Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan bila Indonesia masih termasuk kategori negara yang rentan terpuruk kurun tahun 2014-2015. Posisi Indonesia bersama dengan 5 negara lainnya.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam seminar outlook perekonomian Indonesia 2023 dengan tema resiliensi ekonomi melalui transformasi struktural, di Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Advertisement
"Kita tahu di 2014-2015 kita ini masih masuk dalam fragile, kita masih dimasukkan ke dalam negara rentan untuk terpuruk bersama lima negara yang lain," kata Jokowi.
Kala itu, kata Jokowi, dunia sedang menghadapi taper tantrum. Dimana suatu keadaan gejolak ekonomi ketika bank sentral Amerika serikat memperketat kebijakan moneternya.
"Kalau kita ingat saat itu ada tapper tantrum dan kalau kita lihat angka detail di tahun 214-2015 defisit transaksi kita berada di angka USD 27,5 miliar di tahun 2014. Kemudian di tahun 2015 di angka USD 17,5 miliar," ujar Jokowi.
Kemudian jika dilihat lebih detail lagi neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit sebesar USD 2,2 miliar di 2014.
"Oleh sebab itu, saya sampaikan kepada para menteri kita harus berani merubah ini, mereformasi struktural kita. Agar hal-hal yang membahayakan ekonomi makro bisa kita lakukan termasuk SBN," ujarnya.
SBN saat itu 38,5 persen di kuasai oleh asing, sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing. Sebab, jika lebih banyak dikuasai asing maka nantinya ketika ekonomi makro Indonesia goyah, mereka akan berbondong-bondong menarik SBN.
Kondisi Berubah
Kondisi berbalik saat ini. "neraca transaksi berjalan kita, kuartal ketiga 2022 sudah surplus USD 8,9 Miliar, ini 0,9 persen dari PDB kita. Artinya, perbaikan-perbaikan itu betul-betul nyata dan kelihatan dalam angka-angka," jelas Jokowi.
Dia mengaku selalu meminta update terbaru kepada para Menterinya, terkait perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia berupa angka-angka.
"Saya selalu minta dalam angka, pak ini sudah lebih baik, ya angkanya berapa. Angkanya pasti saya minta. Dari berapa dan sekaramg berapa karena itu penting sekali," tegasnya.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia sekarang terus membaik. Namun, situasi yang dihadapi sekarang ini bukan situasi yang gampang.
"Situasinya sangat sulit diprediksi, sulit dihitung dan teori-teori standar semuanya sudah sulit untuk kita pakai lagi, karena tidak semuanya sekarang keluar berdasarkan pakem-pakem yang ada. Betul-betul sotuasi yang sangat sulit," pungkasnya.
Advertisement