan CFTC dengan yurisdiksi eksklusif atas pasar spot komoditas digital.
Dua RUU lainnya telah diperkenalkan di Kongres tahun ini untuk menjadikan regulator derivatif sebagai pengawas utama untuk sektor kripto.
Sementara bitcoin adalah komoditas, Ketua SEC Gary Gensler berulang kali mengatakan sebagian besar token kripto lainnya adalah sekuritas.
Advertisement
Bank Sentral Eropa Sebut Bitcoin Makin Tak Relevan
Sebelumnya, Bank Sentral Eropa (ECB) kembali memberikan kritik keras kepada Bitcoin. Kali ini ECB mengatakan mata uang kripto berada di "jalan menuju ketidak relevanan".
Dalam sebuah blogpost berjudul “Bitcoin's last stand,” Direktur Jenderal ECB Ulrich Bindseil dan analis Jurgen Schaff mengatakan, bagi para pendukung bitcoin, stabilisasi harga yang terlihat minggu ini menandakan nafas menuju ke harga tertinggi terbaru.
Namun, menurut ECB ini adalah napas terakhir yang diinduksi secara artifisial sebelum jalan menuju ketidakrelevanan dan ini sudah dapat diperkirakan sebelum FTX bangkrut dan mengirim harga bitcoin jauh di bawah USD 16.000.
Bindseil dan Schaff mengatakan bitcoin tidak sesuai dengan bentuk investasi dan juga tidak cocok sebagai alat pembayaran.
“Desain konseptual dan kekurangan teknologi Bitcoin membuatnya dipertanyakan sebagai alat pembayaran: transaksi Bitcoin nyata tidak praktis, lambat, dan mahal. Bitcoin tidak pernah digunakan secara signifikan untuk transaksi dunia nyata yang sah,” tulis mereka dikutip dari CNBC, Senin (5/12/2022).
Bindseil dan Schaff mengatakan penting untuk tidak salah mengartikan peraturan sebagai tanda persetujuan.
Mereka juga menyampaikan kekhawatiran tentang kredensial lingkungan bitcoin yang buruk. Dasar-dasar teknis cryptocurrency sedemikian rupa sehingga membutuhkan daya komputasi yang sangat besar untuk memverifikasi dan menyetujui transaksi baru.
Industri Kripto Sedang Tertekan
Bitcoin berhasil mencapai USD 17.000 (Rp 262,2 juta) pada Rabu, 30 November 2022, menandai tertinggi dua minggu untuk koin digital terbesar di dunia. Namun, ia berjuang untuk mempertahankan level tersebut, turun sedikit ke USD 16.875.
Wakil presiden pengembangan perusahaan dan internasional di bursa kripto Luno, Vijay Ayyar memperingatkan pemantulan kemungkinan hanya merupakan reli pasar beruang dan tidak akan berkelanjutan.
Pernyataan dari pejabat ECB tepat waktu, dengan industri kripto yang sedang tertekan dari salah satu kegagalan paling dahsyat dalam sejarah baru-baru ini yaitu kejatuhan FTX, pertukaran kripto yang pernah bernilai USD 32 miliar.
Di sisi lain, pasar kripto sebagian besar turun pada 2022 di tengah suku bunga yang lebih tinggi dari Federal Reserve.
Advertisement