Liputan6.com, Jakarta - Haul ke-13 Gus Dur diwarnai dengan beragam testimoni oleh beberapa tokoh. Salah satunya, Budiman Sudjatmiko, sosok revolusioner yang kini menjadi politikus.
Budiman mengatakan Gus Dur bukan hanya sekadar tokoh agama, tokoh kebangsaan, atau tokoh kemanusiaan. Lebih dari itu, ia secara personal bagi Budiman Sudjatmiko merupakan sosok yang menyelamatkannya.
Advertisement
Hal tersebut disampaikan dalam testimoni melalui video pada Haul ke-13 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Ciganjur, Sabtu malam (17/12/2022).
"Saya kebetulan dulu, saya dan teman-teman saya mendapatkan amnesti Gus Dur dari penjara tahun 1999. Artinya, tanda tangan Presiden Abdurrahman Wahid lah yang membebaskan saya dari kemungkinan melewati penjara selama 13 tahun sehingga hanya 3,5 tahun saya melewatinya, karena amnesti yang diberikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Artinya secara personal seperti itu," ujarnya, dikutip dari nu.or.id, Selasa (20/12/2022).
Selain itu, Budiman juga mengatakan bahwa Gus Dur pulalah yang merekomendasikan dirinya untuk berkuliah di luar negeri sehingga bisa mengenyam pendidikan di Universitas Cambridge, salah satu kampus terbaik dunia. Artinya Gus Dur banyak memberikan manfaat.
"Kedua soal kesempatan saya untuk menimba ilmu di luar negeri, Gus Dur juga memberikan dukungan. Artinya secara personal yang bisa saya ceritakan tentang beliau, di luar soal-soal tadi. Ini saja sudah lebih dari cukup untuk saya mengatakan bahwa Gus Dur bukan sekedar tokoh agama, tokoh kebangsaan, dan tokoh kemanusiaan. Dia adalah penyelamat saya secara personal," ungkap Budiman.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Inklusif dan Melindungi Minoritas
Budayawan dan juga Penulis Taufik Rezan mengatakan bahwa generasi selanjutnya harus belajar bagaimana usaha yang dilakukan oleh seorang pencerah, dan pembaharu, yaitu Gus Dur.
"Saya kira generasi selanjutnya harus belajar bagaimana usaha yang dilakukan oleh seorang pencerah, pembaharu yaitu Gus Dur," ucap Taufik.
Pengalaman lebih jauh dirasakan Budayawan Mohammad Sobary. Ia mengatakan bahwa lima tahun pertama Gus Dur menjadi ketua umum PBNU sudah bersahabat dan melindungi kaum minoritas.
"Semenjak Gus Dur masih sangat muda, barangkali tahun 1980-an. Masa-masa beliau menjalani kepemimpinan, memegang tampuk kepemimpinan kaum Nahdliyin, itu 5 tahun pertama. Pada 5 tahun pertama beliau sudah bersahabat dengan kaum minoritas, bersahabat, dan melindungi. NU memikirkan golongan yang lebih sulit, mengakomodasi golongan minoritas," ujar Sobary.
Hal senada juga diungkapkan oleh Zafrullah Ahmad Pontoh dari Jaringan Ahmadiyyah Indonesia. Ia melihat Gus Dur sebagai sosok yang memiliki perhatian luar biasa kepada masalah kemanusiaan.
"Kita melihat bahwa perhatian beliau kepada masalah kemanusiaan luar biasa. Saya melihat bahwa sebagai Ketua Umum PBNU, beliau banyak sekali memberikan ruang. Bahkan mendukung upaya advokasi yang dilakukan oleh berbagai elemen untuk kepentingan golongan-golongan yang dianggap minoritas oleh sebagian masyarakat," kata Pontoh.
Tim Rembulan
Advertisement