Liputan6.com, Jakarta - Ponorogo tak hanya dikenal sebagai daerah yang mewarisi seni budaya bernama Reog. Salah satu kabupaten di Jawa Timur ini juga punya wisata kuliner yang tak kalah menarik untuk dicicipi.
Kuliner tersebut bernama Satai Ayam H. Tukri Sobikun. Warung Satai H Tukri Sobikun terletak di Jalan Lawu, Gang Sate Ponorogo.
Dalam penyajiannya, warung satai Ponorogo ini selalu menggunakan ayam kampung dengan bumbu yang sangat enak. Bumbu kacangnya mirip dengan bumbu pecel khas Jawa Timur yang sangat kental.
Baca Juga
Advertisement
Setiap satu porsi biasanya diberi nasi atau lontong dengan 10 tusuk. Satai khas Ponorogo ini tidak hanya terkenal di kalangan masyarakat saja, namun juga terkenal di kalangan pejabat.
Pengolahan satai ini menggunakan daging ayam kampung pilihan. Itu sebabnya rahasia kelezatan satai ayam yang telah dirintis sejak sekitar tahun 1950 ini terletak pada penggunaan rempah-rempah saat pengolahan.
Bahkan dengan rempah-rempah asli itu, sate ayam Ponorogo ini bisa bertahan hingga beberapa hari. Maka, tak heran pula banyak pembeli yang pesan dibuat oleh-oleh pulang.
Bila membeli dibawa pulang, bumbu satainya diberikan dalam kondisi kering. Mirip bumbu pecel atau gado-gado, rasa bumbunya manis dan sedikit pedas.
Namun ketika menyantap di tempat, bumbu satai disediakan dalam sebuah mangkok. Sehingga membuat penikmat satai tidak merasa kekurangan.
Bumbu Rempah
Begitu juga irisan bawang merah juga disediakan dalam mangkok tersendiri. Dalam proses pembuatannya, daging ayam yang akan disatak terlebih dahulu diberi bumbu rempah
Bumbu tersebut terdiri dari bawang putih, bawang merah, ketumbar, laos, gula, garam, ketumbar, jinten, kemiri dan daun salam. Kemudian baru dibakar. Saat membakar daging dicelupkan dalam larutan gula Jawa yang tidak terlalu kental.
Nah, setelah dicelupkan dan daging sudah berwarna kuning kemerahan baru diangkat dan dibakar. Jangan heran, dengan cara masak seperti itulah satai yang diproduksinya bisa tahan sampai dua sampai lima hari tanpa merusak daging.
Warung satai ayam ini mampu membakar sampai 7.500 tusuk. Jumlah ini bisa bertambah pada saat hari raya keagamaan atau liburan sekolah.
Saat momen libur tiba, umumnya pembeli sulit memesan satai untuk dibawa pulang. Kecuali memesan jauh-jauh hari bahkan sampai hitungan bulan.
Bakan, pengelola warung satai juga membatasi jumlah pesanan untuk yang makan di tempat saking ramainya pemesan.
Warung sate H Tukri Sobikun hanya menyediakan menu utama sate ayam. Adaun menu pendukung ada kerupuk dan jajanan ringan.
Soal harga satai ayam sebetulnya mengikuti harga ayam di pasar. Misal, kalau sekarang harga ayam naik maka otomatis juga harus dinaikkan dengan tidak mengurangi mutu dan tidak mengecilkan ukuran sate.
Biasanya keputusan menaikkan harga pada saat- saat lebaran, tahun baru dan natal. Tapi kalau harga ayam sudah normal lagi, pasti harga diturunkan.
Warung satai tersebut merupakan usaha turun temurun dari keluarga H Tukri Sobikun. Pada generasi pertama, keluarga menjual satai dengan berkeliling.
Seiring meningkatnya pesanan satai, pemiliki mampu membeli sebidang tanah dan membangun rumah untuk berdagang. Bahkan, tanah yang semula berada di antara persawahan, saat ini sudah banyak berdiri warung satai serupa.
Satai ayam Ponorogo hingga saat ini masih menggunakan bumbu rempah. Pengolahannya tidak menggunakan bumbu pabrikan maupun penyedap rasa.
Oleh karen itu, penikmat kuliner yang datang pasti merasakan sensasi berbeda.
Advertisement