Liputan6.com, Jakarta - Charta Politika merilis hasil survei terkait tren persepsi publik dan proyeksi politik menuju 2024. Pada survei elektabilitas tokoh tercatat bakal calon presiden Partai NasDem Anies Baswedan mampu menggerogoti suara yang sebelumnya memilih Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di berbagai wilayah.
Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya menjelaskan, untuk tren elektabilitas tokoh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo masih unggul dari tokoh lainnya yakni 31,7 persen. Sementara, di urutan kedua Anies Baswedan dengan 23,9 persen dan Prabowo Subianto memperoleh 23 persen.
Advertisement
"Elektabilitas 10 nama, masih ada Ganjar dengan tingkat elektabilitas 31,7 persen, Anies peringkat kedua 23,9 persen dan Prabowo Subianto 23 persen. Ketiga nama ini sudah bisa dipastikan jauh dari nama-nama lain. Papan atas ini sulit untuk bergerak," kata Yunarto, dalam paparannya secara virtual, Kamis (22/12).
Dia mengakui, ada hal menarik yang terjadi dalam skema suara di berbagai wilayah. Yang mana, suara yang sebelumnya memilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara otomatis memilih Ganjar Pranowo.
Namun, hal mengejutkan terjadi pada perebutan suara antara Anies dengan Prabowo. Yang mana, dalam hasil survei dinyatakan Anies mampu mengambil suara yang sebelumnya memilih Prabowo.
"Ada kecenderungan suara Pak Jokowi kuat dikuasai oleh Ganjar. Ada kecenderungan daerah dulu dikuasai Prabowo mulai digerogoti Anies dan sebagaian di antaranya masih kuasai oleh Prabowo," ungkapnya.
Dia memaparkan, kekuatan ketiga nama tersebut untuk Ganjar kuat di wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan angka sangat jauh dibanding dengan tokoh lain yakni 70 persen.
Sementara di Jawa Timur di angka 33,7 persen. Bali, NTT dan NTB gabungan angka 53,3 persen. "Ini juga basis Pak Jokowi terutama Bali dan NTT," papar Yunarto.
"Dan terakhir Maluku dan Papua yang juga basis Pak Jokowi dengan angka 38 persen," sambungnya.
Anies Kuasai Sumatera
Sementara Anies mampu menguasai suara di Sumatera dengan angka 31,2 persen. Lalu, di DKI Jakarta dan Banten di mana merupakan daerah tempat Anies kemarin berkuasa berada diangka 36 persen dan Kalimatan 34,4 persen.
"Prabowo tetap mengusasi Jawa Barat (31,9 persen) basisnya dua kali pemilu dan Sulawesi (35,6) merupakan basisnya dua kali pemilu," ujarnya.
Advertisement
Pergeseran Suara
Dia menjelaskan, pergeseran suara Prabowo ke Anies dampak dari pilihan Prabowo untuk bergabung dalam koalisi pemerintahan Jokowi usai menjadi rival pada Pemilu 2019. Publik pun merasa perlu adanya pemimpin baru, yang mana pilihan tersebut jatuh kepada Anies.
"Perebutan daerah atau penggerogotan yang terjadi di daerah-daerah yang dulu merupakan daerah yang tidak memilih Jokowi kecenderungan terjadi kanibalisme antara suara Mas Anies dengan suara Pak Prabowo," ucapnya.
"Karena Mas Anies menikmati pilihan politik Pak Prabowo untuk masuk ke dalam barisan pemerintahan Jokowi yang membuat sebagaian dari pemilih Pak Prabowo cenderung melihat simbol baru namanya Anies Baswedan. Pola semakin mengerucut dan kecenderungan memang Mas Ganjar segmentasi sendiri lalu kemudian Prabowo dengan Anies cenderung akan mengalami proses saling memakan suara," imbuhnya.
Sumber: Alma Fikhasari/Merdeka.com