Liputan6.com, Jakarta - Meski hubunga telah berakhir, banyak orang yang masih gemar stalking media sosial mantan. Meski ini bukan merupakan hal yang salah jika dilakukan secukupnya, menurut situs Bustle, ini artinya jika Anda terlalu sering stalking mantan:
1. Kecanduan
Advertisement
"Stalking merupakan salah satu bentuk kecanduan," ujar antropolog biologi Helen Fisher. "Faktanya, mayoritas orang suka stalking seseorang yang meninggalkan kita. Namun, kita memiliki impuls kontrol, dan kita tidak melakukannya."
Dengan demikian, stalking bukan sekadar hasrat untuk mencaritahu; kurangnya kontrol impuls-lah yang membuat Anda melakukannya.
2. Semakin Sering Stalking, Semakin Terpengaruh
"Ketika ditinggalkan, yang mengingatkan Anda akan orang ini bukan sekadar fotonya. Lagu, buku, acara TV, apa pun yang memicu keinginan intens ini," ucap Fisher.
Ketika melihat gambar mantan, sistem otak dapat terpicu, dan seketika itu juga Anda ingin melihatnya lagi.
3. Stalking Bisa Saja Sehat
"Bagi mayoritas orang, ini merupakan proses yang cukup normal. Ini dapat membantu seseorang untuk move on dari hubungan masa lalunya jika dilakukan secukupnya," tutur profesor psikologi Dr. Tara Marshall dari Brunel University.
4. Gelisah
"Seseorang yang memiliki anxious attachment—perasaan tidak aman yang dirasakan oleh seseorang karena takut kehilangan ataupun akibat sering merasa kurang dihargai—yang tinggi cenderung merasa dirinya tidak layak untuk mendapatkan cinta," tutur Marshall.
Ini membuat harga dirinya rendah dan berpikir "Untuk apa seseorang menjalin hubungan dengan saya?"
5. Belum Bisa Move On
"Orang yang suka stalking lebih cenderung menyimpan perasaan negatif terhadap mantan pacarnya—cemburu, kebencian, kekecewaan, pengkhianatan, kehilangan," kata Marshall. "Dia juga lebih cenderung masih menyimpan rasa terhadap mantan pacarnya."
Sulit Berhenti
Meski ini merupakan hal yang tidak baik, sulit untuk berhenti jika Anda sudah terbiasa.
"Sangat sulit untuk berhenti stalking media sosial mantan, sebab hate-following (mengikuti seseorang di media sosial yang membuat Anda merasa marah atau cemburu dan tidak bisa berhenti mengikutinya) seseorang dapat mengaktifkan bagian tertentu dari otaknya yang sama seperti jatuh cinta, yaitu putamen," ujar spesialis kecemasan dan pemilik Compassionate Counseling St. Louis Kelsey Torgerson Dunn, MSW, LCSW.
Sebuah studi di University College London menemukan bahwa sirkuit kebencian mencakup dua bagian otak yang ditemukan di sub-korteks, yaitu putamen dan insula, ucap torgerson.
Putamen merupakan bagian otak yang berhubungan dengan penghinaan dan rasa jijik, serta terlibat dalam sistem motorik yang merupakan bagian otak yang mengontrol aksi atau gerakan.
Sementara itu, insula terlibat dalam respons rangsangan yang menyedihkan, ujar Torgerson.
Menurut neurobiolog dan kepala peneliti Profesor Semir Zeki, jaringan yang melibatkan wilayah putamen dan insula hampir identik dengan yang diaktifkan oleh gairah, hubungan romantis, dan cinta. Oleh sebab itu, stalking seseorang seperti mantan dapat menjadi kebiasaan pada tingkat neurologis.
Advertisement
Jadi Kebiasaan
Semakin sering Anda stalking, semakin ini terasa alami. Jika Anda mengecek instagram mantan tiap kali teringat padanya, ini akan menjadi kebiasaan.
"Kebiasaan sulit untuk dipatahkan, terutama jika kebiasaan tersebut memperkuat perasaan Anda lewat cara tertentu" ujar Torgerson. Bahkan jika ini bukan perasaan bahagia.
"Jika Anda ingin berhenti melakukan kebiasaan ini tetapi tidak bisa, maka Anda akan merasa lebih buruk terhadap diri sendiri serta apa yang dilakukan," tambahnya.
Stalking merusak kemampuan untuk move on dan memaksa Anda terus memikirkan hubungan masa lalu, alih-alih menemukan hubungan yang baru. Ini juga dapat mengganggu citra diri, sebab Anda akan mulai membandingkan apa yang dilihat dengan diri Anda sendiri.
"Jika Anda ingin melakukannya, akui bahwa hal tersebut merupakan dorongan wajar yang bisa dimengerti," ucap Torgerson.
Meskipun demikian, luangkan waktu untuk memikirkan apa yang mendasari tindakan tersebut. Kemudian, cari tahu apakah Anda ingin mendengarkan pikiran tersebut dan mengecek media sosialnya atau memilih untuk melakukan hal lain.
Cari Kegiatan Lain
Anda bisa meng-unfollow akun mantan dan melakukan hal lain yang lebih bermanfaat misalnya jalan-jalan sejenak untuk merubah kebiasaan stalking.
"Semakin sering Anda memilih aktivitas pengganti, desakan tersebut akan semakin melemah," kata Torgerson. "Anda melatih kembali otak Anda."
Dalam proses ini, yakinkan diri Anda bahwa ini merupakan sesuatu yang normal sehingga tidak perlu menyalahkan diri sendiri.
Konselor hubungan dan mak comblang Channa Bromly mengatakan bahwa menghindari media sosial untuk sementara waktu juga ide yang bagus, sama halnya dengan meng-unfriend atau memblokir mantan yang terus di-stalking.
Selain itu, buang semua hal yang mengingatkan Anda padanya.
Anda juga bisa bercerita pada teman terdekat atau keluarga tentang masalah ini. Membiarkan diri Anda melakukan sesuatu yang menyenangkan, atau bertanya ke diri sendiri dan mencaritahu solusinya juga dapat membantu.
Bromsley juga mengingatkan bahwa Anda dapat mencari bantuan profesional kapanpun. Melepaskan obsesi dapat membantu Anda menemukan cinta sejati.
Tidak peduli bagaimana perasaan Anda saat ini, Bromsley mengatakan bahwa Anda dapat move on. Rasa sakit yang dirasakan juga akan hilang seiring berjalannya waktu.
(Adelina Wahyu Martanti)
Advertisement