OWK Garuda Indonesia, Indosat hingga Siloam Ikut Konversi Utang Jadi Saham

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) melaksanakan konversi utang para kreditur sebagai pelaksanaan atas perjanjian perdamaian pada 17 Juni 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 21 Des 2022, 20:07 WIB
Pesawat Airbus A330 Garuda Indonesia mendarat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda di Blang Bintang, Provinsi Aceh pada 13 Juli 2021. (CHAIDEER MAHYUDDIN / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berencana gelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

Aksi ini setali dengan konversi atas Obligasi Wajib Konversi (OWK) yang berasal dari Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 1 triliun dengan menerbitkan saham baru tanpa HMETD dengan jumlah 5.102.040.816 saham Seri C dengan nilai nominal Rp 196 per saham.

Bersamaan dengan itu, perseroan melaksanakan konversi utang para kreditur sebagai pelaksanaan atas perjanjian perdamaian pada 17 Juni 2022 yang telah dihomologasi dan disahkan oleh Pengadilan Niaga pada PN Jakarta Pusat melalui Putusan No. 425/Pdt.Sus-PKPU/2021/PN.Niaga.Jkt.Pst tanggal 27 Juni 2022.

Dalam rangka konversi utang ini, perseroan menerbitkan saham baru tanpa HMETD dengan jumlah 21.329.763.265 saham Seri C dengan nilai nominal Rp 196 per saham. Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (21/12/2022), terdapat 92 kreditur yang akan melakukan konversi utang menjadi saham dengan total 18,94 miliar saham baru.

Dari daftar tersebut, terpantau ada tiga emiten yang tercatat sebagai kreditur. Antara lain PT Mustika Ratu Tbk (MRAT) sebanyak 313.605 lembar. Kemudian PT Indosat Tbk (ISAT) sebanyak 1.186.595 lembar, dan PT Siloam International Hospitals Tbk sebanyak 155.647 lembar.

Selain data kreditur, terdapat 167 pemegang sukuk global sebanyak menjadi 1,75 miliar saham baru, kreditur dengan informasi tidak lengkap sebanyak 107 perusahaan menjadi 3,92 miliar saham baru, serta pemegang sukuk yang informasinya tidak lengkap sebanyak 40 entitas menjadi 233,75 juta saham baru.


Gelar Private Placement

Pesawat Garuda terparkir di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, emiten maskapai pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) akan melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Aksi korporasi tersebut senilai Rp 5,18 triliun pada akhir 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, Selasa (20/12/2022), Garuda Indonesia akan melaksanakan private placement pada 28 Desember 2022 dan untuk hasil pelaksanaannya pada 30 Desember 2022.

Garuda Indonesia menyampaikan, Perseroan akan melakukan private placement dengan dua cara. Pertama, melaksanakan konversi atas Obligasi Wajib Konversi atau OWK sebesar Rp 1 triliun. Garuda Indonesia sebagai penerbit dan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) sebagai pemegang obligasi.

Hal tersebut telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) GIAA pada 20 November 2020, dengan menerbitkan saham baru tanpa HMETD dengan jumlah 5.102.040.816 saham seri C dengan nilai nominal Rp196 per saham.

Kedua, private placement tersebut juga akan melaksanakan konversi utang para kreditur dengan menerbitkan saham baru tanpa HMETD dengan jumlah 21.329.763.265 saham seri C dengan nilai nominal Rp 196 per saham.

Pelaksanaan private placement berupa Konversi OWK dan konversi utang kreditur tersebut dilakukan dalam rangka perbaikan posisi keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf (a) POJK 14/2019. 

Jadwal pelaksanaan 

Pelaksanaan PMTHMETD : 28 Desember 2022

Pemberitahuan hasil pelaksanaan PMTHMETD : 30 Desember 2022

Sementara itu, private placement akan menerbitkan saham baru sebanyak 26,42 miliar yang dilaksanakan dengan harga Rp 196 per saham. Dengan demikian, nilai aksi korporasi tersebut mencapai Rp 5,18 triliun.

 

 


Terima PMN

Pesawat Garuda terparkir di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) atau disebut Garuda telah menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun pada Selasa (20/12/2022).

