5 Fakta Vape yang Wajib Diketahui, Bahaya Bagi Paru-Paru?

Fakta-fakta kesehatan vape yang masih jarang banyak diketahui orang.

oleh Achmad Hafidz diperbarui 26 Des 2022, 10:00 WIB
Ilustrasi Rokok Elektrik atau Vape (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Vape merupakan salah satu produk rokok elektrik yang dari tahun ke tahun terus mengikuti tren. Mengisap vape digemari oleh remaja sampai dewasa. Rokok elektrik ini memiliki banyak variasi mulai dari pod, mod, dan podmod. 

Centers For Disease Control And Prenvention (CDC) menyebut, cara kerja perangkat rokok elektrik adalah dengan memanaskan cairan yang akhirnya memproduksi aerosol atau campuran partikel kecil di udara. Nah, cairan dari vape ini biasanya mengandung nikotin dan perasa dan biasa disebut sebagai liquid.

Untuk merasakan kenikmatan vape, pengguna menghirup aerosol rokok elektrik ke dalam paru-paru mereka dan mengembuskannya keluar lewat saluran pernafasan.

Vape yang memiliki kadar nikotin dan memiliki sistem kerja seperti rokok konvensional seringkali dijadikan alternatif rokok oleh sebagian orang. Hal ini karena vape dinilai lebih aman dan baik. Namun, apakah benar vape lebih baik dan aman daripada rokok?

Mengutip laman Pusat Kesehatan Johns Hopkins Medicine, Senin (26/12/2022), berikut 5 fakta tentang vape yang harus kalian tahu.

1. Vaping Sedikit Lebih Aman Dibandingkan Merokok

Rokok elektrik biasanya memanaskan nikotin yang diekstrak dari tembakau, perasa, dan bahan kimia lainnya untuk membuat aerosol yang dihirup.

Di sisi lain, rokok tembakau biasa mengandung 7.000 bahan kimia, banyak di antaranya beracun. Meski begitu kita tidak tahu persis bahan kimia apa yang ada dalam rokok elektrik.

Michael Blaha, Direktur penelitian klinis di Johns Hopkins Ciccarone Center for the Prevention of Heart Disease mengatakan, "Hampir tidak ada keraguan bahwa vaping membuat Anda terpapar lebih sedikit bahan kimia beracun daripada merokok rokok tradisional."

Namun, menurutnya, telah terjadi wabah cedera paru-paru dan kematian yang terkait dengan menghirup rokok elektrik. Pada bulan Februari 2020, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengonfirmasi 2.807 kasus cedera paru-paru terkait penggunaan rokok elektrik atau vaping (EVALI) dan 68 kematian yang dikaitkan dengan kondisi itu.

"Kasus-kasus ini tampaknya sebagian besar memengaruhi orang-orang yang memodifikasi perangkat vape mereka atau menggunakan cairan elektronik yang dimodifikasi di pasar gelap. Ini terutama berlaku untuk produk vaping yang mengandung THC," kata Blaha memberi penjelasan.


2. Penelitian Ungkap Vape Bahaya Bagi Jantung dan Paru-paru

Sumber: Freepik

Nikotin adalah faktor utama dalam rokok biasa dan rokok elektrik, dan nikotin memiliki sifat sangat adiktif. Hal ini menyebabkan Anda ingin merokok dan menderita gejala putus zat jika mengabaikan keinginan tersebut.

Nikotin adalah zat beracun. Nikotin bisa meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan adrenalin Anda. Kemudian, nikotin juga meningkatkan detak jantung, sehingga ada kemungkinan seorang perokok mengalami serangan jantung.

Ada banyak hal yang tidak diketahui tentang vaping, termasuk bahan kimia apa yang membentuk uap dan bagaimana pengaruhnya terhadap kesehatan fisik dalam jangka panjang.

"Orang-orang perlu memahami bahwa rokok elektrik berpotensi berbahaya bagi kesehatan Anda," kata Blaha.

"Data yang muncul menunjukkan hubungan dengan penyakit paru-paru kronis dan asma, serta hubungan antara penggunaan ganda rokok elektrik dan merokok dengan penyakit kardiovaskular. Anda mengekspos diri pada semua jenis bahan kimia yang belum kita pahami dan yang mungkin tidak aman," Blaha memberi penjelasan. 


3. Sama-Sama Adiktif

Seorang pria menggunakan vape atau rokok elektronik di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Selasa (12/11/2019). Pemerintah melalui BPOM mengusulkan pelarangan penggunaan rokok elektrik dan vape di Indonesia, salah satu usulannya melalui revisi PP Nomor 109 Tahun 2012. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Baik rokok elektrik maupun rokok konvensional mengandung nikotin, yang menurut penelitian mungkin sama adiktifnya dengan heroin dan kokain.

Lebih buruk lagi, kata Blaha, banyak pengguna rokok elektrik mendapatkan lebih banyak nikotin daripada yang mereka dapatkan dari produk tembakau yang mudah terbakar.

"Pengguna dapat membeli kartrid berkekuatan ekstra, yang memiliki konsentrasi nikotin yang lebih tinggi, atau meningkatkan voltase rokok elektrik untuk mendapatkan pukulan zat yang lebih besar," kata Blaha

4. Bukan Alternatif yang Baik

Penelitian dari The Johns Hopkins University tentang bahan-bahan vape yang diterbitkan pada Oktober 2021 mengungkapkan ribuan ada bahan kimia dalam produk vape, yang sebagian besar belum teridentifikasi.

Di antara yang dapat diidentifikasi oleh tim adalah beberapa zat yang berpotensi berbahaya. Mulai dari kafein, tiga bahan kimia yang sebelumnya tidak pernah ditemukan dalam rokok elektrik, pestisida, dan dua perasa yang terkait dengan kemungkinan efek toksik dan iritasi pernapasan.

Sehubungan dengan wabah EVALI dan serangkaian efek buruknya vape, CDC AS menyarankan orang-orang yang menggunakan rokok elektrik berhenti merokok.

Mereka diajak untuk mempertimbangkan risiko dan manfaatnya. Selain itu, para perokok juga diajak mempertimbangkan opsi penghentian merokok yang disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

 

 


5. Generasi Muda Paling Banyak Menggunakan Vape

Ilustrasi rokok, perokok, vape, rokok elektrik. Foto (Ade Nasihudin/Liputan6.com).

Di kalangan anak muda, rokok elektrik, terutama jenis sekali pakai, lebih populer daripada produk tembakau tradisional mana pun.

Menurut Survei Tembakau Remaja Nasional AS 2021, lebih dari 2 juta siswa sekolah menengah dan atas AS dilaporkan menggunakan rokok elektrik pada tahun 2021, dengan lebih dari 8 dari 10 remaja tersebut menggunakan rokok elektrik beraroma.

Menurut Blaha, ada tiga alasan mengapa rokok elektrik mungkin sangat menarik bagi kaum muda. Pertama, banyak remaja percaya vaping memiliki lebih sedikit bahaya dibandingkan rokok konvensional.

Kedua, rokok elektrik memiliki biaya per penggunaan yang lebih rendah daripada rokok tradisional. Akhirnya, kaum muda dan orang dewasa merasa tidak adanya asap menarik. Tanpa bau, rokok elektrik mengurangi beberapa stigma merokok.

"Apa yang saya temukan paling memprihatinkan tentang maraknya vaping adalah bahwa orang-orang yang tidak akan pernah merokok, terutama kaum muda, mengambil kebiasaan itu," kata Blaha.

"Adalah satu hal jika Anda beralih dari merokok menjadi vaping. Ini adalah hal lain untuk memulai penggunaan nikotin dengan vaping. Dan, ketagihan nikotin sering kali mengarah pada penggunaan produk tembakau tradisional di kemudian hari," Blaha memungkasi. 

 

Infografis Hidup Sehat Hindari Kanker (Liputan6.com/Yoshiro)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya