Menteri Pertahanan Inggris: Iran Jadi Beking Militer Rusia

Inggris mengungkap kedekatan militer Inggris dan Iran di tengah invasi ke Ukraina.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Des 2022, 07:16 WIB
Bendera Ukraina terlihat dipasang di sebuah bangunan saat seorang tentara Ukraina berjalan di Pulau Ular, Laut Hitam, Ukraina, 18 Desember 2022. Pasukan Rusia menduduki pulau itu pada awal-awal invasinya ke Ukraina, namun akhirnya mundur beberapa bulan kemudian. (AP Photo/Michael Shtekel)

Liputan6.com, London - Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace mengungkap bahwa ada rencana antara Rusia dan Iran untuk saling menyediakan senjata. Rusia menginginkan ratusan drone dari Iran.

Informasi tersebut diungkap oleh Wallace di Parlemen Inggris.

"Iran telah menjadi beking teratas bagi militer Rusia," ujar Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace dalam videonya di Gedung Parlemen Inggris, dikutip Rabu (21/12/2022).

Ia menyebut Rusia memesan ratusan drone dari Iran untuk tujuan kamikaze. Drone kamikaze ini menjadi sorotan karena digunakan untuk menyerang Ukraina. Drone yang dipakai untuk kamikaze tersebut adalah drone murah.

Rusia juga menyediakan Iran komponen militer canggih.

"Sebagai timbal balik karena diberi pasokan lebih dari 300 drone kamikaze, Rusia kini berniat menyediakan Iran dengan komponen-komponen militer yang maju," ucap Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace.

Menteri Pertahanan Inggris berkata tindakan Rusia itu bisa melemahkan keamanan di Timur Tengah dan internasional, sehingga ia mengekspos hal tersebut di hadapan parlemen.

Lebih lanjut, Ben Wallace berkata relasi Rusia-Iran mengungkapkan masalah di dalam militer Rusia, pasalnya Rusia disebut mulai kekurangan amunisi. Sanksi-sanksi dari dunia internasional juga disebut Ben Wallace telah melemahkan kapasitas militer Rusia.

"Di balik layar, sanksi-sanksi internasional, termasuk sanksi yang diterapkan secara independen oleh Kerajaan Bersatu, telah melemahkan industri pertahanan Kremlin," ujar Ben Wallace. "Mereka kini ingin membongkar pesawat untuk mencari spare-parts."


Rudal Iran

Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara bersama Pemimpin Republik Rakyat Luhansk Leonid Pasechnik (kiri), dan Pemimpin Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin (kanan) saat perayaan menandai penggabungan wilayah Ukraina dengan Rusia di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, 30 September 2022. (Sergei Karpukhin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Sebelumnya dilaporkan, Rusia kembali meluncurkan rudal ke Ukraina dan targetnya adalah ibu kota Kyiv. Tak ada korban jiwa dalam serangan tersebut, namun Kyiv menjadi mati lampu.

Dilaporkan BBC, Selasa (20/12), pihak UKraina mengaku berhasil menembak jatuh mayoritas rudal yang datang, tetapi sejumlah rudal mengenai "infrastruktur kritis" sehingga terjadi mati lampu. Serangan terjadi sebelum Presiden Vladimir Putin tiba di Belarusia untuk bertemu Presiden Alexander Lukashenko pada Senin kemarin.

Serangan malam ke Kyiv ini disebut bukan hal biasa. Ada 23 rudal Iran yang ditembakkan pihak Rusia, Ukraina berhasil menangkal 18 di antaranya.

Foto-foto viral di media sosial menampilkan pemadam kebakaran berupaya memadamkan api besar di lokasi pembangkit listrik. Ada dua orang yang terluka.

Pada Jumat lalu, Rusia juga meluncurkan rudal ke arah Kyiv. Serangan-serangan menarget infrastruktur sipil di tengah musim dingin. Ukraina lantas menyebut Rusia berusaha menggunakan musim dingin sebagai senjata.

Terkait Belarusia, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut Rusia akan melancarkan serangan darat pada awal tahun depan melalui Belarusia. Namun, sejumlah pakar belum melihat bukti bahwa Rusia berusaha melakukan serangan baru.

Ketika invasi dimulai pada Februari 2022, Belarusia mengizinkan Rusia memakai daerah mereka untuk merangsek masuk ke Ukraina. Namun, Belarusia tidak terlibat secara langsung ke perang yang terjadi. 

Presiden Belarusia Alexander Lukashenko merupakan orang dekat Presiden Vladimir Putin. Rezim Presiden Lukashenko terkenal korup dan berkuasa di Belarusia sejak 1994.