Manajemen Garuda Indonesia menyatakan, penerimaan PMN tersebut turut memperkuat upaya Garuda Indonesia dalam mengakselerasikan pemulihan kinerja usaha, yang diselaraskan dengan komitmen Pemerintah melalui realisasi PMN sebagai dukungan terhadap langkah percepatan pemulihan ekonomi nasional.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menuturkan, diterimanya dana PMN tersebut menjadi milestone tersendiri bagi Garuda sebagai national flag carrier untuk terus memberikan kontribusi optimal bagi masyarakat di tengah momentum pemulihan ekonomi nasional, khususnya sektor pariwisata.

Kontribusi tersebut di antaranya diwujudkan melalui peningkatan aksesibilitas dan penyediaan layanan penerbangan baik yang aman, nyaman, dan berdaya saing.

Irfan menuturkan, dukungan berkelanjutan yang diberikan Pemerintah dalam fase pemulihan kinerja ini tentunya menjadi penanda penting atas kepercayaan negara terhadap outlook kinerja dan peran Garuda sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam roda perekonomian bangsa.

 


Mandat

Pesawat Terbang Garuda Indonesia (Liputan6.com/Fahrizal Lubis)

"Karenanya, atas realisasi PMN ini, kami ingin menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah dan seluruh pihak yang memberikan dukungan penuh terhadap misi transformasi kinerja Garuda,” ujar Irfan seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 20 Desember 2022.

Irfan menambahkan, realisasi PMN ini dijalankan melalui tahapan proses yang mengedepankan prinsip kehati-hatian serta pemenuhan terhadap aspek compliance yang berlaku.

“Untuk itu, kami turut menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang turut mengawal dan memberikan masukan agar proses realisasi PMN terlaksana sesuai koridor hukum dan regulasi yang berlaku,” kata dia.

Irfan percaya dukungan yang telah diberikan menjadi mandat yang harus dijaga, dengan memaksimalkan kontribusi terbaik bagi pembangunan bangsa.

“Tentunya, kontribusi tersebut diselaraskan dengan komitmen Garuda untuk terus memperkuat fondasi keberlangsungan usaha yang berorientasi pada fokus profitabilitas dan optimalisasi good corporate governance di seluruh lini bisnisnya,” kata Irfan.


Dukungan Dana PMN

Pesawat Garuda saat di landasan Terminal 3 Bandara Soekarno - Hatta, Tangerang (8/4/2022). Maskapai penerbangan Garuda Indonesia mencatatkan pertumbuhan frekuensi penerbangan yang semakin positif hingga 30% pada akhir Maret 2022 dibandingkan dengan periode awal Maret 2022. (Liputan6.com)

Dukungan dana PMN yang berasal dari APBN 2022 tersebut selanjutnya akan digunakan untuk mendukung percepatan pemulihan kinerja Perusahaan, khususnya pada lini operasional penerbangan, di antaranya melalui program restorasi armada, pemeliharaan spare part pesawat dan berbagai komponen pesawat lainnya, serta penyehatan arus kas perusahaan guna mendukung kelancaran operasional Garuda Indonesia.

Manajemen Garuda Indonesia menyatakam, komitmen dukungan PMN yang berjalan on the track ini sejalan dengan outlook kinerja usaha yang terus menunjukkan pertumbuhan positif.

Karenanya, sebagai salah satu substansi rencana perdamaian proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Garuda Indonesia optimistis PMN ini dapat memperkuat komitmen Garuda kepada seluruh kreditur untuk memaksimalkan pertumbuhan kinerja usaha ke depannya, guna memberikan nilai optimal bagi kolaborasi bisnis Garuda bersama seluruh mitra usahanya.

"Kami optimistis realisasi PMN ini akan semakin memperkuat langkah Garuda untuk terus mengakselerasikan proses restrukturisasi, yang kami proyeksikan dapat rampung pada akhir tahun ini,” ujar Irfan.

Ia menambahkan, hal ini tentunya turut menjadi fase penting bagi upaya Garuda dalam memaksimalkan momentum bangkitnya sektor industri aviasi nasional pada 2023.

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya