Cegah Kasus Kehilangan, Bandara Changi Uji Coba Aplikasi Pelacak Bagasi

Fitur terbaru ini memungkinkan penumpang dari atau ke Bandara Changi untuk melacak status tas mereka

oleh Henry diperbarui 22 Des 2022, 03:00 WIB
Wisatawan tiba di Bandara Internasional Changi di Singapura. Republik melaporkan 1.670 kasus baru COVID-19 yang dikonfirmasi pada Sabtu (16 April 2022). (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai usaha dilakukan salah satu bandara terbaik dunia, Bandara Changi Singapura untuk mengurangi atau bahkan menghapus kasus kehilangan koper maupun bagasi. 

Mereka baru saja merilis aplikasi iChangi untuk melacak bagasi yang membuat penumpang yang mendarat, take off atau transit di sana tidak akan kehilangan kopernya. Untuk saat ini, layanan tersebut baru bersifat uji coba dan hanya tersedia untuk penumpang dari 35 maskapai yang berpartisipasi, dengan berangkat dari atau transit di Changi, serta mereka yang tiba dengan maskapai tersebut di Terminal 2 dan 3 Changi.

Maskapai yang berpartisipasi termasuk Singapore Airlines, Finnair, Jetstar Asia dan Air India. Melansir CAN, Rabu, 21 Desember 2022, fitur tersebut memungkinkan penumpang dari atau ke Bandara Changi untuk melacak status tas mereka, serta menerima pembaruan jika kedatangan bagasi mereka di bandara tertunda karena cuaca buruk.

Sebelumnya, petugas darat utama Bandara Changi Sats melaporkan pada bulan Juni peningkatan jumlah bagasi yang hilang atau rusak sebagai akibat dari masalah di bandara keberangkatan mereka di tengah kekurangan tenaga kerja. Dengan fitur ini, penumpang di Bandara Changi dapat melacak tas mereka hingga tiga hari setelah penerbangan. 

Pelacakan untuk bagasi kedatangan akan diluncurkan di Terminal 1 dan 4 pada awal 2023. Grup Bandara Changi (CAG) mengatakan fitur pelacak bagasi telah diuji di antara staf CAG sebelum uji coba publik saat ini. Jumlah maskapai penerbangan diharapkan meningkat secara progresif.


Biaya Layanan Penumpang

Bagaimana bila sensasi hutan hujan dan taman bisa dinikmati dalam bandara? Changi Airport Singapura akan segera membuka wahana terbarunya. (Jewel Changi)

Dengan fitur tersebut, sebagian besar bagasi check-in dapat dilacak kecuali untuk tas berukuran ganjil, tas yang diperiksa di gerbang, dan tas dengan label rilis terbatas. Sejumlah bagasi transfer juga mungkin tidak dapat dilacak karena biasanya dikelola langsung oleh maskapai penerbangan.

Pada September lalu, Singapura menaikkan biaya layanan penumpang dan keamanan, serta retribusi bagi penumpang pesawat yang terbang dari Bandara Changi mulai 1 November 2022. Mengutip CNA, Kamis, 15 September 2022, kebijakan ini sebenarnya akan mulai diberlakukan pada 2018 lalu, namun ditunda karena pandemi Covid-19.

Kini setelah pandemi di banyak negara, termasuk Singapura, mulai melandai, mereka mulai menerapkan kebijakan itu. Saat ini, penumpang yang terbang keluar dari Bandara Changi harus membayar biaya sebesar 52,30 dolar Singapura atau setara Rp554 ribu.

Besaran itu terdiri dari 35,4 dolar Singapura untuk biaya layanan penumpang dan keamanan (PSSF), 6,1 dolar Singapura untuk retribusi penerbangan, dan 10,8 dolar Singapura untuk retribusi pengembangan bandara. Nantinya, per 1 November 2022 sampai 31 Maret 2023, biaya tersebut akan naik jadi 59,2 dolar Singapura atau sekitar Rp627 ribu.

Rincian biaya layanan penumpang dan biaya keamanan meningkat menjadi 40,4 dolar Singapura dan retribusi penerbangan naik menjadi 8 dolar Singapura. Kenaikan biaya tak berhenti sampai di situ. Setelah 31 Maret 2023, Singapura kembali menaikkan biaya layanan penumpang dan keamanan mulai 1 April 2023 hingga 1 April 2024. Kebijakan ini akan menjadi penyesuaian pertama terhadap retribusi penerbangan, yang diperkenalkan pada 2009 lalu.


Terminal 5

Changi Airport (Roslan RAHMAN / AFP)

Retribusi penerbangan mendanai pengembangan hub udara dan fungsi regulasi Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS). Pihak berwenang mencatat fungsi otoritas penerbangan diharapkan tumbuh untuk membangun kembali posisi Singapura sebagai hub udara global pascapandemi. Meski begitu, penumpang yang tiket pesawatnya diterbitkan sebelum 1 November 2022, tidak akan membayar biaya dan retribusi yang lebih mahal.

Bandara Changi sendiri sudah membuka dua terminal yang sebelumnya ditutup sejak Mei 2020. Terminal 4 sudah kembali beroperasi mulai 13 September kemarin, sedangkan Terminal 2 yang sebelumnya ditutup karena direnovasi telah dioperasikan sejak 29 Mei 2022.

Pihak pengelola juga kembali meneruskan pembangunan Terminal 5 setelah dua tahun tertunda karena pandemi.  Proyek Terminal 5 Bandara Changi sendiri telah dirancang ulang agar siap menghadapi pandemi dan lebih hemat energi. Hal tersebut disampaikan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong pada 21 Agustus 2022 selama National Day Rally.

Lee mengatakan terminal 5 (T5) Bandara Changi akan dapat beroperasi lebih aman dan fleksibel selama pandemi. Beberapa rencana di T5 Bandara Changi, termasuk dapat meningkatkan dan menurunkan operasi dengan mudah, serta mengisolasi penumpang dari penerbangan yang berbeda untuk membatasi infeksi silang.

Lee berkata, "Jika Anda melihat cara bandara dibangun, T5 dan semua bagian baru ini, sebenarnya, kami sedang membangun satu lagi Bandara Changi baru. Besar sekali." Changi East Urban District yang akan dikembangkan di sebelah T5 disebut akan menjadi tujuan bisnis dan gaya hidup baru.


Dirancang dengan Fleksibilitas

Terminal 4 Bandara International Changi di Singapura. (Ilyas/Liputan6.com)

Lokasi ini, dikatakan Lee, juga akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja bagi warga Singapura. Distrik ini nantinya akan memiliki kantor, pusat kerja cerdas, ruang konferensi fleksibel, aula, hotel, dan ruang publik, kata Urban Redevelopment Authority (URA) sebelumnya.

Dalam lembar fakta, Kementerian Perhubungan Singapura (MOT) mengatakan, T5 akan dirancang dengan fleksibilitas untuk mengoperasikan sub-terminal yang lebih kecil saat dibutuhkan. Nantinya, T5 juga akan memiliki ruang yang dapat diubah untuk digunakan selama peristiwa di masa depan yang tak dapat diprediksi, seperti untuk pengujian atau pemisahan penumpang berisiko tinggi.

Sebelumnya pada Mei 2022, Menteri Perhubungan Singapura S. Iswaran mengumumkan bahwa proyek T5 akan dilanjutkan kembali setelah terhenti selama dua tahun. Sedangkan pada 21 Agustus 2022, Lee mengatakan meskipun proyek itu ditunda, para perencana "memanfaatkan waktu henti" dengan meningkatkan desain terminal.

"Ketika selesai pada pertengahan 2030-an, T5 akan menunjukkan pada dunia seperti apa Singapura itu," katanya. "T5 akan jadi tempat yang dapat dibanggakan dan dinikmati semua warga Singapura.  Keputusan Singapura untuk melanjutkan proyek T5 dan Pelabuhan Tuas mengirimkan sinyal yang jelas kepada dunia bahwa negara itu muncul lebih kuat dari pandemi dan mengisi tenaga penuh ke depan."

Infografis Terhantam Covid-19, Singapura Masuk Jurang Resesi Ekonomi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya