Liputan6.com, Jakarta PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat pertumbuhan investor yang menggembirakan di wilayah Indonesia Timur.
Dibandingkan tahun sebelumnya, Direktur KSEI, Supranoto Prajogo kenaikan investor pada wilayah tersebut sekaligus menjadi yang tertinggi dibanding wilayah lainnya.
Advertisement
“Pertumbuhan jumlah investor di wilayah timur, yaitu Papua dan Maluku mengalami pertumbuhan sekitar 40 persen dan menjadi pertumbuhan tertinggi dibandingkan wilayah lainnya,” ungkap Supranoto dalam media gathering di Jakarta, Jumat (23/12/2022).
Hingga 16 Desember 2022, jumlah investor pasar modal telah naik 36,70 persen mencapai 10,24 juta SID dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebanyak 7,49 juta SID.
Sebagai perbandingan, pada 2020 lalu terjadi kenaikan 56 persen menjadi 3,88 juta SID. Tren itu berlanjut pada 2021 dengan pertumbuhan investor baru 92,99 persen menjadi 7,49 juta SID.
Investor pasar modal didominasi oleh 62,63 persen laki-laki, 58,65 persen usia di bawah 30 tahun, 32,21 persen pegawai swasta, 62,95 persen lulusan SMA, 48,53 persen berpenghasilan 10-100 juta/tahun dan 69,09 persen berdomisili di pulau Jawa.
“Selain pertumbuhan signifikan di wilayah Indonesia Timur, terdapat pergeseran dominasi tingkat pendidikan, yang mana sebelumnya investor pasar modal Indonesia paling banyak adalah lulusan sarjana. Kini, tingkat pendidikan investor pasar modal Indonesia yang paling banyak adalah lulusan SMA,” imbuh.
Supranoto juga mengatakan, 78,15 persen investor melakukan pembukaan rekening melalui selling agent fintech (financial technology). Sehingga, platform digital memang menjadi sarana yang banyak dimanfaatkan oleh investor untuk berinvestasi pasar modal.
Prediksi Investor Bisa Bertambah hingga 30 Persen di 2023
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memperkirakan pertumbuhan investor baru bisa mencapai 30 persen pada 2023. Angka itu memang lebih rendah dibandingkan realisasi pertumbuhan investor beberapa tahun terakhir.
Direktur Utama KSEI, Uriep Budhi Prasetyo mengatakan proyeksi itu mempertimbangkan situasi terkini, di mana pandemi yang menjadi pendorong naiknya jumlah investor pada 2020 dan 2021, mulai melandai.
"Kami berharap mungkin sekitar 20–30 persen, karena banyak faktor seperti keadaan politik tahun depan baik, dan mudah-mudahan Indonesia sudah terbukti memang tahan banting ya," kata Uriep dalam media gathering di Jakarta, Jumat (23/12/2022).
Di sisi lain, Uriep mencermati adanya bonus demografi dengan usia produktif di Indonesia pada 2035. Hal ini dipandang sebagai peluang meningkatkan jumlah investor, khususnya dari generasi muda.
Hal tu sejalan dengan target Otoritas JAsa Keuangan yang targetkan 25 juta investor pada 2027.
“Jadi target OJK 2027 25 juta investor. Ini tantangan, dalam lima tahun harus ada 15 juta investor baru. Jadi setahun ada 3 juta,” artinya.
Hingga 16 Desember 2022, jumlah investor pasar modal telah naik 36,70 persen mencapai 10,24 juta SID dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebanyak 7,49 juta SID.
Sebagai perbandingan, pada 2020 lalu terjadi kenaikan 56 persen menjadi 3,88 juta SID. Tren itu berlanjut pada 2021 dengan pertumbuhan investor baru 92,99 persen menjadi 7,49 juta SID.
Advertisement