DPR Optimis Pertumbuhan Ekonomi Nasional 2023 Akan Stabil

Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan bahwa secara umum ekonomi makro Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, di mana melakukan reformasi struktural salah satunya urusan surat berharga negara (SBN).

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Des 2022, 15:33 WIB
Presiden Jokowi saat memberikan sambutan di acara Outlook Ekonomi Indonesia 2023 di Hotel Ritz Calton, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2022).

Liputan6.com, Jakarta Presiden RI Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan bahwa secara umum ekonomi makro Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun lalu, di mana melakukan reformasi struktural salah satunya urusan surat berharga negara (SBN).

Terkait hal tersebut, Anggota Komisi XI DPR RI Fauzi Amro merasa optimis dengan pertumbuhan ekonomi nasional 2023 ini.

"Sejauh ini, kami di DPR masih optimis pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2023 akan baik dan stabil di tengah ancaman ekonomi global," kata dia saat dihubungi, Kamis (22/12/2022).

Fauzi juga mendukung pernyataan Jokowi agar Kementerian Lembaga berani melaksanakan reformasi struktural guna menangkal hal-hal yang membahayakan makro ekonomi Indonesia.

"Bagus, kita mendukung adanya reformasi internal SDM sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dalam birokrasi," ucap Amro.

Menurut dia, apa yang dilakukan Presiden Jokowi adalah agar melakukan reformasi struktural.

"Pak Jokowi mengingatkan itu, reformasi struktural, dalam rangka itu, untuk menekan anggaran," jelas dia.

Sebelumnya, Prsiden Jokowi menyampaikan bahwa secara umum ekonomi makro Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa tahun lalu.

Misalnya pada 2014-2015, saat Indonesia dikategorikan negara rentan terpuruk bersama lima negara lain.

Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia Tahun 2023, Rabu (21/12/2022), di Hotel The Ritz Carlton, Jakarta.

“Kalau kita ingat saat itu ada taper tantrum dan yang kalau kita lihat angka detail di situ di 2014-2015, defisit transaksi berjalan kita berada di angka 27,5 miliar Dolar AS di 2014. Kemudian di 2015 berada di angka 17,5 miliar Dolar AS. Kalau kita lihat lagi lebih detail di 2014 neraca dagang kita masih defisit 2,2 miliar Dolar AS,” ujarnya.

 


Berani Lakukan Reformasi Struktural

Oleh sebab itu, imbuh Presiden, saat itu dirinya menginstruksikan kepada jajaran terkait agar berani melakukan reformasi struktural untuk menjaga ekonomi makro dari hal-hal yang membahayakannya. Salah satunya urusan surat berharga negara (SBN), yang saat itu 38,5 persennya dikuasai asing sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing.

“Kalau masih dikuasai asing, begitu goyah sedikit makro kita, keluar berbondong-bondong, goyah pasti kurs kita. Ini upaya-upaya yang kita lakukan,” ujarnya.

Presiden pun mengungkapkan hasil nyata dari perbaikan-perbaikan yang dilakukan pemerintah. Neraca transaksi berjalan yang pada kuartal III-2022 sudah surplus sebesar 8,9 miliar Dolar AS atau 0,9 persen dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

“Artinya, perbaikan-perbaikan itu betul-betul nyata dan kelihatan dalam angka-angka. Saya selalu pasti meminta angka. ‘Pak ini sudah lebih baik’ ‘Ya angkanya berapa?’ Angkanya pasti saya minta dari berapa kemudian sekarang berapa karena itu penting sekali,” ucapnya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya