WHO: Rumah Sakit di China Kewalahan Tangani Pasien COVID-19

Rumah sakit di China mulai kepenuhan pasien COVID-19.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 23 Des 2022, 13:34 WIB
Seorang pria yang sedang melakukan disinfeksi melewati mal sepi di Beijing, China, Kamis (15/12/2022). Seminggu setelah China melonggarkan beberapa tindakan pengendalian COVID-19 yang paling ketat di dunia, ketidakpastian masih ada mengenai arah pandemi di negara dengan jumlah penduduk terpadat di dunia tersebut. (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Beijing - Rumah sakit di China kini mulai dipenuhi pasien di tengah kekhawatiran tentang gelombang baru COVID-19 yang melanda. Kepala Kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr Michael Ryan mengatakan, unit perawatan intensif (ICU) di China kini sibuk meskipun pejabat mengatakan jumlahnya "relatif rendah".

Dilansir BBC, Jumat (23/12/2022), angka kasus di China menunjukkan tidak ada yang meninggal karena COVID-19 pada Rabu 21 Desember, tetapi ada keraguan tentang dampak nyata penyakit tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir rumah sakit di Beijing dan kota-kota lain telah terisi karena gelombang COVID-19 terbaru melanda China. Sejak 2020, China memberlakukan pembatasan kesehatan yang ketat sebagai bagian dari kebijakan nol COVID-19.

Namun, pemerintah mengakhiri sebagian besar tindakan tersebut dua minggu lalu setelah gelombang protes terjadi terhadap kontrol ketat tersebut. Jumlah kasus COVID-19 pun sejak itu melonjak, menimbulkan kekhawatiran akan tingginya angka kematian di kalangan orang tua, yang sangat rentan.

Meski meningkat, angka resmi menunjukkan hanya lima orang meninggal akibat COVID-19 pada Selasa 20 Desember dan dua orang pada Senin 19 Desember. Dr Ryan pun mendesak China untuk memberikan lebih banyak informasi tentang penyebaran virus terbaru.

Dia berkata, "Di China, apa yang dilaporkan adalah jumlah kasus yang relatif rendah di ICU, tetapi secara anekdot ICU sedang penuh."

"Kami telah mengatakan ini selama berminggu-minggu bahwa virus yang sangat menular ini akan selalu sangat sulit untuk dihentikan sepenuhnya, hanya dengan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial."

Berbicara selama konferensi pers mingguan di Jenewa, Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengaku "sangat prihatin dengan situasi yang berkembang di China."


Keprihatinan WHO

Petugas mendisinfeksi jalan di Urumqi, Daerah Otonomi Xinjiang, China barat laut, Rabu (4/3/2020). Urumqi mengampanyekan sanitasi di seluruh kota guna mencegah penyebaran virus corona (COVID-19). (Xinhua/Wang Fei)

Dia meminta data spesifik tentang tingkat keparahan penyakit, penerimaan rumah sakit dan persyaratan perawatan intensif.

Dr Ryan menambahkan bahwa "vaksinasi adalah strategi keluar" dari wabah virus corona.

China telah mengembangkan dan memproduksi vaksinnya sendiri, yang terbukti kurang efektif dalam melindungi orang dari penyakit Covid yang serius dan kematian dibandingkan vaksin mRNA yang digunakan di sebagian besar dunia.


Tingkat Vaksinasi

Seorang pekerja yang mengenakan pakaian pelindung menunggu untuk melakukan tes COVID-19 di tempat pengujian virus corona di Beijing, Rabu (9/11/2022). Lonjakan kasus COVID-19 telah mendorong penguncian di pusat manufaktur China selatan Guangzhou, menambah keuangan tekanan yang telah mengganggu rantai pasokan global dan secara tajam memperlambat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. (Foto AP/Mark Schiefelbein)

Komentarnya muncul ketika pemerintah Jerman mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka telah mengirimkan gelombang pertama vaksin BioNTech Covid-19 ke China.

Vaksin Jerman awalnya akan diberikan kepada ekspatriat di China - diperkirakan sekitar 20.000. Ini adalah vaksin Covid-19 asing pertama yang dikirim ke China, meskipun tidak ada detail yang dirilis tentang waktu atau ukuran pengiriman. 

Bulan lalu saat berkunjung ke Beijing, Kanselir Olaf Scholz mendesak agar vaksin juga tersedia secara gratis untuk warga negara China.


Picu Kekhawatiran Global

Seorang perempuan dan anak-anak yang memakai masker berjalan di dekat area tertutup di Beijing, China, Jumat (2/12/2022). Lebih banyak kota melonggarkan pembatasan, memungkinkan pusat perbelanjaan, supermarket, dan bisnis lainnya dibuka kembali menyusul protes akhir pekan lalu di Shanghai dan daerah lain di mana beberapa orang menyerukan Presiden Xi Jinping untuk mengundurkan diri. (AP Photo/Ng Han Guan)

China baru-baru ini telah memutuskan beralih dari lockdown dan pengujian massal, setelah protes terhadap kebijakan nol-COVID yang ketat, meluas di negara itu. Beberapa pemerintah daerah bahkan telah mendorong warga dengan infeksi Virus Corona ringan untuk pergi bekerja.

Kasus COVID-19 bertambah. Komisi Kesehatan Nasional China pada Selasa 20 Desember 2022 melaporkan sebanyak 2.722 kasus baru. Sehari sebelumnya dilaporkan pula sebanyak 1.995 kasus. Meski begitu, angka kematian hanya menunjukkan sedikit peningkatan, bertambah lima sehingga total kematian akibat COVID-19 yang dilaporkan di China menjadi 5.242.

Infografis Kejahatan Vaksin Covid-19 Palsu di China (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya