Protes Dilarang Kuliah, Sejumlah Perempuan Afghanistan Ditangkap Taliban

Sekelompok perempuan yang terlibat dalam protes ditangkap oleh Taliban.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 23 Des 2022, 13:03 WIB
Wanita mengenakan burqa menyeberang jalan saat mereka berjalan menuju taksi di Kabul, Afghanistan, 31 Juli 2021. (SAJAD HUSSAIN/AFP)

Liputan6.com, Kabul - Taliban telah menangkap lima perempuan yang berdemonstrasi di ibu kota Afghanistan, Kabul. Para perempuan itu menentang larangan kuliah di universitas.

Dilansir BBC, Jumat (23/12/2022), selain demonstran, taliban juga mengakap tiga wartawan.

Protes juga terjadi di provinsi Takhar. Penjaga menghentikan ratusan wanita memasuki universitas pada hari Rabu - sehari setelah larangan diumumkan.

Ini adalah kebijakan terbaru yang membatasi pendidikan perempuan sejak Taliban kembali berkuasa tahun lalu. Anak perempuan telah dikeluarkan dari sebagian besar sekolah menengah.

Larangan baru diterapkan dengan segera oleh menteri pendidikan tinggi pada Selasa 21 Desember, dengan universitas negeri dan swasta diperintahkan untuk melarang perempuan menghadiri. 

Kementerian pendidikan mengatakan para sarjananya telah mengevaluasi kurikulum dan lingkungan universitas, dan kehadiran untuk anak perempuan akan ditangguhkan sampai "lingkungan yang sesuai" disediakan.

Belakangan, menteri pendidikan tinggi Taliban, Neda Mohammad Nadeem, mengatakan di televisi pemerintah bahwa perempuan dilarang kuliah karena tidak mengikuti aturan berpakaian.

"Mereka berpakaian seperti akan pergi ke pesta pernikahan."

Rekaman yang dibagikan di media sosial pada Kamis 22 Desember menunjukkan sekitar dua lusin wanita Afghanistan berjilbab berbaris melalui jalan-jalan di Kabul, mengangkat spanduk dan meneriakkan slogan-slogan.

Kelompok itu awalnya berencana untuk berkumpul di depan Universitas Kabul, lembaga pendidikan terbesar dan paling bergengsi di negara itu, tetapi lokasinya berubah setelah pihak berwenang mengerahkan sejumlah besar personel keamanan di sana.


Dipukuli Petugas

Pasukan Taliban merayakan satu tahun sejak mereka merebut Kabul di depan Kedutaan Besar AS di Kabul, Afghanistan, Senin (15/8/2022). Taliban memperingati tahun pertama pengambilalihan kekuasaan setelah pemerintah negara yang didukung barat itu melarikan diri dan militer Afghanistan hancur dalam menghadapi serangan Taliban. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Beberapa wanita yang terlibat dalam protes tersebut mengatakan kepada BBC bahwa mereka dipukuli atau ditangkap oleh petugas wanita Taliban. 

Salah satu pengunjuk rasa mengatakan kepada BBC bahwa dia "dipukuli dengan kejam", tetapi berhasil menghindari penahanan.

"Ada terlalu banyak anggota perempuan Taliban di antara kami," kata perempuan itu tanpa menyebut nama.

"Mereka memukuli beberapa gadis kami dan menangkap beberapa lainnya. Mereka hendak membawa saya juga, tapi saya berhasil melarikan diri. Tapi saya dipukuli dengan kejam."


Pembangkangan Sipil

Atas kekejaman ini, PM Pakistan Nawaz Sharif memutuskan mencabut moratorium atau penghentian sementara hukuman mati untuk teroris.

Pengunjuk rasa lain mengatakan dua orang telah dibebaskan sejak ditangkap, tetapi beberapa masih ditahan.

Beberapa pria menanggapi dengan tindakan pembangkangan sipil sebagai solidaritas dengan para pengunjuk rasa. 

Sekitar 50 profesor universitas pria di lembaga publik dan swasta telah mengundurkan diri dari jabatan mereka, sementara beberapa mahasiswa pria dilaporkan menolak untuk mengikuti ujian.


Aturan Taliban

Seorang perempuan Afghanistan menerima jatah makanan yang didistribusikan oleh kelompok bantuan kemanusiaan Korea Selatan, di Kabul, Selasa (10/5/2022). Taliban pada Sabtu pekan lalu memerintahkan semua perempuan Afghanistan menutupi seluruh tubuhnya atau mengenakan burqa tradisional di depan umum. (AP Photo/Ebrahim Noroozi)

Taliban telah menjanjikan aturan yang lebih lunak setelah merebut kekuasaan pada Agustus 2021, menyusul penarikan AS dari negara itu. Namun, kelompok Islamis garis keras terus memutar balik hak dan kebebasan perempuan di negara tersebut. 

Protes yang dipimpin perempuan semakin jarang terjadi di Afghanistan sejak mereka kembali. 

Peserta berisiko ditangkap, kekerasan, dan stigma sosial karena ikut serta.Sebelum pengumuman hari Selasa, universitas telah beroperasi di bawah aturan diskriminatif bagi perempuan.

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya