Nevertoolavish Kolaborasi dengan Clarks, Produk Ekonomi Kreatif Lokal Diharapkan Bisa Lebih Mendunia

Kemenparekraf mendukung langkah Nevertoolavish berkolaborasi dengan produsen sepatu Inggris.

oleh Henry diperbarui 22 Des 2022, 05:02 WIB
Menparekraf Sandiaga Uno di The Weekly Brief with Sandi Uno, 19 Desember 2022.  foto: dok. Kemenparekraf

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengapresiasi kolaborasi brand lokal Nevertoolavish (NTL) yang berkolaborasi dengan brand sepatu asal Inggris, Clarks Original, untuk memperkenalkan budaya urban Jakarta.

Kolaborasi Nevertoolavish dengan Clarks Originals ini diterapkan pada sepatu ikonik The Wallabees Boot. Clarks Wallabee sendiri merupakan salah satu sepatu ikonik dari koleksi Clarks Originals Series. Pada 1967, Wallabee adalah sepatu Clarks yang paling banyak berkolaborasi dengan brand lain.

 

Pada koleksi ini, Nevertoolavish dan Clarks Originals mencoba memperkenalkan urban Jakarta, dengan mengusung tema The Commuters yang diaplikasikan melalui outline peta Jakarta di bagian upper sepatu. Tulisan “JAKARTA” di bagian belakang heel, dan tag aksesori tambahan ala graffiti di dekat tali untuk memperkuat kesan street art Nevertoolavish.

Produk kolaborasi yang dilakukan bersama Clarks ini, berupa rilisan sepatu dengan desain ilustrasi dan outline peta Jakarta, serta konsep street art graffiti yang melengkapi. Sepatu hasil kolaborasi ini dirilis secara eksklusif lewat event Urban Sneakers Society 2022 yang lalu dengan kuantitas terbatas.

"Saya bangga karena teman-teman Nevertoolavish ini dari masa remaja sampai sekarang sudah berprestasi. Nevertoolavish ini merupakan konsep berwadahkan seniman street art," kata Sandiaga Uno dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar ecara hybrid di Jakarta, Senin, 19 Desember 2022.

"Karya mereka ini sudah dipakai Presiden Joko Widodo. Jadi pak presiden pernah dibuatkan desain peta Indonesia di jaket denimnya," tambahnya. Sandiaga mengatakan Kemenparekraf siap berkolaborasi dengan Nevertoolavish dalam mempromosikan lima Destinasi Super Prioritas.


Bangga Buatan Indonesia

@nevertoolavish.

"Kalau dari saya konkret karena memang saya dan latar belakang saya pebisnis juga, Nevertoolavish ini sudah meraih prestasi dan pemerintah harus memberikan apresiasi dan tentunya harus membantu promosi, yang terpenting bagaimana terinstitusionalisasi menuju ke sebuah brand yang berkelas dunia, dan don’t worry bro pemerintah di belakang kalian," kata Menparekraf Sandiaga.

Sementara itu, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf, Ni Made Ayu Marthini, juga mengaku kagum pada karya Nevertoolavish yang berkolaborasi dengan Clarks. Ia berharap Nevertoolavish juga dapat menggelorakan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI), sehingga produk-produk ekonomi kreatif dan UMKM Indonesia bisa mendunia.

"Kami punya gerakan namanya Gernas BBI, kami ingin ini digelorakan melalui kolaborasi Nevertoolavish ini dengan komunitas, sehingga betul-betul orang Indonesia itu bangga, tidak ragu-ragu lagi, sudah kreatif, keren, kuat, dan good value for money," kata Made Ayu.

Creative Director Nevertoolavish, Adwiya Pascahaja menyebut terjadinya kolaborasi dengan Clarks bagaikan 'durian runtuh' dan kesempatan untuk mereka mengincar kolaborator global.

"Biasanya kolaborasi kan dengan seniman atau kolaborator lokal. Namun, memang kita mengincar yang lebih global dan punya nama. Kebetulan Clarks adalah salah satu yang memang menghubungi kita," ujar Adwiya.


Naik Kelas

Creative Director Nevertoolavish Adwiya Pascahaja memperlihatkan koleksi terbaru Nevertoolavish kepada Menparekraf Sandiaga Uno;  foto: dok. Kemenparekraf

Sementara itu, Creative Director Nevertoolavish, Adwiya Pascahaja, mengatakan tidak menyangka Nevertoolavish bisa berkolaborasi dengan brand internasional. Ia berharap kolaborasinya dengan Clarks bisa disukai dan diterima di dunia.

"Kalau untuk berkolaborasi dengan Clarks kami juga seperti mendapatkan durian runtuh, karena memang strategi kami adalah untuk bisa berkolaborasi bukan cuma dengan teman-teman lokal yang hebat-hebat, tapi kami juga mengincar brand luar yang sudah banyak dikenal orang secara global. Tujuannya tentunya supaya bisa naik kelas secara jangkauan market dan industri itu sendiri. Clarks adalah salah satunya. Kita ngobrol, 1 frekuensi, dan alhamdulillah bisa kolaborasi bareng," kata Adwiya.

Adwiya juga berharap bisa berkolaborasi dengan Kemenparekraf dalam mengenalkan dan mempromosikan destinasi wisata dan produk ekonomi kreatif Indonesia.

Founder NeverTooLavish, Bernhard Suryaningrat atau akrab disapa Abeng tak pernah bermimpi, orang nomor satu di Indonesia jadi salah satu pelanggan sepatu lukis buatannya. Tidak kurang 10 pasang sepatu lukis bermerk NTL (Never Too Lavish) telah dibeli Presiden Joko Widodo (Jokowi). "Akhirnya Presiden Jokowi jadi langganan Gue. Sampai sekarang ada 10 karya yang dibeli," ungkap Berhard, dilansir dari kanal Bisnis Liputan6.com, 3 Oktober 2020.


Studio Lukis Sepatu

Saat Mampir ke Lantai 8 Senayan City, Jakarta Pusat pada Sabtu, 3 Maret 2018, Presiden Jokowi Singgah ke Salah Satu Stan Bernama Never Too Lavish. (Liputan6.com/Aditya Eka Prawira)

Dulu kata Abeng, menjual sepatu kostume seharga Rp 300 ribu sangat sulit. Tidak sedikit orang menilai harga sepatu tersebut terlalu mahal. Padahal yang dijual Abeng saat itu bukan hanya sepatu, tetapi juga karya seni lukis yang bermedia sepatu.

Abeng sapaannya mengaku memulai bisnisnya sejak tahun 2005. Awalnya dia melukis sendiri sepatu yang dijual sendiri dari kamarnya. Seiring bertambahnya pesanan, dia mulai menyulap garasi mobil di rumahnya sebagai studio lukis sepatu.

Perlahan, sepatu lukisnya pun main dikenal banyak orang. Dia pun mengajak teman-temannya untuk ikut menekuni bisnis bersama. Kini, dia membuka toko di beberapa tempat untuk menjual karyanya tersebut.

"Sekarang teman main juga bisa kerja bareng, itu pencapaian karena dulu gue dipandang sebelah mata," ungkap Abeng.  Bekerja dengan teman dan seniman bukan hal yang mudah juga bagi Abeng. Karakteristik seniman yang cenderung bebas dan tidak terbiasa dengan aturan menjadi tantangan lainnya. Semula dia mempersilahkan para seniman bekerja sesuai dengan kemauannya sendiri.

Infografis Eksistensi Sepatu Lokal di Tanah Air. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya