Liputan6.com, Jakarta - Pada Malam Natal 22 tahun silam, bom meledak di luar gereja di Jakarta dan lima kota lainnya di Indonesia, menewaskan sedikitnya 14 orang dan melukai puluhan orang lainnya. Serangan bom ini memperburuk hubungan antara Muslim dan Kristen di seluruh wilayah Indonesia kala itu.
Mengutip ABC News, Jumat (23/12/2022), di antara serangan itu, salah satunya ada di luar Gereja Katolik Roma di Jakarta, di dekat istana kepresidenan dan Masjid Istiqlal. Bom ini meledak saat kebaktian akan berlangsung pada Minggu malam, 24 Desember 2000. Ledakan itu membakar mobil-mobil dan merusak bangunan gereja.
Advertisement
Kepala Menteri Keamanan Indonesia saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY memperingatkan kemungkinan lebih banyak pemboman kurang dari 24 jam setelah serangkaian ledakan Malam Natal.
"Informasi dari intelejen kepolisian, kemungkinan akan terjadi pengeboman serupa di tempat ibadah lain dan fasilitas umum lainnya," kata SBY.
Dia mengatakan, ledakan itu adalah tindakan terorisme yang dirancang untuk meningkatkan ketegangan agama.
Sementara itu, Presiden Indonesia yang menjabat saat itu, Abdurrahman Wahid -- sering disapa Gusdur -- mengatakan bom di Jakarta dan kota-kota lain merupakan upaya untuk menggoyahkan pemerintahannya yang sudah bermasalah.
Tidak ada klaim tanggung jawab segera, tetapi kekerasan dan ketegangan agama meningkat di seluruh negeri. Meskipun sebagian besar kekerasan karena masalah agama terjadi di kepulauan Maluku, tetapi selama ketegangan Natal 2000, kelompok militan Muslim juga menyerang beberapa restoran dan klub malam di ibu kota Jakarta.
Tindakan Kekerasan Menargetkan Orang Kristen
Gusdur yang merupakan seorang cendekiawan Muslim, menganjurkan toleransi beragama di masa kepresidenannya. Namun, serangan Malam Natal 2000 menambah daftar panjang krisis dan tindakan kekerasan yang memburuk selama 14 bulan pemerintahannya.
Dalam serangan Malam Natal, lima gereja Katolik dan Protestan di Jakarta menjadi sasaran dan menewaskan tiga orang. Bom itu meledak dalam waktu satu jam dengan radius sekitar satu mil.
Salah satunya, ledakan terjadi di dekat Gereja Katolik Roma (Katedral Jakarta) yang diduga dipasang di sebuah mobil. Ledakan ini membuat jemaah gereja terguncang.
“Saya berada di katedral bersama istri dan dua anak saya. Saya mendengar ledakan itu. Saya sangat khawatir akan terjadi kerusuhan di mana-mana,” kata Winarno, salah seorang jemaah gereja.
Selain itu, sebuah bom yang tidak meledak juga ditemukan di dekat katedral, di mana ratusan orang Kristen tiba menjelang tengah malam Misa dan ribuan Muslim meninggalkan masjid terdekat pada akhir shalat Isya.
Gereja-gereja lain dievakuasi setelah menerima ancaman.
“Ini jelas ulah orang-orang yang nekad bikin onar dan bentrok antar warga,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, AKBP Anton Bahrulalam. “Kami harus waspada penuh ketika orang datang untuk berdoa pada Hari Natal.”
Advertisement
Bom-Bom Malam Natal 2000 di Berbagai Kota
Sementara itu, ada empat ledakan di luar sebuah gereja di kawasan eksklusif Jakarta Pusat di Menteng, kata polisi.
Di Jakarta Timur, seorang pria tewas dalam ledakan di halte bus di luar gereja dan sekolah Kristen yang berdekatan, kata Supono.
Di tempat lain, empat dari korban tewas pada hari Minggu adalah petugas polisi yang mencoba melucuti senjata bom di Pekanbaru, Sumatra, menurut laporan Antara. Seorang warga sipil juga tewas di sana.
Di kota lain di Sumatra, ledakan terjadi di luar gereja di Medan. Polisi di sana kemudian menemukan sembilan bom yang belum meledak.
Dua orang tewas dalam ledakan bom di sebuah rumah milik orang Kristen di Bandung, Jawa Barat, kata polisi, dikutip dari ABC News.
Di pulau Batam, tidak jauh dari negara tetangga Singapura, tiga ledakan melukai 22 orang.
Ledakan juga mengguncang tiga gereja di kota Mojokerto di Jawa Timur.
Selain itu, bom meledak di dekat tiga gereja di Mataram di pulau wisata Lombok.
Ramadhan dan Natal Tumpang Tindih
Perayaan Natal di tahun 2000 bertepatan dengan hari-hari terakhir Ramadhan atau bulan puasa Islam yang saat itu berakhir pada Selasa, 26 Desember.
Sementara itu, serangan hari Minggu Malam Natal mengikuti peningkatan ekstremisme Muslim di seluruh negeri.
Kekerasan terparah terjadi di Kepulauan Maluku, daerah timur Indonesia, yang diperkirakan 5.000 orang dari kedua agama telah dibunuh selama dua tahun terakhir.
Di tahun 2000, orang Kristen berjumlah sekitar 5 persen dari 210 juta penduduk Indonesia. Dari minoritas itu, banyak yang berasal dari etnis Tionghoa menjadi sasaran kelompok ekstremis Muslim selama kerusuhan sipil di masa lalu.
Sementara itu, rangkain serangan bom di Jakarta tidak hanya terjadi saat Malam Natal itu. Yang terburuk tahun itu terjadi pada bulan September, ketika sebuah bom mobil dan kebakaran menewaskan 15 orang di tempat parkir bawah tanah di Bursa Efek Jakarta.
Bulan sebelumnya (Agustus 2000), dua orang tewas ketika sebuah bom mobil meledak di luar rumah duta besar Filipina.
Penulis: Safinatun Nikmah
Advertisement