Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2022 akan segera usai. Rangkaian peristiwa tak terduga di seluruh dunia terjadi sepanjang tahun ini, termasuk kematian pemimpin dunia.
Setidaknya ada empat pemimpin negara yang meninggal sepanjang tahun 2022, baik karena sakit ataupun dibunuh.
Advertisement
Mulai dari kematian Ratu Elizabeth II yang berdampak pada pembaruan atribut kerajaan Inggris hingga pembunuhan Perdana Menteri Jepang -- sesuatu yang sangat langka di kedua negara tersebut.
Sementara dua lainnya adalah mantan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev dan mantan pemimpin China Jiang Zemin.
Selengkapnya, berikut Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (23/12/2022)"
1. Ratu Elizabeth II, Kerajaan Inggris 1952-2022
Elizabeth II meninggal di usia 96 tahun pada 8 September 2022 atas penyakit kanker sumsum tulang yang ia derita, mengutip The Sun.
Elizabeth II memimpin monarki Inggris selama tujuh dekade hingga akhir hayatnya. Wafatnya sang Ratu tentu membawa perubahan besar bagi Kerajaan Inggris, mulai dari pergantian pemimpin, perubahan simbol kerajaan yang berdampak ke berbagai atribut kenegaraan termasuk gambar di uang poundsterling, hingga dampaknya ke resesi Inggris.
"Memang wafatnya Ratu Elizabeth II menimbulkan masalah baru. Seperti hilangnya simbol pemersatu bangsa saat krisis ekonomi, dan sumber inspirasi dan keteladanan, saat bangsa Inggris berjuang mengupayakan inovasi dan kreatifitas," kata Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah ketika dihubungi Liputan6.com, Jumat (21/10/2022).
Takhta Sang Ratu kini digantikan oleh Raja Charles III.
2. Mikhail Gorbachev, Presiden Terakhir Uni Soviet
Tewasnya pemimpin dunia lainnya adalah kematian Mikhail Gorbachev di usianya yang ke-91 tahun. Mantan Presiden Uni Soviet ini dilaporkan meninggal karena penyakit yang lama ia derita, Selasa (30/8).
Dulu, ia merupakan tokoh penting yang mengakhiri Perang Dingin bersama Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan dan Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher.
Atas jasanya itu, Mikhail Gorbachev meraih penghargaan Nobel Perdamaian pada 1990.
Gorbachev juga cukup vokal dalam mengkritik negaranya sendiri. Sebelum menjadi presiden, ia terus mengkritik sistem Uni Soviet, terutama ketika negaranya menjajah Afghanistan pada 1979.
Bahkan, meski tak berniat, ia juga berperan dalam pembubaran Uni Soviet. Hingga ia memasuki usia senja, Mikhail Gorbachev juga tidak takut mengkritik partai Vladimir Putin.
Atas reputasinya yang cukup cemerlang di dunia Barat ini, para pemimpin dunia berbelasungkawa atas kematiannya dan mengenang jasa-jasanya.
Advertisement
3. Jiang Zemin, Pemimpin Komunis China
Mantan presiden China, Jiang Zemin meninggal dunia pada usia 96 tahun di Shanghai hari Rabu, 30 November 2022.
Jiang Zemin adalah salah satu tokoh utama dalam sejarah Tiongkok di beberapa dekade terakhir. Dia memimpin Tiongkok yang terbuka dalam skala besar dan mengalami pertumbuhan pesat, setelah protes berdarah Tiananmen Square (1989).
Kematian Jiang Zemin bersamaan dengan beberapa protes paling serius sejak Tiananmen, dengan banyak yang berdemonstrasi menentang pembatasan COVID.
Sebuah pernyataan Partai Komunis China (CCP) mengatakan dia meninggal karena leukemia dan kegagalan banyak organ.
Pernyataan itu menambahkan bahwa dia diakui "sebagai pemimpin yang luar biasa dengan prestise tinggi" dan "pejuang Komunis yang telah lama diuji".
4. Shinzo Abe, Mantan Perdana Menteri Jepang (2012-2020)
Yang terakhir adalah kematian Shinzo Abe. Berbeda dari tiga tokoh sebelumnya yang meninggal di usia senja karena penyakit yang diderita, mantan Perdana Menteri Jepang ini tewas dibunuh.
Abe, perdana menteri terlama di negara itu, tetap berpengaruh bahkan setelah mengundurkan diri dua tahun lalu karena alasan kesehatan.
Shinzo Abe tewas ditembak oleh Tetsuya Yamagami pada Jumat, 8 Juli 2022 dalam pidato kampanye jelang Majelis Pemilihan Tinggi di kota barat Nara.
Penembakan Abe telah mengguncang Jepang, salah satu negara teraman di dunia dengan beberapa undang-undang senjata yang paling ketat.
Yamagami, warga Nara berusia 41 tahun itu menyimpan dendam pada kakek Shinzo Abe yang juga mantan Perdana Menteri Jepang, Nobusuke Kishi. Ia menyalahkan Kishi karena telah membawa Gereja Unifikasi ke Jepang, organisasi yang ia yakini telah mencuci otak ibunya hingga bangkrut.
Yamagami mengatakan kepada polisi bahwa dia menyimpan “dendam” terhadap organisasi tersebut karena ibunya telah memberikan sumbangan besar ke gereja, yang telah menyebabkan kehancuran finansial bagi keluarganya.
Penulis: Safinatun Nikmah
Advertisement