Rusia Akan Kirim Penyanyi ke Medan Perang

Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah) berbicara bersama Pemimpin Republik Rakyat Luhansk Leonid Pasechnik (kiri), Pemimpin Republik Rakyat Donetsk Denis Pushilin (kedua kiri), Kepala Wilayah Kherson Vladimir Saldo (kedua kanan), dan Kepala Wilayah Zaporizhzhia Yevgeny Balitsky (kanan) saat perayaan menandai penggabungan wilayah Ukraina dengan Rusia di Lapangan Merah, Moskow, Rusia, 30 September 2022. (Sergei Karpukhin, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP)

Rusia memiliki rencana baru untuk meningkatkan semangat moril para prajurit. Ke depannya, para penyanyi dan aktor juga akan diterjunkan ke medan perang. 

Rencana itu berasal dari Kementerian Pertahanan Rusia. Berdasarkan laporan BBC, Selasa (20/12), formasi ini disebut "brigade kreatif garis depan". 

Intelijen Inggris menyebut seniman yang terlibat termasuk pemain sirkus, penyanyi opera, aktor, dan pemain musik. Warga Rusia juga diminta untuk menyumbangkan alat musik mereka ke para prajurit. 

"Musik militer dan hiburan terorganisir untuk tentara yang dikerahkan memiliki sejarah panjang di banyak militer, tetapi di Rusia mereka sangat terkait dengan konsep era Soviet untuk edukasi politik ideologis," tulis Kementerian Pertahanan Inggris via Twitter.

Media Rusia, RBC, menyebut seniman yang dikirim adalah yang direkrut oleh pemerintah, serta para seniman yang mau ikut secara sukarela masuk militer. Mereka ditugaskan menjaga moril dan psikologis para partisipan dari operasi militer Rusia.

Inggris menilai prajurit Rusia memang punya masalah semangat moril. Namun, mengirim pemain sirkus dinilai bukanl solusi bagi masalah militer di Rusia. Yang dibutuhkan prajurit Rusia saat ini adalah masalah gaji hingga peralatan.

"Kekhawatiran para prajurit utamanya berfokus pada tingginya korban jiwa, kepemimpinan yang buruk, masalah gaji, kurangnya peralatan dan amunisi, dan kurangnya kejelasan mengenai tujuan-tujuan perang. Brigadi kreatif kemungkinan tidak dapat secara substantif meringankan kekhawatiran-kekhawatiran tersebut," tulis Kementerian Pertahanan Inggris.

Sebelumnya, Rusia juga menerapkan wajib militer bagi laki-laki usia muda untuk memenuhi kebutuhan 200 ribu prajurit cadangan. Kebijakan itu sangat kontroversial dan puluhan ribu orang Rusia memilih pergi ke luar negeri.


Rusia Janji Tak Gempur Ukraina Saat Natal

Seorang rekrutan menembakkan senapan mesin saat pelatihan militer di lapangan tembak di wilayah Krasnodar, Rusia, 21 Oktober 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa waktu lalu mengumumkan mobilisasi militer parsial. Akan ada 300.000 tentara cadangan dikirim berperang ke Ukraina. (AP Photo)

Rusia mengesampingkan "gencatan senjata Natal" setelah hampir 10 bulan perang di Ukraina dan menolak seruan Kyiv untuk mulai menarik pasukan sebelum Natal sebagai langkah untuk mengakhiri konflik terbesar Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Dilansir Channel News Asia, Kamis (15/12), Rusia dan Ukraina saat ini tidak terlibat dalam pembicaraan untuk mengakhiri pertempuran, yang berkecamuk di timur dan selatan dengan sedikit pergerakan di kedua sisi. 

Kekerasan kembali terjadi di Kyiv pada Rabu (15 Des), dengan  serangan drone besar pertama di ibu kota Ukraina dalam beberapa minggu. Dua gedung administrasi dihantam, tetapi sebagian besar pertahanan udara berhasil menghalau serangan itu. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan 13 drone telah ditembak jatuh.

Di salah satu distrik Kyiv, di mana salju menutupi tanah, penduduk mengatakan mereka mendengar deru mesin pesawat tak berawak Iran Shahed yang keras diikuti oleh ledakan kuat di sebuah gedung di sebelah rumah mereka.

Puluhan ribu orang telah terbunuh, jutaan lainnya mengungsi dan kota-kota menjadi puing-puing sejak Rusia menginvasi tetangganya pada 24 Februari, dengan mengatakan bahwa hal itu diperlukan untuk melindungi penutur bahasa Rusia dari kaum nasionalis sayap kanan Ukraina. 

Kyiv dan sekutunya menyebutnya perang pilihan tanpa alasan.

"Tidak ada ketenangan di garis depan," kata Zelenskyy dalam pidatonya. Ia menggambarkan penghancuran kota-kota di timur oleh Rusia dengan artileri "sehingga hanya reruntuhan dan kawah kosong" yang tersisa.

INFOGRAFIS JOURNAL_Konflik Ukraina dan Rusia Ancam Krisis Pangan di Indonesia? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya