Libur Nataru, Warga Kota Belanjakan Rp 23 Triliun untuk Piknik dan Beli Oleh-Oleh

Perputaran uang selama libur nataru akan didominasi di daerah Jawa, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jabodetabek, Yogyakarta.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 22 Des 2022, 12:40 WIB
Kendaraan melintas di Tol Layang Jakarta-Cikampek, Bekasi, Jawa Barat, Minggu (7/6/2020). Jalan Tol Layang Jakarta Cikampek II (Eleveted) mulai hari ini kembali beroperasi setelah sebelumnya ditutup total akibat kebijakan larangan mudik Lebaran sejak Minggu (7/5/2020). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri Indonesia atau Kadin Indonesia memperkirakan, selama libur Nataru (Natal dan Tahun Baru 2023) berpotensi menggairahkan ekonomi di daerah, khususnya daerah yang mayoritas merayakan Natal dan daerah tujuan wisata diberbagai pelosok Tanah Air.

Sesuai data dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub), potensi pergerakan warga selama libur Nataru tahun ini sebesar 16,35 persen dari jumlah penduduk Indonesia, atau sekitar 44,7 juta orang, lebih banyak dari 2021 sebesar 19,9 juta.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang menilai, kenaikan ini akibat kebijakan pemerintah yang sudah memberikan kelonggaran atas perjalanan dan keuangan warga yang sudah mulai pulih. Sehingga di akhir tahun sangat memungkinkan pulang kampung dan berwisata.

"Jumlah perputaran uang selama libur Natal dan Tahun Baru diperkirakan mencapai Rp 23,85 triliun, dengan asumsi jumlah penduduk yang mudik sekitar 44,7 juta atau setara dengan 11.925.00 keluarga," kata Sarman dalam pesan tertulis kepada Liputan6.com, Kamis (22/12/2022).

"Jika setiap keluarga membawa uang rata rata Rp 2 juta saja, maka perkiraan perputaran uang mencapai jumlah tersebut di atas," ujar dia.

Menurut Sarman, angka ini masih berpotensi lebih. Bila diambil angka rata-rata paling moderat saja, uang sebesar itu disebutnya akan sangat menggairahkan bisnis para pelaku usaha UMKM di daerah.

"Uang tersebut akan berputar sejak bepergian dari rumah seperti pembelian tiket bagi yang naik angkutan umum atau BBM yang memakai kendaraan pribadi. Kemudian akan berputar di warung dan restoran selama perjalanan pergi pulang, penginapan di hotel, belanja di lokasi wisata, pembelian oleh oleh khas daerah, dan kebutuhan perayaan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga," urainya.

Sarman menghitung, perputaran uang tersebut akan didominasi di daerah Jawa, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jabodetabek, Yogyakarta. Sebagian lagi di luar Jawa seperti Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Maluku, Papua, dan sebagian Kalimantan dan Bali.

"Dengan perputaran uang tersebut akan mampu mendongkrak konsumsi rumah tangga di berbagai daerah yang akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal IV 2022," sebut Sarman.

"Sehingga target pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2022 dapat mencapai 5,01 persen, lebih rendah dari kuartal III 2022 sebesar 5,72 persen. Namun akan mampu membawa pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022 mencapai dikisaran 5-5,3 persen sesuai yang diharapkan pemerintah," tuturnya.


Sri Mulyani: 45 Juta Orang Akan Bepergian Selama Nataru

Foto udara memeperlihatkan kendaraan pemudik terjebak kemacetan ketika hendak memasuki Gerbang Tol Cikampek Utama, Jawa Barat, Sabtu (30/4/2022). Pada H-2 Lebaran ini, sejumlah rekayasa lalu lintas masih diberlakukan di ruas tol trans jawa baik sistem contraflow hingga one way guna mengatasi kepadatan lalulintas. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memperkirakan sebanyak 45 juta orang akan bepergian selama libur Natal dan tahun baru (Nataru).

Dengan besarnya jumlah orang yang bepergian, Sri Mulyani yakin hal itu akan meningkatkan kondisi ekonomi.

"Akan ada sekitar 45 juta masyarakat melakukan travelling pada akhir tahun ini tentu akan meningkatkan kegiatan ekonomi. Namun, di sisi lain, tetap terjaga dari sisi ancaman covid-19," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers virtual APBN Kita 2022, dikutip dari Youtube Kemenkeu (20/12).

Sri Mulyani pun berharap 2022 sebagai tahun ketiga pandemi Covid-19 akan menjadi tahun terakhir untuk Indonesia.

"Mngenai pandemi ini adalah tahun ketiga dan kita harapkan merupakan tahun terakhir untuk Indonesia," pungkasnya.

Dia juga menyebut kondisi pandemi di Indonesia saat ini terhitung baik, di mana jumlah kasus Covid-19 yang rendah dan tingkat vaksinasi yang tinggi.

Meskipun demikian Menkeu mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati karena aktivitas masyarakat yang akan meningkat selama libur Nataru.

"Secara keseluruhan Indonesia dalam situasi yang relatif baik dari jumlah kasus maupun kenaikan vaksinasi. Jelang akhir tahun ditekankan oleh pemerintah kemarin di dalam sidang kabinet menjelang Nataru ini kita akan terus berhati-hati," ungkapnya.


Puncak Nataru, 159 Ribu Orang Bakal Padati Bandara Soekarno Hatta di 23 Desember

Pesawat Garuda terparkir di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pergerakan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta pada periode puncak Natal dan Tahun Baru periode 2022-2023 diprediksi akan mencapai 159.282 orang per hari. Jumlah tersebut akan diangkut menggunakan 1.090 pesawat per hari.

Executive General Manager (EGM) Bandara Soekarno-Hatta Dwi Ananda Wicaksana mengatakan, jumlah di atas merupakan prediksi pada puncak arus penerbangan di tanggal 23 Desember 2022.

"Dimana peak day terjadi H-2, sekitar tanggal 23 Desember nanti. Untuk arus balik lebih sedikit dibanding arus keberangkatan dan terjadi diprediksi pada H+5 setelah Natal," jelas Dwi, Selasa (20/12/2022).

Menurutnya, angka di atas ada peningkatan sekitar 12 persen bila dibandingkan dengan jumlah penerbangan pada hari biasa di Bandara Soekarno-Hatta. Lalu, meningkat sebanyak 80 persen bila dibandingkan periode Nataru di 2021-2022.

"Bila dibandingkan tahun lalu, penumpang ada kenaikan 80 persen sementara pergerakan pesawat 48 persen dibandingkan 2021," kata Dwi.

Hal tersebut, lanjutnya, dipengaruhi karena masih ketatnya peraturan soal protokol kesehatan (prokes) Covid-19 untuk penumpang pesawat terbang.

"Dapat dipahami tahun 2021 masih ketat protokol kesehatan untuk terbang dari bandara, sehingga ada peningkatan tahun ini meski pun prokes tetap ada," kata Dwi. 

Infografis Yuk Kurangi Mobilitas Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 Saat Periode Nataru. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya