Cerita Kopi Praja, Kedai Kopi Instagramable yang Dimodali dari Hasil Jualan Thai Tea

Ada tribun Instagramable yang menjadi spot favorit kedai kopi yang berlokasi di Bintaro, Tangerang Selatan.

oleh Geiska Vatikan diperbarui 26 Des 2022, 06:02 WIB
Kopi Praja di Tangerang Selatan. (Instagram:@kopipraja/https://www.instagram.com/p/ClvCNN3Jf6s/?hl=en/Geiska Vatikan Isdy)

Liputan6.com, Jakarta - Bisnis kedai kopi masih menunjukkan optimismenya. Buktinya, dua sekawan, Tiwok Dyatmika dan Felic Halim, memutuskan membuka tempat ngopi bernama Kopi Praja dengan modal hasil berbisnis minuman thai tea. Kok bisa?

"Thai tea sedang menjamur saat itu. Kami pun memutuskan buka. Namanya Walk Thai Tea," kata Tiwok kepada Liputan6.com, Kamis, 22 Desember 2022, via daring.

Usaha yang dilakoni lumayan berhasil. Mereka menggaet orang kantoran sebagai target pasar utama. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan minuman teh ala Thailand itu alih-alih dibuat modal, mereka lebih memilih untuk ditabung. 

"Waktu itu kalau mau beli bahan selalu pakai duit sendiri, uang hasil jualan dipisahin untuk ditabung," tutur Tiwok.

Selang setahun, mereka berhasil membeli food truck untuk menjual thai tea dari hasil tabungan itu. Mereka seringkali diundang ke beberapa event korporat di kawasan Tangerang dan sekitarnya. 

Food truck mereka hanya dioperasikan hanya tiga hari seminggu, yakni Jumat sampai Minggu, karena menyesuaikan dengan hari libur keduanya. Meski begitu, hasil penjualannya tak mengecewakan, mampu menyentuh 300--500 botol per hari.

Hasil penjualan kemudian ditabung kembali. Pada 2017, Tiwok dan Felic memutuskan beralih ke bisnis kedai kopi. Mereka membangun tempat usaha di Jl. Titihan Nomor 1, Bintaro, Tangerang Selatan, bermodal uang tabungan dan dana dari investor. "Kenapa kita nggak buat basecamp daripada cuma food truck aja?" ucap Tiwok.

Itulah permulaan perjalanan Kopi Praja. Tak sekadar ada, kedai itu didesain agar Instagramable, lengkap dengan hall yang luas untuk menarik anak muda. Strategi itu berhasil, beberapa kali kedai kopi dijadikan latar untuk foto buku tahunan sekolah. Kafe itu juga nyaman untuk mengerjakan tugas dan kerjaan. 


Filosofi Nama dan Logo

Salah satu menu yang ada di Kopi Praja. (Instagram:@kopipraja/https://www.instagram.com/p/Ck-p5HXJAYX/?hl=en/Geiska Vatikan Isdy)

Nama kedai dipikirkan secara matang oleh kedua pendiri. Praja dipilih karena artinya yang mendalam. Dalam bahasa Jawa, praja diartikan sebagai orang yang menjadi panutan di tanahnya sendiri. Tiwok dan Felic berharap kedai kopi ini menjadi panutan untuk kedai kopi lain di kawasan Bintaro ini.

Tiwok mengaku sejak awal berniat menggarap kedai kopi dengan filosofi. Selain urusan nama, desain logo juga dirancang dengan hati-hati. Ada kotak putih dengan arsiran hitam dan warna kuning seperti garis polisi yang masing-masing mengandung arti.

Arsiran hitam memiliki arti penandaan lokasi. "Seperti kalau di peta atau di undangan pernikahan, lokasi yang dituju kan pasti diarsir dalam kotak putih. Nah, sama dengan logo Kopi Praja untuk menandakan tempat Kopi Praja ada di sini," jelas Tiwok.

Sementara, arti gabungan arsiran hitam dan kuning dibuat seperti garis polisi bermakna aman dan nyaman. "Kalau pada garis polisi itu, nggak sembarangan orang bisa masuk dan kesannya kayak diamankan. Jadi kalau mau masuk kedai kopi ini, pengunjung harus memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung lain," ia menambahkan.


Tribun Favorit

Desain Interior pada Tribun di Kopi Praja. (Instagram:kopipraja/https://www.instagram.com/p/Cma0qCmJbzp/?hl=en/Geiska Vatikan Isdy).

Terkait interior, Tiwok menjelaskan konsep yang diusung adalah semi minimalis industrial dengan ruangan yang tak bersekat dan terbuka. Ia mengaku sengaja dirancang demikian karena lima tahun lalu desain seperti itu sedang viral.

Tribun dengan delapan tingkat yang ada di kedai kopi menjadi pusat perhatian utama. Tribun berkapasitas maksimal 50 orang dibuat dari material kayu.

Pada tangga tribun terlihat lakban arsiran hitam dan kuning seperti garis polisi, sesuai dengan logo Kopi Praja. Hal itu sebagai peringatan agar pengunjung berhati-hati dalam melangkah. Desain itu ternyata mampu menarik pengunjung yang penasaran, terlebih saat buka mereka menggelar promo menarik.

"Pada awal buka, seminggu sampai sebulan pelanggan bebas untuk membayar berapa saja pada menu yang dipesan," ujarnya.

Di area itu juga dilengkapi dengan televisi ukuran 60 inchi yang digunakan untuk nonton bersama dengan para pengunjung. Salah satunya saat gelaran Piala Dunia 2022 yang baru saja berakhir. Selaras dengan konsep yang diusung, mereka juga menyediakan menu yang ramah di semua kalangan, tanpa alkohol, tidak menjual rokok, dan menyediakan menu yang halal dengan harga yang bersahabat. 


Kompetisi Menu

Salah satu menu yang ada di Kopi Praja. (Instgram:@kopipraja/https://www.instagram.com/p/CfYuIlTpLTj/?hl=en/Geiska Vatikan Isdy)

Keunikan lainnya adalah cara kedai mencegah pelanggan bosan. Tiap enam bulan sekali beberapa menu diganti agar pelanggan tidak merasa bosan. Pihaknya membuat tim untuk barista dan kitchen yang masing-masing dibagi menjadi dua tim untuk membuat menu baru.

"Menu tersebut akan dicoba dulu mana yang kira-kira dapat dijadikan menu baru," ia menjelaskan.

Kemudian, menu yang terpilih akan dipasang di menu selama tiga bulan. Jika menu bertahan lebih dari tiga bulan, tim tersebut akan mendapatkan bonus tambahan dari Kopi Praja.

Tiwok menyebutkan menu favorit saat ini adalah kopi alun. Kopi ini dibuat dengan menggunakan campuran kopi arabika dan robusta, fresh milk, dan gula aren.

Bukan hanya rasa, menu kopi ini juga memiliki makna tersendiri, yaitu penamaan Alun diberikan masih dalam konsep kafe yang ingin mengusung keramaian. "Jadi alun diberikan itu karena, kalau ada acara yang ramai itu kan biasanya di satu wilayah namanya adalah alun-alun," kata Tiwok.

Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya